Keesokan paginya, aku mulai terbangun dari sofa."Nicholas?" Panggilku saat melihat Nicholas yang sedang menerima telepon.
"Oh, Larie... selamat pagi" ucapnya tetapi wajahnya sedikit masam.
"Ada apa?" Tanyaku. "Allphonse barusan menelpon" ujarnya.
"Atasanku sudah kembali dan tampaknya dia mencariku.... aku harus pergi sekarang" lanjutnya.
"Kau tak mau mandi dulu?" Tanyaku. "Aku ingin tetapi sepertinya tidak akan sempat" jawabnya.
"Aku akan pergi sekarang. Kabari aku jika terjadi sesuatu oke? Aku mencintaimu" ujarnya mencium keningku dan pergi.
'Perasaanku tidak enak....' batinku saat melihat Nicholas pergi.
.
.
.
.
.
[Nicholas POV]Aku telah sampai di markas militer dan perasaanku tidak enak.
"Allphonse" panggilku melihat tangan kanan sekaligus sahabatku itu yang nampak sedikit gelisah.
"Nicholas" panggilnya. Allphonse memiliki kebiasaan memanggil nama depanku jika sedang gelisah dan semacamnya.
"Ada apa?" Tanyaku. "Komandan Dusten mencarimu.... ku pikir ini tidak akan baik" ujarnya.
"Apakah dia sudah mengetahui hubunganku dengan Larie?" Tanyaku was was.
"Ku pikir dia sudah mulai curiga. Kau harus hati hati" ujarnya.
"Baiklah. Aku akan menemuinya sekarang" ujarku dan pergi ke ruangan paling megah di markas itu, ruang Komandan.
"Hormat, komandan Dusten" ujarku memberikan hormat pada komandan itu.
"Kolonel Harcourt" ujar pria yang nampak sekitar 50 tahunan. "Lama tidak bertemu" ujarnya.
"Paris semakin damai ya..." ujarnya.
Aku hanya bisa berdiri diam di depannya.
"Bahkan penjajah pun bisa menemukan cintanya disini" lanjutnya.
Deg
Aku bisa merasakan jantungku yang berdetak lebih kencang.
"Ku dengar kau mempunyai kekasih" ujarnya lagi. "Benarkah itu?" Tanyanya melihat ke arahku.
"Nicholas" panggilnya. "Ya, Komandan" jawabku.
"Apakah Jerman begitu kekurangan wanita sehingga kau harus mencari wanita rendahan dari negara miskin ini?" Tanyanya.
"Kekasih saya bukanlah wanita rendahan" ujarku spontan.
"Bahkan sekarang pun kau mampu membalas perkataanku" ujarnya lagi.
"Kaum rendahan memang untuk rendahan" cibirnya.
"Entah apapun niatmu, hentikanlah sampai disitu. Tindakanmu tidaklah pantas" ujar komandan itu lagi.
"Mungkin sekarang kau beruntung karena cuman diketahui olehku. Tapi bagaimana jika pihak yang lebih tinggi mengetahuinya?" Lanjutnya.
"Saya tidak akan menyerah pada wanita itu" jawabku.
"Nicholas... kau terlalu naif" ujarnya lagi. "Satu satunya akhir dari kalian berdua adalah perpisahan." lanjutnya.
"Aku akan mengirimkanmu untuk pergi berperang sampai kau menyadari keputusanmu." Ujar pria itu lagi.
Aku hanya bisa mengepalkan tanganku. "Baik, Komandan Dusten" jawabku kemudian pergi.
Aku kembali ke ruanganku dan menghempaskan diri ke sofa di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
A CANVAS
Storie d'amoreKisah seorang seniman wanita yang jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan seorang pria yang dia temui tanpa sengaja, di tengah hujan dibawah atap toko buku Di pertemukan dengan orang yang tepat tetapi waktu yang salah. Cinta mereka tumbuh ditengah...