Di dalam ruangan Rin Miltassia.
Stella Despedia telah menyerahkan laporan yang ia buat tentang penangkapan Singa Angin kepada Rin.
"Harusnya aku masih dianggap berhasil kan?" tanya Stella.
"Kurasa begitu," balas Rin sembari meletakkan laporan Stella. "Jika Singa Angin sudah lama mati maka tidak ada yang bisa kita lakukan. Tapi aku agak heran kenapa kau malah terpikir untuk menangkap Goblin itu sebagai penggantinya? Aku tahu jika dia adalah penerus Singa Angin. Tapi kupikir kau hanya tertarik dengan monster yang kuat, bahkan kau membuatkannya perlengkapan dari tengkorak Singa Angin."
"Jika aku pulang dengan tangan kosong, maka tantangan itu akan dianggap batal atau gagal kan? Tapi bagaimana jika aku mendapatkan alternatif lain agar berhasil? Aku mendapatkan ide dan melakukannya. Sesimpel itu."
"Aku setuju. Menangkap Singa Angin atau menangkap penerusnya, kurasa yang kedua bisa dianggap termasuk dalam keberhasilan tantangan mengingat Singa Angin yang asli sudah mati. Baiklah, kau berhasil."
"Jadi. Bagaimana target ketiga?"
Rin memberikan gambaran dari sang target. Dia seperti putri duyung bewarna biru yang melayang di atas sebuah danau. Dengan seorang pria dengan ukuran yang lebih kecil berada di pinggir danau seolah meminta kepada sang duyung.
"Dia berada di Kabut Biru. Sebuah hutan dengan monster yang lebih kuat. Kadang, kabut kebiruan akan menutupi hutan dan sebuah lantunan suara seorang perempuan akan terdengar menggiring mereka dari dalam kabut. Jika mereka tidak beruntung, mereka hanya akan dibawa berputar-putar oleh suara itu, tapi jika beruntung, maka suara itu akan membawa mereka menuju sebuah danau. Dan di sanalah dia akan muncul untuk mengabulkan keinginanmu."
"Heh. Apa cerita itu benar? Dari yang kutahu, Siren itu monster yang gemar berkelompok dan menggiring manusia ke air dengan suaranya. Dan kemudian memakan mereka."
"Kau benar. Tapi ada satu cerita kenapa Siren yang ini berbeda, terlebih sendirian di danau itu. Menurut cerita tersebut, dia dulunya adalah seorang Penyihir Air yang sakit hati karena cintanya ditolak oleh bangsawan. Hingga kemudian dia memutuskan bunuh diri di danau tersebut."
"Hahaha, bodoh sekali."
"Jadi. Apa kau akan menerimanya?"
"Tentu saja. Ini akan berjalan sangat mudah."
"Jika kau begitu percaya diri, maka semoga beruntung."
Setibanya di Kabut Biru.
Stella mulai melangkah masuk ke dalam hutan. Tapi tidak berapa lama dia berjalan, kabut kebiruan sudah mulai menghampirinya. Cukup cepat dari biasanya.
Stella terus berjalan tanpa menghiraukan itu. Dia mendengar lantunan suara itu, dan sadar. Jika dia ingin disesatkan. Suara itu memiliki efek mengacaukan arah dan ingatan jarak pendek mereka yang mendengarnya. Ingatan mereka tentang arah akan berubah dan mereka juga akan sering lupa dengan jalan yang baru mereka ambil.
Sayangnya hal itu tidak berlaku pada Stella. Suara itu sama sekali tidak berefek padanya dan dia malah memanfaatkan suara itu sebagai arah tujuannya.
Stella berhasil keluar dari kabut dan tiba di danau. Sekilas dia melihat seekor makhluk seperti putri duyung melayang di atas danau nampak menyanyi. Makhluk itu langsung masuk ke dalam air saat melihat kedatangan Stella.
Stella berjalan hingga ke pinggir danau, dan nampak sedikit tersenyum.
"Untuk apa kau bersembunyi? Kita sudah saling melihat."
Tapi tidak ada respon.
"Kau ingin membuat ini sulit hah? Baiklah."
Stella memasukkan sebelah tangannya ke dalam air. Dia lalu berkata, "Jakuri, isap semua air danau ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare In Ultima Academy
FantasyWalaupun memiliki reputasi buruk yang diberikan kepadanya. Penyihir muda itu tetap memutuskan untuk bersekolah di sekolah sihir paling elit yang ada di dunia. Dan walaupun pihak sekolah juga mengetahui reputasi buruk tentang gadis itu, mereka dengan...