"Eomma." Gadis dengan seragam senior high school itu berlari kencang menyusuri gang menuju rumahnya. Wajahnya berseri, ada kabar baik yang akan ia sampaikan kepada sang ibu dan gadis itu sudah sangat tidak sabar untuk melihat ekspresi ibunya nanti.
"Eomma," teriaknya kencang.
Dengan terburu-buru, gadis itu menuruni anak tangga perumahan mereke, membuka pintu rumahnya dan tidak memperdulikan letak sepatunya ketika membukanya begitu saja. Yang terpenting, ia segera menemukan ibunya.
"Eomma!!!" Pekiknya.
Mereka tinggal di perumahan kecil yang disewakan warga setempat dengan harga murah. Rumah semi bawah tanah, yang jendelanya justru mengarah pas kearah aspal jalan. Tak masalah untuk mereka, asalkan ada tempat tinggal yang menaungi mereka.
Gadis itu menemukan ibunya sedang mencuci pakaian mereka di kamar mandi, tampaknya tidak sadar akan kehadiran dirinya. Sebelum menegur sang ibu, gadis itu sempat mengatur netranya agar tak membuat sang ibu terkejut hingga gadis itu akhirnya menepuk pundak ibunya beberapa kali.
Sang ibu berbalik, menampakkan raut wajah kebingungan namun sesaat setelahnya wanita itu tampak berseri karena melihat rupa sang anak.
"Eomma." Gadis itu menggerakkan tangannya untuk berbicara, "hasil ujian minggu lalu telah keluar hari ini, aku berhasil," beritahunya lalu melompat girang karena terlalu senang.
"Chaeyoung-ie, mana? Eomma ingin lihat."
Sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan putrinya itu -karena biasanya Chaeyoung suka berbohong untuk menyenangkannya, tidak ada yang lebih tahu putrinya ini selain dirinya- wanita yang rambutnya mulai ditumbuhi uban itu langsung meraih kertas yang sedang dipegang oleh Chaeyoung.
Benar saja, dalam hitungan detik wanita itu berubah kegirangan dan berakhir memeluk putrinya. Chaeyoung terkikik, sudah ia duga ibunya itu pasti tidak percaya namun setelah melihat buktinya kini ibunya itu tidak bisa berkata apapun.
Chaeyoung membalas pelukan ibunya lebih kuat. Ya walaupun ujian di semester kali ini memang belum mendapatkan hasil yang ia inginkan tapi setidaknya Chaeyoung berhasil menempati peringkat empat besar di kelas. Tidak masalah, setelah ini Chaeyoung akan berusaha lebih keras lagi agar ibunya ini bangga terhadapnya.
Demi ibunya, Chaeyoung rela melakukan apapun.
Hanyut dalam suasana mengharukan ini, Chaeyoung tiba-tiba terperanjat saat mendengar suara isakan. Spontan, Chaeyoung langsung melepas pelukan mereka dan melihat kondisi ibunya.
"Eomma, apa eomma sakit?" tanya Chaeyoung, sayangnya itu percuma karena ibunya ini tidak dapat mendengarkan apapun.
Wanita itu Park Hyeon, wanita berusia empat puluh enam yang mengalami ketulian total saat sebuah kecelakaan menimpa dirinya.
Dengan sebuah decakan, Chaeyoung menggerakkan tangan menyentuh dada bagian kanannya dan melebarkan kedua tangannya kedepan, "ada apa?" tanyanya dalam bentuk bahasa isyarat.
Chaeyoung panik, tentu saja. Ibunya tiba-tiba menangis.
"Eomma menangis karena terharu, sayang. Eomma tidak apa-apa!! Hanya sedikit senang karena kau berhasil membuktikan dirimu jika kau bisa."
Chaeyoung bernafas legas, ia kira terjadi sesuatu kepada ibunya, "lain kali jangan begini, eomma membuatku khawatir," kesal Chaeyoung, "aku kira ibu menahan rasa sakit ibu lagi."
Hyeon menggelengkan kepalanya dulu sebelum menggerakkan tangannya lagi untuk berkomunikasi, "eomma baik-baik saja. Sana istirahatlah dulu!! Eomma akan selesaikan cucian ini dan memasakkan makanan kesukaanmu." Terakhir, Hyeon mendorong tubuh kurus putrinya itu untuk pergi namun yang ada Chaeyoung justru meraih tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chaeyoung: Everyone Has a Chance
FanfictionIni bukan hanya tentang mimpi. Tapi juga tentang mewujudkan impian yang mustahil. #Blackpink Edision #About Dream #Best Friend