✧✧✧
✧✧✧
***FLASHBACK***
Danzi: Aku udah Sampek rumah
Ghifa: Baguslah, ouh iya tadi ngomong apa dan?
Danzi: Hmm maluu.
Ghifa: Dih serius?, mau ngomong apa tadi pas di jalan mau pulang itu.
Danzi: Danzi mau ghifa jadi pacar danzi
Ghifa: Ghifa mau tapi ada syaratnya.
Danzi: Apa ifa?.
Ghifa: Ghifa mau danzi ngomong langsung besokk, ok?.
Danzi: Maluu, tapi danzi gak mau kehilangan ifa jadi, ok.
***AWAL DUNIA BERSAMA DANZI***
Dering terdengar lewat hp ghifa, sedangkan ghifa baru saja keluar dari kamarnya, telpon itu terus berbunyi berulangkali.
Ghifa yang baru memasuki kamarnya terlihat bingung mencari hpnya.
"Hmmm dahlah capek" membaringkan tubuhnya dia atas kasur dan melihat langit-langit kamarnya.
Dering itu terdengar lagi, ghifa trus mencarinya lewat suara dering hp tersebut.
"Aishhh ternyata disini kamu" sambil melempar handuknya.
Bukannya di letakkan ketempat yang seharusnya tapi ghifa malah meletakkan di asal bahkan kamarnya terlihat sangat berantakan, sehingga membuat apapun benda yang di perlukan ghifa sering lupa dimana ia meletakkannya.
Ghifa memang sedikit kehilangan rasa semangat hidupnya semenjak ia di takdirkan di keluarga yang utuh namun tidak harmonis, ghifa sudah lelah mendengar ocehan, bentakan, keributan bahkan di dalam rumah yang ia tempati bersama ibu dan ayahnya tidak ada ke damaian.
Terlihat pesan dari danzi setelah hp itu terdiam, karna ghifa tidak sempat mengangkat telponnya, panggilannya sudah berakhir.
Ghifa bersontak kegirangan setelah melihat pesan yang danzi kirim. Ia melompat lompat Sampek lupa kalo ini udah tengah malam.
Ghifa antara senang karna ingin di jemput oleh pacarnya besok, atau ini adalah pertama kalinya dia dipanggil sayang, dan bisa menyebut orang lain dengan sebutan "sayang" yang baru saja menjalin hubungan ini dengannya.
Waktu terus berputar jam sudah mencapai 00.00, ghifapun memutuskan untuk tidur karna keesokan harinya ghifa harus masuk kuliah jam 09.00. Sedangkan ghifa pergi ke kampus biasanya naik angkot, dan itupun lumayan jauh dari rumah ghifa , bahkan harus menyambung angkot dua kali, yapp benar dari rumah ghifa dia menaiki angkot 03 untuk sampai kekota, dan 05 untuk sampai ke kampusnya. Hari-hari seperti itu sebenarnya cukup melelahkan tapi apa boleh buat gifa sendiri tidak bisa membawa sepeda motor.
Jadi kalo danzi hanya menyempatkan waktunya untuk menjemput ghifa saat pulang kampus saja itu effortnya menurut ghifa sudah lumayan, karna apa?, karna rumah danzi lebih jauh jika harus naik angkot dari rumah danzi menuju kampus yang ghifa sekarang, bisa Sampek tiga angkot loh yang harus dinaiki kalo naik angkot.
Jujur ghifa sendiri masih pacaran tapi virtual, tapi memang beberapa hari ini ghifa merasa bahwa hubungannya yang ia jalanin delapan bulan bersama hubungan virtualnya itu sia-sia, tidak ada yang ingin ia harapkan bersama hubungannya itu, apa boleh buat sekarang ghifa mempunyai danzi yang selain satu kota tapi juga senantiasa menemani sepinya sekarang.
Ghifa sendiri memiliki rasa bersalah untuk hubungannya, walaupun virtual, dan ghifa menganggap hubungannya itu tidak sama sekali dalam katagori pacaran yang ia harapkan, ia merasa hubungan itu hanya seperti berharap pada layar hp. Selain itu ia dan pacarnya virtual itu beda agama, udah virtual beda agama lagi, tak di sangka mungkin itu juga alasan ghifa menjadi seperti ini. Namun hal itu tidak bisa dibenarkan atas sifat ghifa ini.
✧✧✧
✧✧✧
******Hi******
Hai semuanya, makasih udah mampir atau sekedar penasaran, disini aku cuma mau bilang, kalo kalian ngerasa ada yang salah dalam pengetikan atau menulis dalam cerita ini aku minta maaf terlebih dahulu dan jangan lupa buat komentar biar aku bisa tau kedepannya apa yang salah dalam penulisannya. Ouhh iya kalian juga bisa follow dan aku bakal follback dan jangan lupa juga buat vote ya.
****Thanks****
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU TERLALU BERLEBIHAN & KAMU RISIH
Ficção Adolescente✧Happy reading✧ Disini hanya terlihat dunia ghifa dan danzi selebihnya memperlihatkan komedian di dalam dunia yang keras ini. ✧Don't plagiarize✧ Berulang kali aku meminta maaf tapi jika hatimu yang terluka aku tidak punya obatnya. Maaf tidak memikir...