。° 03⋆𖦹

240 36 9
                                    

Membawa barang berat memang bukan tugasnya akan tetapi, setidaknya Mavera membantu mendorong sepedah kak Junsu dan Yubin. Bagian sepedah Mavera, didorong oleh Junsu memang, kakak kelas yang satu ini baik hati sekali.

Untuk bagian membawa barang berat memang sudah diputuskan, para cowoklah yang mengurus bagian itu.
Alat berat itu merupakan Roller, mereka membopongnya menuju tempat yang dipandu oleh kakek biksu. Cukup menguras tenaga akhirnya, mereka sampai di sebuah sungai dengan bebatuan besar.

7 roller kayu itu, mereka letakkan dialas batu yang luas dan datar. Masing-masing di antara mereka harus mengayuh dan menyeimbangkan diri. Jika tidak dapat menyeimbangkan diri dengan baik, salah satu yang mendapat paling ujung akan lebih dulu jatuh ke air.

"Aku ga mau dapet yang paling pinggir !"
Mavera mendapati posisi aman. Kalaupun jatuh, setidaknya bukan dia yang terjebur ke sungai.

Selama latihan, mereka mati-matian menahan keseimbangan. Biksu mengatakan kalau mereka harus menahan selama 2 jam. Baru ingat, ini baru pemanasan bukan latihan.

"Rileksasikan badan kalian, bokongnya jangan terlalu berayun. Kayuh yang santai. Jaga keseimbangan dan aturlah tenaga dengan baik," ujar biksu.

Wajah gadis itu sudah dipenuhi dengan keringat yang bercucuran, rambutnya sudah terasa lepek, dan bau badan yang mulai menusuk hidungnya. Dirinya menyipitkan mata melihat biksu sedang merebahkan diri di atas bebatuan.

"Aku juga ingin tiduran..."

Tidak ada kata tenang bagi mereka, seekor lebah, terbang mengganggu Minwoo. Melayang-layang mengitari wajah Minwoo hingga, sang empu tak sengaja menyenggol Jahyun. Takdir mendapat tempat paling ujung, Hannam terperosot ke air.


Berjam-jam mereka mengayuh sepedah, baik paha dan betispun sudah merasakan keram. Ini namanya penyiksaan berdalih pemanasan. Karena sudah terbiasa berlatih lewat Taekwondo, stamina Mavera masih kuat untuk bertahan.

Mereka mengayuh sepedah di roller hingga langit berubah menjadi jingga.
"Hari ini makan apa yah ?" Tanya Mavera.

"Aku jadi ingin jajangmyeon..." Minwoo membayangkan menu makanan yang ia harapkan.

"Biksu, sepertinya ini sudah lebih dari 2 jam ! Cepat tolong sudahi latihan ini !!" Omel mereka.

•••

Waktu yang dinanti-nanti akhirnya datang, sesi latihan yang menyiksa ini sudah berakhir. Tujuh anggota Humming Bird terbaring di tanah, keringat mereka sudah mengalir deras.
"Ayok kita turun gunung sebelum hari makin gelap."
Seruan biksu ini membuat semuanya tercengang.

Dengan menahan sekuat tenaga untuk turun sambil mendorong sepedah, Mavera tidak mendengar biksu bercerita soal guru bernama Nam Seongchun.
Pak Nam, pria yang selalu memakai pakaian berwarna merah muda dan rambut panjang yang nyetrik.

Isi pikiran Mavera hanya kata Istirahat sehingga, tak mendengar kisah perkenalan biksu dengan guru di sekolahnya.

Sampai ditempat istirahat, alih-alih berbaring atau duduk. Mavera menyandarkan diri di batang pohon, mengharapakan sinyal jaringan.
"Aku tadi sudah izin, rasanya janggal kalau aku belum mengirim pesan ke mereka."

Dengan ide konyolnya yang berbuah hasil, mantap. Gadis itu memanjat pohon sembari mengacungkan tangannya dengan ponsel yang merekat di telapak tangan.

"DAPAT ! WAH TERKIRIM! Coba telfon deh~"

⋆𖦹✮ "𝑫𝒐 𝑰𝒕 " [𝐖𝐢𝐧𝐝 𝐁𝐫𝐞𝐚𝐤𝐞𝐫] 🚦⋆。°⋆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang