Hannam tak sengaja menjatuh sendoknya sehingga membuat atensi pelanggan tertuju ke arah mereka. "Malu-maluin ! Ambil nggak sendoknya!" Bisik Shelly yang menyuruh Hannam mememungut sendok.
Mavera kembali fokus kepada lelaki di depannya. "Untuk berapa orang ?"
"Satu," ungkapnya dengan nada dingin.
"Aaa, iyah. Biar aku antar kak--"
"Deokbong Kim."
"Apa aku salah bicara ?"
"Deokbong Kim."
"Aaa, iyah Deokbong.." Keringat dingin mengalir di dahinya. Gadis itu takut, jika ia salah bicara apa dia akan dipelototi ? Atau dimarahi habis-habisan ?!
"Silahkan, jadi ingin pesan apa?"
"Espresso."
Mavera mengangguk dan segera menuju dapur belakang untuk menunjukan pesanan pada ayahnya. Lantaran hanya memesan espresso, gadis itu memilih menunggu. Dirinya lah yang akan mengantar pesanan Deokbong.
Mavera meletakan segelas espresso di atas meja yang ditempati Deokbong. Pemuda itu tidak henti meliriknya. 'Kamu ngajak berantem, yah ?'
Gadis itu kembali duduk bersama teman-temannya. Mata mereka menatap Mavera dengan artian meminta penjelasan. "Dia sering ke sini ?!" Tanya Shelly.
"Modelan kayak dia kok bisa jinak, sih ?" Heran Minwoo.
"Memangnya dia hewan ? Pakai kata jinak-jinak segala..."
Mavera menopang dagunya dengan ekspresi bosan. Dirinya sadar sedari tadi Deokbong menyeruput kopinya sambil melirik ke arahnya. "Kalian setelah ini akan pulang ?" Ia kembali tertuju pada teman-temannya.
Minwoo meletakan gelas minumannya "Iyah ! Kita bakal menginap di rumah Vinny, Yah 'kan Vinny ?!"
"Sejak kapan rumahku jadi tempat tongkrongan kalian ?" Vinny berdecak kesal.
"Kita bakal pulang sekarang, Ver. Makasih, yah, soal traktirannya."
"Cepet bangett, nggak mau ngobrol-ngobrol dulu ?" Tanya Mavera.
Hannam merenggangkan badannya setelah duduk, "Capek, kasur udah manggil, nih~"
"Dadah, vera. Kapan-kapan kita girls time~" seru Shelly sambil berpose melayangkan ciuman dengan genit.
"Jangan capek-capek, deh. Besok kamu sekolah, 'kan ?" Vinny menyentil mencubit pipi gadis itu.
"Yah, sekolah lah ! Gini-gini aku masih ada semangat !" Vinny menurunkan tangannya. Dia pergi begitu saja setelah mencubit pipinya.
"Nggak jelas, deh !" Dia mengusap pipi bekas cubitan Vinny seraya mengoceh.
Setelah kepergian anggota Humming Bird, pelanggan di restoran masih berbincang ria. Tidak sekali, mereka juga meminta tambahan pesanan. Deokbong pun meminta pencuci mulut untuk pendamping espressonya.
Lelaki itu bingung memilih makanan manis yang ia akan pesan, karena bukan dia saja yang harus ia catat pesanannya. Sehingga Mavera merekomendasikan menurutnya.
"Bagaimana kalau kue cokelat? Hanya tersisa satu lagi ! Kue ini termasuk favorit di sini !"
"Ya sudah itu saja."
Mavera mengangkat satu buah kue cokelat dari penghangat makanan. Dia meletakkannya dengan lihai, tidak ingin membuat kue buatan ibunya hancur. Dan juga menyimpan sedok kecil berwarna emas.
"Ini, apa ada yang ingin dipesan lagi ?"
Sungguh pelanggan satu ini harus dimanfaatkan lewat isi dompetnya, dengan cara mempromosikan makanan buatan restoran keluarganya. Alih-alih menolak, Deokbong malah ingin memesan lagi.
"Ada. Aku ingin 3 potong cheese cake, tolong take away." Mavera menatapnya dengan senyum sumringan.
"BAIK ! TUNGGU SEBENTAR AKAN KU BUNGKUS !" Dia berlari ke dapur membawa 3 bungkus kotak kecil. Kotak dengan warna putih susu itu, satu kotak, ia isi dengan cheese cake berbentuk bulat.
Ia juga menambah stiker logo restoran keluarganya. Mavera memasukkan 3 kotak berisi cheese cake itu ke dalam paper bag. Ia juga menambah secarik kertas yang ia tulis secara langsung.
"Ini ! Jika enak, kau bisa kembali lagi ke sini ! Restoran ini terbuka untuk siapa pun~" Senyum Mavera secercah cahaya.
"Di dalamnya juga ada surat, kau bisa membacanya di rumah atau di sini." Tangannya menggapai selembaran kertas dari dalam paper bag
"Terima kasih sudah mampir ke sini! Tolong datang setiap hari, yah ! Nikmati cheese cakenya, Semangat untuk balapan nanti ♡"
Pemuda itu terlonjak kaget, hingga tak sengaja menggebrak meja. Otomatis, Mavera ikut terkejut. Di suratnya memang ia sengaja menggambar hati tapi jangan salah paham ! Gambarannya itu sekedar hiasan agar tidak kosong.
Tentu menurut pandangan Deokbong, gambar hati itu pasti ada maksud terselubung. Mavera menaruh bill di hadapan pemuda itu. Lelaki itu menyimpan uang pas. Dia pergi langsung dengan jari-jari yang masih mencengkram surat, bertulis tangannya.
Mavera mendorong pintu dengan kasar. Berteriak memanggil nama Deokbong. "Tunggu ! Deokbong ! Cheese cakemu ketinggalan !"
Ia berbalik dan mengambil kantong yang ada di tangan Mavera. Sebelum pergi ia mengganggukan kepalanya. Mabera membalasnya dengan lambaian.
Gadis itu berbalik. Dirinya terkekeh melihat gelagat konyol Deokbong. Pemuda itu sangat bertolak jauh dengan tampilan luarnya yang preman. Dia mengira kalau cowok yang disebut sebagai Monster akan memyeramkan, seperti saat balapan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.