"Unghh..", mata yang semua terpejam itu, kini terbuka sehingga memperlihatkan manik turquoise indahnya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah dada bidang seorang pria yang tertutupi oleh pakaian yang dikenakan."Hangat", gumam pemuda itu yang tanpa sadar kembali menyamankan posisinya, di pelukan pemuda lainnya yang tengah tertidur.
Beberapa saat ia merasa ada yang aneh. Sebuah memori kini melintasi pikirannya. Ia segera mendongak ke atas dan melihat wajah tampan milik pemuda yang tidak lain adalah suaminya.
Wajahnya seketika memerah padam. Detak jantungnya bertambah cepat, tanpa sadar ia semakin menenggelamkan kepalanya di dad4 rata suaminya.
"Tidurlah lagi, ini masih terlalu malam", ujar Rai dengan mata yang masih tertutup. Ia semakin mendekatkan tubuh sang istri pada tubuhnya dan kembali terlelap tanpa memikirkan perasaan istrinya.
"Meski aneh. Entah mengapa ini nyaman dan hangat", batin Noa. Ia kembali terlelap selang beberapa menit kemudian.
.....................
Matahari sudah mulai menampakkan dirinya. Seorang pemuda yang baru saja menikah kemarin, kini terbangun. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah damai sang istri yang masih tertidur lelap tanpa gangguan.
"Entah mengapa dia terasa sangat familiar. Dia cukup manis untuk ukuran seorang lelaki", batin sang pemuda sembari menyibak pelan poni yang menutupi pemandangannya dari mata yang terpejam itu.
"Dan mengapa hatiku begitu sakit saat menatap wajahnya? getaran aneh juga kurasakan saat menatap mata jernihnya. Apa yang terjadi dengan ku?", batin sang pemuda kembali.
"Bisa kau berhenti memainkan rambut ku?".
Tiba-tiba saja, manik sejernih lautan di musim panas itu terbuka. Sang pemuda agak terkejut dan segera menyingkirkan tangan nya dari wajah sang istri.
"Ma.. maaf. Aku sungguh tidak bermaksud", balas pemuda bernama Rai itu.
"Sudahlah, aku mau mandi dulu", ujar sang istri yang bernama Vinoa atau sering dipanggil Noa itu. Kemudian Noa beranjak dari tempat tidurnya, namun sebuah lengan besar mencegatnya untuk pergi.
"Ada apa?", tanya Noa bingung
"Siapa kau sebenarnya? apa sebelum ini kita pernah bertemu?", tanya Rai. Ia sungguh penasaran dengan hal itu.
"Kurasa tidak? mengapa kau bertanya begitu? omong-omong, dengar-dengar kau masih sekolah. Apa kau tidak mau berangkat?", balas Noa yang menyadarkan Rai seketika.
"Baiklah. Maaf sudah mencegatmu", ujar Rai yang kemudian ikut beranjak dari ranjang. Noa sudah duluan masuk ke kamar mandi, maka ia akan menyiapkan seragamnya selama menunggu istrinya selesai mandi.
....................
Pagi-pagi sekali, suasana sudah ribut dengan seorang wanita paruh baya yang masih cantik di usianya yang sudah tidak muda. Wanita itu mengajak kedua sahabatnya untuk melihat ke kamar anaknya dan menantunya.
"Ayo-ayo! aku sudah tidak sabar untuk menemui menantuku. Kita harus segera menyiapkan nya", ujar wanita itu. Namanya adalah Lunara Avelar Ozarld, ibu dari 5 orang anak.
"Luna, tenanglah. Lagian menantu kita juga tidak akan ke mana-mana", seru seorang wanita lainnya.
Seseorang yang dipanggil 'Luna' itu segera cemberut. Memang benar menantunya itu tidak akan ke mana-mana. Namun apa salahnya untuk antusias sekali-kali?
"Zara mah nggak seru!", ujar Luna yang kemudian melangkah mendahului kedua sahabatnya.
"Kau lihat, dia jadi ngambek tuh", ucap seorang wanita albino yang bernama Evy, atau lebih lengkapnya Evy Lyn Azakiel Ozarld.
"Dasar, anak kecil ya tetap anak kecil. Meski usianya sudah menginjak kepala 4 pun tetap saja kelakuannya masih sama, suka ngambekan", balas sosok bernama Zara, lebih lengkapnya Zara Elision Ozarld.
"Luna nggak ngambekan! eh, sejak kapan kita sudah sampai di depan pintu kamar anak kita?", tanya Luna saat dirinya sudah berada tepat di depan pintu kamar anaknya yang ditempati oleh anaknya dan menantunya.
"Eh, Rai? kau sudah bangun?", Luna melihat seorang pemuda yang baru saja keluar dari pintu kamar anak bungsunya. Itu adalah anak bungsunya, Rai.
"Mom? kenapa mommy semua ada di depan pintu?", tanya Rai pada ketiga ibunya. Lebih tepatnya, pada ibu kandung dan dua ibu tirinya.
"Ini nih, mommy Luna mu itu begitu antusias untuk menyambut menantu. Kau tau seberapa keras kepalanya ibumu itu", jawab Zara pada anak tirinya.
"Ya, kalau begitu Rai pergi dulu. Nanti Rai terlambat jika banyak membuang waktu", ujar Rai.
"Iya sayang. Belajar yang rajin ya? biar istrimu mommy yang urus, tidak perlu hawatir!", balas Luna.
"Rai berangkat dulu", setelah mengucapkan itu, Rai segera pergi meninggalkan ketiga ibunya. Ia takut terlambat jika membuang waktu untuk mendengarkan keantusiasan ibunya.
Pintu kamar itu kembali terbuka, memperlihatkan seorang pemuda dengan ponselnya. Keempat orang itu saling menatap.
"Nyonya? kenapa ada di depan pintu?", tanya pemuda itu.
"Duh, sudah dibilangin jangan panggil nyonya. Panggil kami mommy dong", jawab Luna.
"Um, mommy semua kenapa ada di depan pintu?", tanya pemuda itu setelah memperbaiki panggilannya terhadap tiga wanita dewasa di depannya itu.
"Hanya ingin menyiapkan mu, hehe.. hari ini kau akan bertemu dengan seluruh suamimu nak! ayo, biar mommy Luna dan mommy lainnya siapkan dirimu! pokoknya menantuku itu harus jadi yang paling cantik di mata anak-anak kita, ya kan?", seru Luna yang diangguki dua wanita lainnya.
Pada akhirnya pun, Noa hanya bisa pasrah saat dia ditarik kembali ke dalam kamar oleh ketiga orang mertuanya.
Ia harap, ia bisa selamat hari ini.
....................
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Modern's Time
RomanceVinoa Alaskay Stellar, itulah namanya. Seorang pemuda yang ceria dan aktif. Handal dalam menjadi seorang peretas. Suatu hari, ia harus terjebak karena data dirinya, tidak sengaja diketahui oleh pemilik perusahaan yang segala informasi nya sudah dire...