Chapter 19

18.5K 718 39
                                    

Tubuh Gerald menegang selama beberapa detik. Ia masih belum merespon apa-apa, tapi ketika sadar Ayana mengucapakan nama Ivana, seketika emosinya tersulut.

Nama Ivana adalah salah satu kalimat yang haram disebut! Apalagi diucapkan Ayana!

Dan apa kata dia tadi? Dia melihat galeri Gerald? Wah, benar-benar cari masalah.

Gerald berbalik menghampiri istrinya dengan cepat.

"Kamu lihat galeri saya, hm?" tanyanya tenang. Matanya menelisik setiap sudut wajah Ayana yang pucat.

Yang ditatap justru malah merinding.
"A-aku——"

"Lancang," kata Gerald pelan namun penuh penekanan. "Kamu lupa dengan batasan yang kita buat, Ayana?"

Apa yang diharapkan Ayana benar-benar di luar dugaan. Dia sudah membayangkan Gerald merasa bersalah karena ketahuan menyimpan foto-foto Ivana, tapi kenyataannya tidak

Dia tidak merasa bersalah.

Justru malah menyalahkan Ayana karena berani mendobrak privasi Gerald.

"Aku gak bermaksud gitu, Mas."

"Apa? Kamu bahkan sudah mengingkari perjanjian kita." Rahang Gerald mengeras. Jika saja Ayana bukan wanita, sudah dipastikan babak belur sekarang.

Semua teman-temannya tidak ada yang lancang seperti ini.

Gerald merasa dikhianati.

"Kita udah nikah, Mas." Ayana menelan ludah kasar. Susah rasanya mengatakan kalimat yang ia rancang saat ditatap setajam ini. "Apakah wajar menyimpan foto wanita lain?"

"Kenapa?"

"Aku rasa itu nggak benar, Mas." Ayana mulai mengeluhkan isi hatinya. Meski rasanya sulit. "Aku istrimu. Aku——"

"Jangan karena masalah foto, kamu jadi membesar-besarkan seperti ini. Cukup beritahu saya untuk menghapusnya, pasti akan saya hapus," potongnya tanpa mendengar penjelasan Ayana.

"Mas——"

"Penjelasan saya kurang jelas? Atau ada yang salah dengan pendengaran kamu?"

"Aku cuman pengen tahu alasanmu masih menyimpan foto-foto itu."

"Saya lupa menghapusnya."

Lupa menghapusnya?

Alasan macam apa ini? Tentu saja Ayana tidak percaya. Dulu saat dia putus dengan mantan kekasihnya, semua foto ia hapus dengan keadaan sadar.

"Kamu bohong."

Gerald terkekeh. Dia menatap Ayana dengan jarak cukup dekat sembari menyingkirkan anak rambut istrinya dari wajah.

"Seharusnya tanpa saya kasih tahu alasannya pun, kamu pasti sudah tahu. Tapi sepertinya kamu ini tipe orang yang suka membesar-besarkan masalah."

"Aku gak kayak gi——"

"Shhhtt!" Gerald langsung membungkam bibir Ayana dengan jari telunjuk. "Tidak usah menyangkal. Saya tahu kamu pengin diperlakukan seperti itu juga."

Ayana menggeleng pelan, tak habis pikir dengan pola pikir Gerald.

"Tapi saya masih bisa menoleransi kok. Pola pikir anak kecil memang seperti itu. Apa-apa pengin."

Gerald berdiri meninggalkan Ayana yang bergeming di kamar mandi. Meskipun perempuan itu menangis, tidak ada rasa iba di hatinya.

Bi Sum yang sedang membersihkan ruang keluarga, sedikit terkejut melihat Gerald mandi di bawah. Pemandangan ini sangat langka.

Kenapa juga Gerald mandi di bawah?

Dan di mana Ayana?

Kenapa dia belum nampak pagi ini?

Pertanyaan itu terus memenuhi benak Bi Sum. Bahkan saat Gerald keluar dari kamar dengan keadaan rapi tanpa sarapan.

Yang lebih membingungkan lagi, Ayana tidak mengikuti Gerald di belakang. Padahal dia selalu mengantarkan Gerald sampai depan pintu.

Tapi ini tidak.

Aneh, di mana non Ayana? Tumben gak nganter pak Gerald? Kenapa perasaanku jadi gak enak gini ya?

tbc.

Akhir Cerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang