Memerlukan waktu yang agak lama untuk mereka sampai disebuah rumah sakit yang terletak dipusat kota dengan hanya menggunakan sepeda motor. Mereka membawa tiga puluh kotak kue untuk diantarkan ke pelanggan.
Saat memasuki rumah sakit, Chaeyoung atas perintah ibunya mendatangi meja registrasi untuk bertanya kemana arah jalan jika mereka ingin menuju bagian psikiater.
Katanya ada pesta yang sengaja dilakukan perawat untuk menghibur salah satu pasien bersama pasien lainnya.
Setelah mendapat informasi akurat, Chaeyoung dengan segera menjadi pemandu jalan ibunya, menunjukkan jalan hingga akhirnya bertemu dengan salah satu perawat. Perawat itu mengambil pesanan dan juga meminta agar mereka mengikutinya.
"Ayo eomma, mereka akan bayar saat kita mengikutinya," ujar Chaeyoung dalam bahasa isyarat kepada ibunya.
Hyeon mengangguk dan menggandeng tangan putrinya ini sembari berjalan mengikuti perawat tadi, mereka kini berada di ruangan entah apa namun dipenuhi dengan beberapa perawat lainnya, beberapa dokter dan juga pasien.
"Tunggu sebentar ya, aku akan mengambil uangnya." Chaeyoung mengangguk saat perawat itu melapor kepadanya.
Chaeyoung mengamati sekitarnya, orang-orang tampak bersenda gurau menikmati suasana saat ini. Hal itu membuatnya tersenyum dan berfikir bahwa ia harus bisa mensyukuri segala nikmat Tuhan yang maha esa.
Karena apa? Karena mereka yang juga mengalami kesulitan mental tidak berputus asa dengan takdir mereka. Banyak orang yang membantu mereka dan dapat bercanda seperti ini saja adalah nikmat yang luar biasa.
"Mereka kelihatan sangat bahagia, tidak kusangka mereka adalah pasien dengan kesulitan mental dirumah sakit ini." Ungkap Chaeyoung kepada ibunya.
Hyeon tersenyum tipis, "itulah takdir, kau tidak bisa menebak apapun dengan hanya melihat kondisi orang lain satu kali."
"Kau benar eomma. Hanya saja sangat disayangkan mereka---"
"Ah." Chaeyoung sedikit tersentak saat tubuhnya sedikit digunakan oleh Hyeon. Perhatiannya tiba-tiba saja teralihkan dengan sosok gadis yang menyendiri dipojokan, tidak tersenyum, tidak juga terlihat memiliki gairah untuk hidup.
"Ada apa, hmm?"
"Aniyo, bukan apa-apa. Hanya saja gadis itu mengambil perhatianku." Hyeon membalikkan badannya untuk melihat sosok yang ditunjuk oleh putrinya. Wanita itu tersenyum dan kembali menatap Chaeyoung lagi, "ingin berbicara kepadanya?" Tanyanya.
"Apa boleh aku pergi kesana?"
"Tentu saja." Hyeon mengangguk dan saat itulah tanpa keraguan sedikitpun Chaeyoung mendatangi gadis itu. Duduk disampingnya dan mengulurkan tangan untuk berkenalan.
"Hai, ingin berkenalan denganku? Namaku Park Chaeyoung, aku bisa menjadi temanmu jika kau mau," tawarnya namun sayang, Chaeyoung tidak mendapat respon apapun kecuali hanya tatapan kosong dari gadis itu.
Chaeyoung menatap Hyeon dengan tatapan kecewa, "bagaimana ini, eomma? Dia tidak mau berbicara denganku."
"Orang-orang seperti mereka hanya memerlukan sedikit pendekatan, bicara saja!! Tidak apa-apa."
Chaeyoung kembali mendapat kepercayaan dirinya setelah apa yang di pergerakan Hyeon melalui bahasa isyarat.
Baiklah, Chaeyoung akan mengajak gadis itu berbicara.
"Siapa namamu? Apa aku boleh tahu usiamu? Kau terlihat lebih tua dariku jadi apa boleh aku memanggilmu unnie?"
Masih sama, Chaeyoung tidak mendapatkan respon. Namun hal itu tidak membuatnya menyerah, Chaeyoung masih mencoba untuk mengajaknya berbicara, "kau cantik sekali, pasti kau sangat beruntung karena memiliki paras yang indah. Kau terlihat seperti malaikat berhati baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chaeyoung: Everyone Has a Chance
FanfictionIni bukan hanya tentang mimpi. Tapi juga tentang mewujudkan impian yang mustahil. #Blackpink Edision #About Dream #Best Friend