Prolog

762 49 1
                                    

Menjadi pelajar mungkin menjadi sebuah fase melelahkan sekaligus menyenangkan. Menjadi pelajar adalah tangga pertama usaha manusia untuk mengubah takdir menjadi lebih baik atau mengubah takdir menjadi baik. Namun yang pasti, menjadi pelajar adalah harus bangun pagi.

"Rose!"

"Iya mama?"

"Kau tidak berangkat? Ini sudah pukul 6, ini hari Senin pasti ramai."

"Iya mama, tapi aku tidak melihat kaus kakiku!" Seorang ibu dengan berbalut jubah tidur tertawa ringan dan segera menghampiri anak perempuannya yang berada di lantai 2 rumah megahnya. Perawakan ibu satu ini sedikit berbeda dengan wajah oriental Asia, seperti campuran benua lain. Hidungnya sangat tinggi dan rambutnya berwarna coklat.

"Pakai saja yang lain..." Ucap sang ibu sambil membantu mencari kaus kaki abu abu yang anaknya maksud.

"Ya sudah lah, tolong katakan pada bibi untuk segera mencari ya?"

"Iya, sudah cepat berangkat. Oppa mu sudah menunggu di bawah." Rose mengangguk dan segera turun ke ruang makan.

"Kau lama sekali sih. Kalau seperti ini pakai sepeda motor saja bagaimana?" Ucap Mingyu, kakak laki laki Rose yang berusia 1 tahun lebih tua daripada Rose. Mereka satu sekolah, Mingyu sudah kelas 3 dan Rose kelas 2. Rose dan Mingyu adalah dua saudara yang cukup akrab, namun tidak jarang pula mereka berkelahi mengenai hal hal kecil. Mereka bersekolah di sekolah menengah atas yang cukup terkenal dengan konsentrasi Seni di Korea Selatan. Anak anak yang bersekolah disana pun tidak bisa sembarangan masuk. Harus memiliki beberapa bukti prestasi yang berkaitan dengan Seni selama masa sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama.

"Tidak!"

"C'mon mama" Ucap Mingyu mengeluh

"Sekali saja, ayah sedang tidak dirumah..." Lanjut Rose.

"Justru ayahmu tidak ada, jika kau ingin naik sepeda motor naik saja sendiri. Jangan ajak adikmu Mingyu..." Mingyu terlihat tertawa sambil melihat Rose yang cemberut.

"Makan sarapanmu di dalam mobil! Cepat berangkat!" Perintah sang ibu dan kedua anaknya pun segera pergi meninggalkan rumah untuk pergi ke sekolah.

==

"Sudah kubilang kan ayah? Aku tidak mau satu sekolah dengan dia!"

"Sudah terlambat! Sekarang bukan waktunya kau merajuk! Sudah 6 tahun Jungkook! Terimalah dia."

"Ah terserah!"

"Agar mudah Jungkook, jika kau tetap ingin bersekolah di Busan akan sangat jauh ayah mengawasimu. Kau ingin tinggal sendirian terus disana?" Ucap seorang ayah kepada anaknya yang tengah dalam perjalanan menuju sekolah baru seorang anak laki laki bernama Jungkook.

"Lebih baik tinggal sendirian."

"Cukup Jungkook, jangan seperti anak kecil terus. Sudah 6 tahun lamanya dan kau masih saja seperti ini."

"Ayah yang memulai!" Ucap Jungkook dan mendahului ayahnya keluar dari mobil. Jungkook sedikit terkejut dengan sekolah barunya, sebab sekolah barunya sangat megah. Berbeda sekali dengan sekolahnya yang berada di Busan, tempat kelahiran sang ibu dan dirinya. Jungkook tiba tiba menjadi pusat perhatian siswa sekolah karena mereka 'baru' saja datang. Jungkook dan ayahnya masuk ke dalam ruang guru, dan tidak lama dari itu ayah Jungkook pergi. Jungkook bersama seorang guru pria bernama Bum Joo berjalan menuju kelas yang akan ditempati Jungkook.

"Jungkook-ah tunggu dulu disini sebentar, aku ingin bertemu dengan salah satu guru di sana." Tunjuk guru tersebut mengarah ke sebuah kerumunan orang orang di depan salah satu kelas.

"Ne." Jungkook duduk di salah satu bangku di lapangan yang tidak jauh dari gurunya berada, ia mengamati seluruh gedung yang bisa digapai dengan indranya. Ia berdecak kagum dan sedikit senang karena sekolah barunya ini fokus pada seni. Jungkook suka musik, ia juga sering menciptakan melodi dan lagu lagu. Ia juga melihat kerumunan siswa yang sedang bermain basket. Satu hal yang membuatnya tertarik saat ini adalah ia mendapati seorang gadis dengan kuncir kuda berlari berlari memotong lapangan yang sedang dipakai.

"Bodoh." Ucapnya spontan. Tak lama dari itu, seorang siswa melempar bola ke arah ring dan perempuan itu dalam beberapa detik akan sampai di bawah tiang ring basket. Jungkook dengan reflek berlari sebelum bola itu mendarat tepat di atas kepala.

"Yak!! Rose!" Teriak salah satu siswa. Namun sebelum bola itu mendarat sudah ada Jungkook yang menangkapnya.

"Rose! Kau bodoh ya? Berlari memotong lapangan? Jelas jelas kami sedang bermain basket." Ucap seorang siswa berperawakan tinggi.

"Mianhae Taehyung-ah, aku sudah terlambat."

"Dan kau siapa?" Tanya seorang bernama Taehyung kepada Jungkook.

"Ah aku siswa baru disini." Jawab Jungkook dengan nada malas.

"Terima kasih, maaf sekali." Ucap Rose kepada Jungkook. Kemudian seorang bernama Taehyung dan teman teman lainnya bermain basket kembali meninggalkan Jungkook dan Rose yang masih kikuk. "Dimana kelasmu?" Tanya Rose.

"Aku belum tahu."

"Rose!" Seseorang menyapa gadis itu.

"Iya pak, maaf aku terlambat. Mobil kami tadi menabrak kucing jadi aku mengurusnya."

"Iya tidak apa, kebetulan sekali. Ini Jungkook, siswa baru di kelas kita. Jungkook ini Rose, dia adalah wakil ketua kelasmu. Kelas 2b"

"Ah ne, annyeong haseyo."

"Annyeong haseyo". Jungkook dan Rose saling menyapa. Kemudian keduanya berjabat tangan. 

==

Jadi aku udah fiks pakai judul ini huhu, untuk kemarin maaf banget. Karena ternyata setelah aku baca beberapa part tidak cocok dengan judul Aberto. Jadilah Ferula ini. 

So. Tunggu sampai cerita ini rampung ya, good to see you again readers! 

(Jangan lupa kasih jejaknya hehe, asli kalau dikasih jejak aku kaya lagi naksir cowo. Senyum senyum sendiri) 

<Style - Taylor Swift>


FerulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang