"Sholawat lebih utama dari istigfar, jika engkau memperbanyak sholawat maka ALLAH mengampuni dosa dosa mu dan ke dua orangtuamu lebih cepat dari air yang memadapkan api"
[Habib Umar Bin Hafidz]
اللهمّ صلّي على سيدنا محمد وعلى عليّ سيدنا محمد
•
•
•HAPPY READING❤️
•••
Satu minggu sudah Gus Syafiq koma, entah apa yang di derita suaminya sampai sekarang Zia belum tau tidak ada satu orang pun yang mau ngasihtau ke Zia, padahal dia istrinya sudah seharusnya dia tau semuanya bukan.
Hari-hari Zia hanya melamun memandang suaminya yang terbaring lemah di atas ranjang, hidungnya yang di beri oksigen untuk bertahan hidup tubuhnya yang di penuhi selang yang entah Zia tidak tau fungsi dari semuanya.
Wajah suaminya yang tadinya segar dan cerah sekarang pucat, rahangnya yang mulai tirus dan tangannya yang saat kemarin dirinya genggam selalu hangat sekarang dingin.
Zia rindu kebawelan suaminya, Zia rindu saat Gus Syafiq merengek seperti anak kecil, Zia rindu saat Gus Syafiq yang selalu melarang ini itu, Zia rindu saat Gus Syafiq menyisir rambutnya, Zia rindu saat Gus Syafiq menggenggam tangannya untuk berdzikir, Zia juga rindu di gombalin suaminya dan yang paling Zia rindukan saat murojaah hafalan Al-Qur'annya.
Seminggu Zia tanpa Gus Syafiq ternyata seberat ini, Zia sadar sekarang dia sudah bergantung dengan suaminya. Andai waktu bisa di putar Zia tidak akan pernah mau membangkang ucapan suaminya.
"Kalo suami ngomong itu di dengerin,"
"Kapan aku ngga dengerin omongan Mas,"
"Sekarang,"
"Aku cuman mau ngaji, mau cari ilmu emang salah?" percakapan itu yang sendari kemarin selalu berputar di kepala Zia.
"Mas bangun, aku janji nanti aku dengerin apapun yang Mas omongin," ucapnya menahan tangisannya.
"Udah satu minggu Mas tidur, Mas ngga cape? Mas ngga pegel? Mas ngga laper? Ayo Mas bangun,"
"Aku hari ini belum muroja'ah karna ngga ada yang nyimakin, ayo Mas bangun nyimakin aku. Nanti kalo hafalan aku ilang gimana,"
Zia menghapus air matanya yang seminggu ini selalu saja keluar, entah kapan berhentinya Zia cape.
"Kamu masih ngga terima dengan pernikahan ini?" Tiba-tiba suara itu berdengung di telinga Zia.
Zia menangis sesunggukan "Aku sayang sama kamu Mas, aku juga cinta sama kamu. Ngga mungkin kalo aku ngga nrima pernikahan kita, bahkan aku nggatau caranya harus dengan apa aku berterimakasih karna kamu udah milih aku buat jadi istri kamu,"
"Satu pesan Mas, tolong bilang kalau misalkan kamu ngga bahagia dengan pernikahan ini,"
Tangisan Zia semakin menjadi-jadi, siapa saja yang melihatnya pasti akan merasakan betapa sakitnya.
"Aku bahagia Mas, aku sangat bahagia, kebahagian yang selama ini ngga pernah aku bayangin tiba-tiba aku merasakannya, aku mohon kamu bangun buat aku, aku bakalan bilang ngga bahagia kalau kamu ngga bangun-bangun. Sekarang bahagia aku sama kamu Mas," ucapnya menunduk dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DOA
Ficção Adolescente[SUDAH TERBIT] Tersedia di TBO dan Gramedia Nanzia Anatasya harus menerima kenyataan bahwa dirinya sudah dinikahi diam-diam oleh seorang Gus di pesantren tempat dirinya menimba ilmu. Semua cita-cita dan impiannya hancur. Zia sangat menentang pernik...