#5

179 35 1
                                    

Bab 5 : Awal Kehancuran

"Setiap pertemuan membawa perubahan, tak peduli seberapa kecilnya"

-Belleza Brigitta

.
.
.

Sedangkan di tempat lain, Genan yang lagi dibicarakan Gitta di kantin, berjalan santai menuju perpustakaan. Ia sudah menduga bahwa Gitta akan menggangunya di kantin. Tak mau itu terjadi, ia memilih pergi ke perpustakaan. Bukan untuk membaca buku, tapi untuk bermain game dengan tenang di sana.

Ia sudah memasuki ruangan perpustakaan. matanya tak sengaja melihat gadis yang sedang di jahili oleh siswa lain. Siswa itu menaruh yang buku si gadis di rak paling tinggi. Sesudah itu, lelaki yang menjahili pergi begitu saja, meninggalkan gadis yang sudah melompat-lompat berusaha mengambil buku yang diletakkan di rak paling atas.

Entah kenapa, Genan yang biasanya tak peduli, kini kakinya berjalan mendekat. Ia mengambil buku itu dengan mudah lalu memberikan kepada sang gadis. Gadis itu buku tersebut, yang awalnya ia menunduk, kini mendongak menatap wajah sempurna lelaki tinggi yang membantunya, mata mereka sempat bertemu sebelum gadis itu menunduk kembali.

"M-makasih, k-kak," Ucap gadis itu.

"Lo murid baru?" tanya Genan.

"Iya, kak, aku baru pindah tadi," jawab gadis itu.

"Kelas mana?" tanya Genan dingin.

"S-sebelas i-ipa t-tiga, Kak,"

"Gue sama lo seumuran. Jangan panggil gue kak." kata Genan.

"Mending kita duduk. Ga enak berdiri" ajak Genan, sedangkan gadis itu hanya menurut saja.

"Jadi, siapa nama lo?"

"E-Eliya Enjala."

"Kamu?" tanya Eliya.

"Genan. Gue kelas XI IPA 1." jawabnya.

"Lo nanti pulang naik apa? Mau bareng gue ga?" Entah kerasukan setan jenis apa. Ia mengajak seorang gadis menduduki jok motor belakangnya. Jujur ini kali pertama Genan mengajak seorang gadis pulang bersama.

"A-aku pake taksi, Kak. K-kalo ga keberatan, boleh deh. " jawab Eliya tersenyum. Hal itu membuat gejolak aneh di tubuh Ganan.

Awalnya niatnya kesini untuk bermain game online di handphone nya. Tapi hal itu tak terjadi karena keasikan mengobrol dengan gadis di depannya ini. Keasikan mengobrol sampai mereka sudah menghabiskan waktu istirahat. Kini keduanya berjalan bersama di koridor, bisik bisik murid sudah terdengar jelas di telinga kedua nya.

Genan yang bodo amat dan Eliya yang sudah menunduk malu.

.
.
.

Sementara itu, Gitta dan Carissa sudah berada di kelas dari tadi. Setelah makan, mereka langsung pergi meninggalkan kantin. Teruslah Gitta yang mencari Genan di kelas Ganen sendiri, dan Carissa yang mau tak mau mengikuti.

Setelah manusia yang Gitta cari-cari tak selalu ketemu. Gitta pun pasrah dan pergi saja ke kelas. Di kelas, Gitta dan Carissa sibuk membaca novel. Carissa yang membaca novel melalui sebuah buku, dan Gitta yang melalui ponselnya.

Waktu istirahat pun habis. Kini murid berbondong-bondong memasuki kelas masing masing. Biasanya jika waktu istirahat habis, siswa dikelas Gitta masih ramai. Tapi tak dengan sekarang. Bagaimana bisa mereka ramai jika saat ini yang mengisi jam adalah bu Heni, guru killer yang ditakuti semua murid di sekolah sini?

Tak lama ada wanita yang membawa beberapa buku di tangannya datang memasuki kelas itu. Siapa lagi jika bukan bu Heni.

Baru sekitar 15 menit pelajaran, Gitta merasakan sakit di perutnya. "Ris!" bisik Gitta. Carissa yang dipanggil menoleh, ia menatap Gitta seakan bertanya "kenapa".

BRIGITTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang