MT: [7]

346 40 7
                                    



Melihat ekspresi wajah Luna yang tak dapat dibohongi, beberapa orang jadi tertarik untuk mencicipi hidangan cookies di hadapan mereka.

Zara yang penasaran lekas mengambil satu sebelum akhirnya dia keenakan dan mengambil cookies itu kembali. Begitu pula dengan Luna yang kembali mencomot cookies di hadapannya. Rasanya jika makan satu saja tidak akan cukup.

Noa sendiri sudah kembali ke dapur untuk mengambil sisa cookies yang masih banyak. Ia hanya membawa separuh soalnya takut jika mereka tidak suka. Tapi ketika melihat ekspresi Luna, membuatnya berpikir jika cookies yang ia bawa akan laku keras.

Beberapa remaja yang penasaran itu lekas mengambil cookies, masing-masing dari remaja tersebut mengambil satu buah cookies.

Rasa cookies yang enak, membuat mereka terkesima sejenak. Mereka berniat tuk mengambil kembali, namun saat melirik kembali, piring berisi cookies itu hanya tersisa satu buah cookies saja dan langsung diambil oleh Luna.

"Yah, sudah habis. Padahal enak banget", keluh Zara saat melihat piring kosong di hadapannya.

"Bener banget ih", timpal Luna saat cookies yang dia makan telah habis.

12 orang remaja hanya bisa pasrah saat melihat piring kosong itu. Rasanya satu saja memang tidak cukup.

Noa tiba-tiba saja kembali dengan membawakan lebih banyak cookies buatannya. Ia lekas menaruh piring berisi cookies itu kembali dan segera duduk di samping Luna. Tidak perlu waktu lama, cookies buatannya segera tersisa sedikit kembali saat semua yang disana segera menyetok cookies nya masing-masing 2, bahkan ada yang lebih.

Melihat jika cookies buatannya laku keras, membuat Noa tersenyum tipis. Ia terkekeh pelan ketika melihat ekspresi menikmati dari 12 remaja dan 3 wanita paruh baya tersebut. Ia senang jika banyak yang menyukai masakannya.

"Aku juga mau cookies buatan adik".

"Kak, berikan aku satu cookies itu please..".

"Cookies..".

Ketiga arwah yang berada di sampingnya membuat Noa seketika menunjuk ke arah dapur. Di sana dia sudah menyisakan beberapa cookies untuk mereka.

Tiga arwah yang mengerti dengan petunjuk Noa, lekas pergi melayang ke dapur. Noa sendiri kembali menarik tangannya takut jika ada yang curiga.

"Cookies buatanmu sangat enak menantu!", puji Luna dengan kedua matanya yang berbinar.

"Terimakasih, aku pergi dulu. Ada sesuatu yang ingin kuambil lagi", ujar Noa kembali beranjak dari tempatnya, ia berjalan menuju dapur untuk mengambil sesuatu.

Semua orang nampaknya menunggu dengan setia di tempat mereka. Penasaran dengan apa yang akan dihidangkan selanjutnya. Terutama Luna yang kini menunggu dengan antusias, saking antusiasnya, dia jadi kembali mencomot cookies yang tersisa dan dibungkusnya menggunakan kain, berencana untuk memberikannya pada suaminya saat dia pulang.

"Kalian sedang apa di sini?", sebuah suara mengejutkan mereka. Seorang wanita bersurai putih, kini memasuki ruang santai sehabis kembali dari pekerjaan nya di salah satu cabang toko butik miliknya.

"Evy? kau sudah kembali? sini deh!", ujar Luna pada sahabatnya.

Wanita paruh baya yang dipanggil Evy tersebut, lekas mendudukkan dirinya di antara kedua sahabatnya, ia nampak bingung karena semua anak-anaknya ada di sana dan seperti menunggu sesuatu.

"Kenzie, apa ayahmu sudah memberitahu tentang masalah di perusahaan?", tanya Evy pada sosok pemuda jakung itu.

"Ya, ayah sudah memberitahu semua itu dan aku baru saja pulang setelah menyelesaikan nya ibu", balas Kenzie pada sosok ibu tirinya.

"Sudah-sudah! jangan membahas pekerjaan di sini. Evy! cobalah cookies ini, ini buatan langsung dari menantu kita!", seru Luna menawarkan cookies buatan menantunya yang masih tersisa dua keping.

"Kau tau aku tidak suka makanan manis Luna", tolak Evy.

"Coba saja! Rai yang tidak suka makanan manis pun jadi suka. Tuh liat! dia bahkan memakan cookies nya kembali", ujar Luna sembari menunjuk ke arah anak bungsunya yang mengambil satu keping cookies kembali dan kini hanya tersisa satu keping lainnya di piring.

Evy yang terus didesak oleh Luna, akhirnya memutuskan untuk mengambil cookies sisanya itu. Ia memakannya untuk menghindari omelan Luna yang bisa saja sampai berjam-jam lamanya.

Saat rasa cookies itu bisa dirasakan lidahnya, ia merasakan sensasi luar biasa. Seumur hidupnya, dia belum pernah memakan cookies karena waktu dirinya kecil, rasa cookies yang dia makan begitu manis. Namun kini berbeda, rasa cookies buatan menantunya terasa amat nikmat.

Rasa manis yang pas, berpadu dengan rasa gurih yang ada dan sensasi renyah yang spesial. Ia begitu menyukai rasa ini. Mungkin lain kali dia harus memberi menantunya itu hadiah karena membuat makanan seenak ini.

Noa telah kembali dengan membawa satu mangkok kaca besar dengan satu pelayan di belakangnya yang membawakan beberapa mangkok kecil untuk menjadi wadah lainnya.

Pelayan itu lekas kembali setelah menaruh barang bawaannya di atas meja. Noa lekas berterimakasih pada si pelayan karena sudah membantu sebelum pelayan itu pergi.

"Selagi menunggu cookies nya matang, aku sempat membuat ini. Ini sangat cocok untuk cuaca yang sangat panas sekarang", ujar Noa.

"SOP buah? mommy Luna mau!", seru Luna dengan semangat.

"Mommy Zara juga mau!", seru Zara juga yang sama semangatnya seperti Luna.

Noa mengangguk dan lekas menuangkan SOP buah bikinannya ke masing-masing mangkok kecil yang sudah dibawakan oleh pelayan.

"Sini biar mommy bantu", ujar Evy menawarkan bantuan. Noa tersenyum dan lekas berterimakasih. Akhirnya karena sedikit bantuan Evy, Noa berhasil menghidangkan beberapa mangkok SOP buah bikinannya sendiri.

"Semoga kalian suka".





................



To be continued

Modern's TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang