06 Hitam dan Putih

17 5 0
                                    

Hari ke-2 pelatihan Suisei.

"Kali ini kau akan mulai mempelajari sihir es tingkat rendah tipe serangan. Ini adalah tahap dimana seorang penyihir akan menunjukkan kreativitas-nya. Biasanya, penyihir akan membuat Jarum Es, yang dapat melesat dengan cepat. Tapi tidak jarang juga penyihir yang membuat bongkahan es yang cukup besar untuk dilemparkan ke arah musuhnya. Bagaimanapun bentuknya, itu akan menunjukkan sifat asli dari penyihir itu sendiri."

"A-Aku akan berusaha," jawab Suisei kepada Stella.

Suisei mulai mencoba menciptakan sihir es pertamanya. Sayangnya, dia cukup kesulitan dengan tahapan ini. Apapun yang coba dibuatnya hancur sebelum hasilnya terlihat.

Hingga dia kemudian mengingat masa lalunya kembali, khususnya sang ibu. Dia ingat bagaimana mereka dulu sering membuat manusia salju bersama. Pernah Suisei kecil bertanya apa yang diinginkan ibunya, dan jawaban ibunya cukup simpel. Dia hanya ingin melihat anak-anaknya bahagia.

Ingatan itu membuat Suisei bangkit. Dia mencoba kembali menciptakan sihir es-nya. Masih tidak ada es yang tercipta. Tapi Stella langsung menyadari jika Suisei tidak menciptakan es, melainkan sebuah bola salju.

Suisei lalu melemparkan bola salju ke pohon. Tidak seperti sihir es yang biasanya akan menembus pohon atau menghancurkan sebagian darinya, bola salju itu malah hancur saat menabrak pohon.

Tapi beberapa saat kemudian, es tajam tercipta dari bekas bola salju di pohon itu.

Stella lalu mencoba menghancurkan es itu, dan seperti dugaannya. Es itu juga membekukan bagian dalam pohon sehingga satu pukulan dari Stella langsung membuatnya roboh.

"Kau membuat sesuatu yang aneh. Tapi selama itu bekerja dengan baik, maka tidak ada masalah. Kau lulus tahapan ini."

Suisei terlihat gembira mendengar itu. Kini dia resmi menjadi seorang penyihir es yang sebenarnya. Tapi tentu saja, dia masih bisa berkembang lebih dari ini.

Hari ke-3 pelatihan.

"Sihir yang kau gunakan saat masih kecil itu, juga di hutan malam itu. Apa kau tahu sihir apa itu?" tanya Stella sebelum memberitahu latihan yang akan dijalani Suisei hari ini.

"T-Tidak," jawab Suisei.

"Dasar payah," jawab Stella. "Itu adalah Ice Flash. Sihir es yang tergolong tingkat tinggi. Dan hari ini, kau akan menggunakannya dengan benar."

"A-Apa kita tidak mencoba sihir tingkah menengah dulu?" tanya Suisei yang sudah mulai gugup.

"Itu hanya buang-buang waktu. Kau sudah menguasai dasar-nya. Dan kau juga memiliki potensi untuk melakukan sihir itu, terlebih kau juga sudah pernah mencicipinya. Kau sudah punya semua syarat untuk melakukannya dengan benar kali ini."

"Melakukan sihir itu lagi.." Suisei melihat kedua telapak tangannya.

"Apa yang kau takutkan? Cukup ingat saja semua yang sudah kau pelajari."

"A-Akan kucoba."

Suisei lalu bersiap. Pertama, dia mencoba merasakan Mana dalam dirinya. Dia mencoba untuk menyelaraskan semua bagian tubuh yang akan dia butuhkan untuk sihir itu.

Dia lalu mengangkat tangannya ke depan dengan kedua telapak tangan terbuka. Kini Suisei menggunakan ingatan dari mendiang ibunya untuk memberinya kekuatan tambahan.

Dan Suisei mulai bersiap mengeluarkan sihir itu. Lingkaran sihir telah tercipta, dan cahaya biru yang akan membekukan semua yang ada di depannya akan muncul.

Tapi si saat itu, Suisei mulai merasa jika Mana-nya mulai kacau. Dia mulai gugup dan gambaran akan kegagalan mulai muncul. Hingga.

"Apa yang kau lakukan? Sudah kubilang ingat semua yang telah kau pelajari hingga hari ini."

Stella memberinya saran. Sayangnya Suisei sudah mencoba melakukan itu. Tapi itu juga membuat Suisei memikirkan hal lain.

Dia memikirkan Stella dan Sakura sang guru yang telah membantunya selama di sekolah itu.

Walaupun Stella sama sekali belum menunjukkan sikap mau diajak berteman, dia telah rela meluangkan waktunya untuk melatihnya. Dan itu memberi Suisei kekuatan tambahan lain untuk tidak menggagalkan ini.

Suisei berusaha keras mengendalikan Mana-nya kembali dengan paksa. Dan saat semuanya telah berada di posisi yang sempurna.

Lingkaran biru itu memancarkan cahayanya. Suisei seketika terduduk, dia nampak ngos-ngosan, tapi kali ini dia berhasil tidak menyakiti dirinya sendiri.

Lalu dengan hasilnya. Sebagian pohon di area itu menjadi es, sedangkan tanah di sekitarnya langsung ditutupi salju. Sebuah pemandangan yang nampak indah. Berbeda dari sebelumnya dimana semuanya ditutupi oleh es tajam karena Suisei yang masih belum bisa mengendalikan kekuatannya. Kini dia berhasil mengeluarkannya sendiri dengan hasil seperti yang ia inginkan.

Suisei kemudian menoleh kepada Stella untuk mendengar pendapatnya.

"Seperti yang kubilang, kau sebenarnya berbakat melakukan ini. Kau hanya terlalu lamban untuk menyadarinya."

"Apa aku berhasil?" tanya Suisei.

"Kurasa. Aku ragu ada hasil yang lebih baik dari ini."

Suisei terdengar sangat senang dan terharu mendengar itu.

"Sekarang kau juga telah menyelesaikan tahapan ini. Tidak ada lagi yang bisa kuajarkan padamu, jadi kau tidak perlu menyogokku dengan Blackforest lagi."

"Eh? Kenapa? Aku rasa masih banyak yang bisa kupelajari darimu."

"Maka pelajarilah sendiri. Menguasai tiga tahapan yang kuberikan sudah cukup untuk membuatmu berdiri sendiri. Sejak awal, meminta bantuan Penyihir Hitam untuk melatih sihir es adalah keputusan yang bodoh."

"A-Aku mengerti." Suisei nampak sedih. Dia sebenarnya hanya ingin bisa lebih dekat dengan Stella. Sayangnya, tembok anti-pertemanan yang mengelilingi Stella masih sangat kokoh berdiri.

Stella mulai beranjak dari tempat itu, meninggalkan Suisei yang masih nampak kelelahan.

"Aku harap kita tidak akan bertemu lagi. Tapi aku juga berharap kau akan tumbuh menjadi penyihir yang tidak mudah dijatuhkan orang lain."

Dan kedua gadis itu-pun berpisah. Dimana mereka akan kembali menjalani kehidupan mereka di asrama masing-masing.

Sekembalinya Stella ke sekolah, dia melihat banyak murid yang sedang menonton sesuatu di lapangan tengah. Kebanyakan murid yang merupakan perempuan itu nampak sangat heboh sehingga insting Stella ikut menariknya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Stella mendapati dua orang murid laki-laki, satu murid dengan rambut putih dan pakaian serba putih, dan murid lainnya dengan rambut hitam dan pakaian serba hitam nampak sedang melakukan pertandingan persahabatan. Mereka berdua berasal dari kelas tiga Elit, atau kelas-nya para bangsawan dan merupakan dua murid terbaik di sekolah saat ini.

Penyihir Putih nampak bergerak lebih dulu dengan menggunakan sihir putih untuk memperkuat dirinya dengan sihir pendukung.

Para murid gadis semakin heboh dan itu sangat mengganggu Stella hingga dia ingin segera beranjak dari sana.

Tapi dia kemudian melihat Penyihir Hitam melakukan sihirnya. Sihir yang keluar dari lingkaran hitam sama sekali tidak pernah Stella lihat sebelumnya. Bahkan itu mungkin sudah tidak tergolong sihir hitam.

Penyihir Hitam itu mengeluarkan makhluk hidup lain dari lingkaran sihir yang ia keluarkan. Makhluk yang dia tangkap dan kendalikan untuk mematuhi perintahnya. Itu adalah sebuah sihir pemanggilan.

Dan untuk pertama kalinya, Stella menunjukkan sebuah senyum yang cukup lebar.

Dia menginginkan sihir yang sama.

-------

06 Hitam dan Putih

20-04-2024
24-04-2024 (Revisi 1)

1054 kata

Nightmare In Ultima AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang