04 Blackforest

20 7 0
                                    

"Uh.."

Perlahan, gadis berambut putih panjang membuka matanya. "Dimana ini?"

"Suisei, selamat pagi," sambut seorang wanita muda berambut merah muda pendek yang nampaknya sudah ada di sana sejak tadi. "Bagaimana keadaanmu?"

"Sakura Sensei," sebut Suisei. "Apa yang terjadi?"

"Kau pingsan di dalam hutan. Kami menemukanmu dalam keadaan membeku. Untungnya Stella juga ada di sana, dan dia melenyapkannya sehingga menyelamatkan nyawamu. Kami lalu membawamu ke ruang perawatan ini."

"Stella ya.. aku melakukannya lagi. Maaf merepotkan kalian."

"Tidak usah khawatirkan itu lagi. Apa kau bisa bangun? Aku sudah membuatkan sarapan hangat untukmu."

"Iya. Terimakasih Sensei."

Tidak berapa lama kemudian, seorang gadis berambut hitam panjang masuk ke dalam ruangan itu. Dia melihat Suisei sudah bangun dan bisa melahap makanannya sendiri.

"Nampaknya sudah tidak ada masalah, baguslah." Dia lalu berbalik dan berencana untuk pergi.

"Stella Despedia. Kuperintahkan untuk tetap berada disini. Kondisi Suisei jadi begini karena nasehatmu."

Stella menghela nafas, tapi dia masuk ke ruangan itu dan berdiri di samping pintu.

"Sensei. Stella tidak punya salah. Malahan dia benar. Aku terlalu memikirkan sikap orang-orang kepadaku dan melupakan sumber masalahnya, kekuatanku. Aku memang harusnya memprioritaskan waktuku untuk mengendalikannya. Stella hanya mengingatkanku soal itu."

"Suisei, kau harusnya minta bantuan dari yang ahli, seperti keluarga-"

Saat mendengar itu, wajah Suisei langsung terlihat murung. Sakura yang paham dengan masalah Suisei-pun tidak melanjutkannya.

"Jika kau hanya melakukannya sendiri, kau hanya akan melukai dirimu lagi."

"Sensei mungkin benar. Atau mungkin akunya saja yang payah, he." Suisei menitikkan sedikit air mata.

"Suisei.."

Stella kembali menghela nafas. Kali ini dia melakukannya cukup keras sehingga terdengar oleh kedua perempuan lainnya.

"Sampai kapan aku harus menyaksikan drama membosankan ini?"

"Hehe, maaf ya." Suisei memaksa tersenyum.

"Jika kau tidak ingin membantu, kau boleh pergi sekarang."

"Bagus." Stella tanpa ragu mulai beranjak dari tempat itu. Tapi saat dia sudah membuka pintu dan hendak keluar, dia berhenti sejenak.

"Putri Salju. Kau sebenarnya punya potensi untuk sihir es yang sangat tinggi. Jauh lebih besar dari dua manusia salju kerabatmu itu. Bahkan lebih besar dariku saat ini. Tapi kau payah dalam mengendalikannya. Aku akan bertanya ini satu kali saja. Apa pertama kalinya kau menggunakan sihir es adalah saat membuat ibumu cacat?"

"Stella! Jaga kata-katamu!" Sakura nampak tidak suka dengan perkataan terakhir Stella itu.

Suisei terdiam sejenak. "Itu benar."

"Seperti dugaanku. Kau tidak pernah mempelajari dasar-nya. Apa yang kau lakukan itu sama seperti penyihir amatir yang mencoba melakukan sihir tingkat tinggi. Karena tidak mengetahui dasar-nya, kau hanya mencoba mengulang sihir yang kau gunakan sewaktu kecil itu. Tanpa tahu jika itu adalah sihir yang besar, dan pada akhirnya melukai dirimu sendiri karena ketahananmu yang tidak berkembang dengan baik, juga melukai orang lain,"

"Apa yang harusnya kau lakukan adalah mempelajari dasar-nya, bukan mencoba mengendalikannya. Yah, tapi kau juga bodoh karena tidak menyadari itu sendiri."

Nightmare In Ultima AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang