Nama: Lee Sohee.
Cita-cita: mukulin Park Jeongwoo secara membabi buta.
"AHHHHH!" Jeongwoo teriak, berlari untuk mencari persembunyian.
Sohee sebenernya bukan orang sumbu pendek yang gampang kehasut, tapi apa yang dilakukan Jeongwoo tadi pagi di sekolah sudah keterlaluan. Emang dasar babi ngepet, Park Jeongwoo selalu menemukan jalan untuk membuat Sohee tantrum. Padahal tuh Sohee mencoba rebranding diri sebagai seorang manusia baik hati nan ramah yang tidak suka marah-marah, sayangnya aspirasi Sohee terus dihancurkan oleh Jeongwoo yang kelakuannya bikin Lucifer kikuk.
"Eh, dajjal, jangan lari lo!" Sohee mengejar, tidak peduli kalau pertengkaran ini disaksikan oleh seekor kucing persia bernama Betty—peliharaan si Jeongwoo, tapi hobi nyakar tuannya sendiri.
Jeongwoo berlari menaiki tangganya sekuat tenaga, berupaya masuk ke kamar yang sudah dijampi-jampi agar menolak Sohee masuk. Tapi sial, Sohee kenapa orangnya cepet banget sih? Belum sempat Jeongwoo meraih kenop pintu, dia keburu jatuh ke lantai dan berciuman mesra dengan keset di depan pintu kamarnya.
"Ah, anjing!" Jeongwoo meringis sambil mengelus bibirnya, curiga bakal tiba-tiba monyong lima sentimeter.
Sohee terengah-engah, gak nyesal deh dia karena ikutan lomba marathon mulu tiap tanggal tujuh belas agustus. Si pemuda berkulit putih itu lalu menginjak punggung Jeongwoo, berdiri tegak kaya orang mau upacara bendera. Sontak tawa puas keluar dari sela bibirnya setelah mendengar Jeongwoo yang meringis sambil memohon ampun. Lagian, Sohee kok dilawan?
"Makanya, gue bilang juga jangan sok iye. Lo tuh bukan bad boy bad boy ala tokoh utama di AU, Je, muka lo cocoknya jadi rentenir!" seru Sohee yang bertepuk tangan tanda kemenangan.
"Muka kaya lo cocoknya jadi tumbal proyek, anjir. Awas gak?! Sebelum gue teriak panggil bokap lo?!" ancam Jeongwoo.
Gak usah dipanggil, Taeyong yang lagi sibuk mengerjakan tugas kantornya sudah terlanjur keganggu dengan keributan dua bocah kurang perhatian itu. Pria tersebut berdiri menghadap Sohee, melipat kedua tangan sambil mengernyitkan kening. Sohee yang tertangkap basah cuman bisa cengengesan, tidak juga turun dari punggung Jeongwoo yang sepertinya retak. Maklum, Sohee dan Jeongwoo itu teman sejak kecil; kadang mereka bertingkah seperti Upin Ipin yang gak ada habisnya. Taeyong kesal, karena dua remaja itu gak akur-akur.
"Dek, turun. Kasian itu Jeongwoo, nanti dimarahin om Jihoon loh!" tegur Taeyong.
"Biarin, biar beliau tau anaknya kaya setan!" sahut Sohee.
"Yeeee!" Taeyong menoyor kepala Sohee. "Udahan mainnya. Ayo bantuin Papa rapihin belanja bulanan ayo, tuh Mama udah dateng." Lanjutnya yang kemudian berjalan ke menuju dapur setelah mendengar suara istrinya.
Akhirnya Sohee berhenti menyiksa Jeongwoo, dia menjulurkan lidahnya ke arah si pemuda menyebalkan itu sebelum mengacungkan dua jari tengah. Jeongwoo yang gak mau kalah membalas dengan jari tengahnya. Kurang lebih, begini gambaran kehidupan Sohee; kalau gak bergaul sama orang tuanya, ya sama Jeongwoo. Karena Sohee itu lumayan awkward dan susah akrab sama orang, gak usah heran.
Dia juga hopeless romantic, gak usah tanya topik pacar ya...sensitif.
***
"Namanya Anton. Kayanya dia pindahan dari luar negeri deh," celetuk Jeongwoo.
Sohee mengernyit. "Anton siapa?"
"Itu, bocah yang gue palak," balas Jeongwoo. "Namanya Anton, kata si Haruto sih dia di kelas 12 IPA 1. Keliatan cupu, jadi gak heran masuk kelas itu."
Jujur Sohee gak tahu kalau nama siswa yang dia selamatkan dari Jeongwoo itu Anton. Dia juga gak begitu memperhatikan penampilan Anton, toh setelah memperkenalkan dirinya Sohee langsung cabut ke kelas. Sepintas, Anton lumayan ganteng sih. Namun, benar kata Jeongwoo; Anton itu kelihatan cupu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teh dan Kue Keranjang | Anton x Sohee
Fiksi Penggemar[bxb, non-baku, local] Anton, si barista ogah-ogahan di kedai kopi milik neneknya mendadak rajin kerja karena setiap sore bertemu dengan Sohee, si pelukis yang begitu indah.