Part 2

19 2 0
                                    

"Tiit...tittt...tittt....."

Kesal dengan kemacetan yang melanda negeri ini membuatku tak sabar. Mana aku sudah menyiapkan schedule dengan tepat, hmm, lupa menghitung waktu untuk kemacetan, karena biasanya aku mengayuh sepeda melalui jalan khusus sepeda yang pastinya tidak mengalami kemacetan.

Aish, aku menyesal telah menelantarkan sepedaku yang merupakan hadiah seventeen ku. I hate traffic jam, batinku. Bukan hanya karena harus berlama-lama di mobil ini, tapi aku risih dengan bapak-bapak genit di seberang mobilku yang kelilipan matanya dari tadi kearahku, pengamen yang menyanyikan lagu dari artis yang aku benci sampai orang-orang yang berjalan dan mengendarai motor melalui celah-celah jarak antar mobil yang sempit hingga mobilku sempat hampir terserempet, uh.

Bagaimana jika lecet? Uang jajan sebulan pun tak bisa membiayai perbaikannya. Aku tak ingin uang sakuku dipotong.

Eotteokhae??? (Emang Indonesia ya? Kok kemacetannya gitu amat kayaknya di Korea jarang pengendara sepeda motor trus ada pengamen lagi -.- sorry ya, ini gw lakukan untuk memasukkan Indonesia culture ke cerpen :D I love Indonesia!)

Akhirnya malam menjemput hingga berhasil melewati kemacetan itu. Namun bukannya bernapas lega, aku malah di buat sesak dada ketika aku menanyakan keberadaan Haeppa pada para kru, mereka menjawab dengan pandangan tanpa dosa dan mencoba menyembunyikan sesuatu, yang tentunya membuatku semakin berapi-api untuk mengetahui kebenaran.

"Hah? Kapan? Kau bohong!" mencoba untuk tak mempercayainya.

Broken heart melanda, bagaimana Haeppa bisa melupakan janjinya padaku? Ia malah diajak dinner oleh iblis berwajah malaikat itu, Jessica eonni. Pasrah dengan itu, akupun menyusuri jalan setapat kembali keparkiran, pikiran tak jernih memikirkan mereka berdua yang dulu pernah berpacaran.

CLBK? Oh no! ku raba-raba jaketku untuk menemukan Iphone 5 milikku yang bordering dan itu Haeppa yang menelepon. Luapan marah yang tadinya tersembunyi kini meluap dan membuat mataku basah oleh air mata.

"Aku membencimu Haeppa!" teriakku sembari menutup telepon, nampaknya ia menyesal dan hanya diam ketika ku marahi atau mungkin karena tuduhanku benar adanya. Aish.

"Hari ini aku sungguh sial!" gerutuku sambil menendang ban mobil ibuku dengan sekuat tenaga dan malah menyakiti kakiku sendiri. Siapa yang harus kuhubungi now? Orangtua? Jangan! Belum selesai aku memutuskan, si ahjussi di perpustakaan lewat di depanku dan bergegas kupanggil, dengan sepeda yang di giringnya menuju kearahku.

"Noona cerewet? Apa yang kau lakukan disini seperti orang bodoh?" tanyanya tanpa dosa setelah mengatakan aku seperti itu.

"Euy, ahjushii, kenapa slalu saja aku melihatmu? Apa kau mengikutiku layaknya penguntit? Aish..."

"Hey noona, jaga bicaramu. Kalau memang aku penguntit, aku akan memperhatikan setiap gerak-gerikmu hingga kau ketakutan, hahaha" belanya seraya tertawa licik kearahku. Tanpa memperdulikannya lagi, akupun mengambil tas di dalam mobil dan menguncinya.

"Apa yang akan kau lakukan noona manja? Bisakah kau bertahan sampai dirumah tanpa mobilmu? Beberapa detik saja kau akan lelah, ckckckck"

"Hey! Kau pikir aku anak manja yang bisanya merepotkan. Setiap hari aku kuliah dengan sepeda bahkan aku lebih cepat daripada atlit, jalan kaki tanpa alaspun aku kuat. Kau sungguh meremehkanku, tapi syukurlah kau bukan penguntitku."

Perasaan lega kembali membawa pikiranku untuk jernih dan memikirkan beberapa ide-ide cemerlang, bukan ide mengenai cara untuk pulang sih, lebih kepada cara membuat Haeppa merasa menyesal telah memperlakukan aku dengan begini. Bukannya jernih malah tambah licik. Hahaha. Senyum kecut mengembang di bibirku, segera ku tarik lengan Yong Hwa Oppa yang biasa ku sebut ahjussi ini.

"Bolehkah aku ikut denganmu?" tanyaku sedikit halus.

"What? No way. Aku harus ke Cattarcis untuk bekerja."

Tolaknya dan melepaskan genggamanku yang terlalu kuat sepertinya.

"Tak masalah, aku juga kebetulan haus, traktir beberapa minuman ajj." Sahutku yang sok akrab serasa batas konflik di antara kami tak terlihat, namun sebenarnya aku masih kesal dengannya, karena tidak hanya panggilannya padaku "noona" tapi juga peristiwa 2 minggu lalu yang membuatku di permalukan oleh kekalahanku sendiri pada debat music.

Sepertinya ia mengijinkanku walaupun ia hanya berekspresi dengan wajah datarnya dan kembali berjalan dan aku mengikutinya dari belakang. Hingga beberapa menit sampai. Segera aku duduk di tempat bartender yang sedang mengelap gelas, dan ia bergegas bertanya padaku, apa yang ingin aku pesan.

"Cocktail" jawabnya yang dari tadi memandangi Yong Hwa yang bersiap-siap di panggung ingin bersiap-siap menyanyi bersama bandnya yang di juluki CN BLUE. Mulailah ia menyanyi dengan suaranya yang merdu dan membuatku terpana menatapnya. Tampak fans-fansnya yang segera berdiri dan menari mengikuti alunan lagu-lagunya yang ngebeat.

Reff
"See my eyes neon naege ppajyeosseo
See my eyes neon naega banhaesseo
Sarangeun neul gapjagi unmyeongcheoreom onabwa
Eoneunal chajaon sonagicheoreom nal
Jeoksyeonoko geuge sarangiljuriya"

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang