CHAPTER V

1.6K 205 40
                                    

✧✧✧

"Mau ke mana?"

Suara Jeno terdengar tegas ketika Renjun turun dari kamarnya, memakai kemeja putih gading satin yang dipadankan dengan jeans ketat warna hitam. Siluet tubuhnya terlihat manakala ia berdiri di dekat dengan lampu. Jeno benar-benar berpikir kalau pakaian selebriti Renjun seperti ini harus dilenyapkan dari dalam lemarinya.

"I'm going to meet my friends."

"With that outfit?"

"Yeah, why? I look good tho."

Betul. Renjun terlihat menawan dalam balutan pakaian apapun dan itu adalah masalahnya. Tapi Jeno tidak bisa menjelaskan ini kepada Renjun. Alih-alih menjelaskan Jeno malah tantrum seperti anak kecil yang bingung dengan keinginannya sendiri.

Ah, krisis pria single usia 30-an. Batin Jeno.

"Kamu nggak jawab pertanyaan aku? Emang kenapa kalau aku pakai baju begini?"

"Kayak mau ke kelab aja."

"Loh, memang iya. I'm going to a club with few friends of mine."

Jeno mengernyitkan keningnya. Kenapa Renjun baru mengatakan ini sekarang? Ia menaruh ponselnya di atas meja dan berpikir keras, bagaimana cara melarang Renjun untuk pergi ya?

"Berapa lama nanti ketemuannya?"

Kali ini Renjun yang merasa aneh. Kenapa juga Jeno peduli?

"I don't know, maybe 4-5 hours."

"Can't. Terlalu lama. Jam 10 kamu sudah harus ada di rumah."

"Jangan bercanda Jen. Emangnya aku anak kecil apa?"

"Bukan begitu. Kamu sudah tunangan, jadi..."

"It's fake tho? Kenapa kamu tiba-tiba peduli? Nobody knows I'm engage either."

"Jam 10 atau kamu nggak boleh keluar sama sekali."

Rasa marah sudah hampir mencapai ubun-ubun Renjun sampai ia mengatur nafas beberapa kali kemudian menjawab Jeno dengan terpaksa.

"Fine."

Malam itu Renjun akhirnya bertemu dengan beberapa teman yang sering mengajaknya pergi berpesta. Mereka pergi ke sebuah kelab malam yang biasa menjadi tempat Renjun menggelar pesta.

"So, where have you been Ren? Susah banget dihubungi sekarang," tanya Yangyang.

"Duit lo nggak abis kan? Tahu-tahu ngilang begitu aja." Sambung Yuki.

"Hahaha, nggak lah. Gue cuma jadi sibuk akhir-akhir ini sama urusan bokap. That's why."

"Nggak percaya gue. Seorang Renjun peduli sama bokapnya? Hahahhaa. Nice joke by the way."

Renjun hanya bisa tersenyum dan menenggak tequila di dalam gelasnya. Entah kenapa ia mulai merasa tidak nyaman saat diinterogasi. Harusnya malam ini ia bersenang-senang, malah jadi seperti seorang buronan yang sedang ditanyai polisi.

"Udah deh, ngapain sih ngomongin hidup gue, gak penting."

"Hahaha, bener sih. Mending kita party!"

Entah berapa gelas alkohol yang diminum Renjun. Ia juga tidak ingat bagaimana tubuhnya bergerak di atas lantai dansa bersama beberapa orang yang mengimpitnya dalam gerakan sensual.

Tubuhnya berdansa seperti sebuah boneka yang dikendalikan. Ada seorang pria yang memeluknya dari belakang. Menautkan kedua tangannya di perut Renjun dan ia menarik tubuh Renjun keluar dari kerumunan para penggila pesta.

Tangerine LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang