༘˚⋆𐙚。⋆𖦹.✧˚
Trigger warning: NSFW.
Deru nafas dua insan yang tengah dimabuk asmara mengisi ruang kamar dengan satu tempat tidur besar di bagian tengah. Di sana, tubuh keduanya bergumul panas, seolah tak mau menyisakan sedikitpun celah yang bisa memisahkan mereka.
Guratan kemerahan menghiasi punggung si dominan, tanda pasangannya menikmati setiap sentuhan dan hentakan tubuhnya.
"Jen.."
Suara sensual dengan desahan halus mengudara bak alunan lagu yang terdengar syahdu.
"Faster.."
Pandangannya buram tatkala si dominan mewujudkan keinginannya untuk bergerak lebih cepat. Mendorong tubuhnya bertubi-tubi hingga suara hentakan terdengar kencang. Tubuh Jeno kemudian melambat, memberikan waktu bagi Renjun untuk sedikit beristirahat.
"You like that?"
Renjun mengangguk. Tak berani berpura-pura saat tubuhnya dipenuhi endorfin.
"I wanna see you.."
Renjun tak begitu mengerti ucapan Jeno sampai tubuhnya kemudian ada di atas tubuh Jeno, dengan posisi dipeluk dari belakang.
Tangan Jeno mengusap perut bagian bawah Renjun. Merasakan ketegangan otot-otot tubuhnya saat Jeno melesakkan kejantanannya.
"See there.."
Renjun membuka mata dan melihat ke atas, ada cermin yang memantulkan bayangan mereka berdua. Ia menyaksikan tubuh rampingnya yang didekap tubuh Jeno dan bagaimana keduanya bersatu. Benar-benar sensual dan seksi.
"What do you see, baby?"
Jeno mengecup leher Renjun sementara tangan kirinya bermain dengan puting Renjun. Ia masih bergerak perlahan di bawah sana. Menikmati gesekan tubuhnya di dalam liang Renjun.
"Us.."
"And what are we doing?"
"M.. mmh.. make love?"
"That's right, darling. We're making love.."
"Please, Jen.."
"Please what sweetheart?"
Renjun memejamkan matanya saat Jeno menyentuh tubuhnya dengan gerakan lambat. Naik turun, hingga seluruh sel-selnya terasa hidup.
"P... Please.."
"You gotta say what you want darling..."
"F...fuck me.."
"But I did..."
Renjun kesal karena Jeno menggodanya. Maka ia bergerak sendiri meski gerakannya tak beraturan.
"Oh, baby.. you're desperate for my cock?"
Jeno tertawa namun tak lama karena Renjun menemukan ritmenya, lalu membuat Jeno melenguh keras.
Di balik pintu kamar mewahnya itu Jeno memadu kasih dan membuat kenangan bersama Renjun. Tak melulu saat bercinta, Jeno memberikan afeksi kepada Renjun sebanyak yang ia inginkan. Sekadar berpelukan sambil menonton TV, mencium kening, atau membiarkan Renjun berkaraoke ria di tengah malam buta dengan lagu lawas yang membuat Jeno sakit kepala.
Keduanya melupakan kontrak pernikahan yang mereka buat. Entah di mana lembaran kertas itu berada. Mungkin tertimpa buku-buku dan mengumpulkan debu.
Jika suatu hari mereka menemukan kontrak itu, Jeno dan Renjun pasti akan sangat malu saat membacanya ulang. Sebuah kontrak yang justru mengikat mereka pada sebuah hubungan penuh cerita.
"Fuck...like that baby."
Jeno memegang pinggang Renjun dan suaminya itu melepaskan desahan lembut. Tanda ia akan mencapai puncak.
"I'm... cumming.."
"You can't... not now.."
"Jen..please..."
Renjun gemetar. Ia sudah dua kali klimaks malam itu. Mungkin yang ketiga hanya akan mengeluarkan cairan bening atau bahkan tak mengeluarkan apapun lagi. Tapi Renjun putus asa, ia ingin klimaks dalam posisi ini, maka Renjun mengeluarkan jurus andalan.
"Sayang... please.."
Dua kata yang membuat libido Jeno meroket. Ketika mata keduanya bertatapan pada pantulan cermin, Jeno menggigit bahu Renjun dan mendorong tubuhnya dalam hentakan yang cukup keras. Renjun memejamkan mata, kepalanya terasa berdenging dan tubuhnya seperti melayang. Ia klimaks mengeluarkan sisa cairan yang ia punya malam itu.
Jeno menyusul setelah beberapa hentakan, tubuhnya menegang dan nafasnya menderu, merasa lelah seketika seperti habis bertanding tenis puluhan set.
Renjun ambruk di atas tubuh Jeno, dan si komisaris membantunya untuk berganti posisi--Renjun berbaring menyamping dengan Jeno memeluk Renjun dari belakang. Keduanya masih mengatur nafas dan Renjun bisa merasakan cairan Jeno keluar dari dalam analnya.
"Did I hurt you? Are you okay?" Tanya Jeno
Renjun menggelengkan kepalanya. Ia bahkan tak punya tenaga untuk menjawab Jeno. Saat sisi monsternya keluar, Jeno bisa membuat Renjun klimaks tiga sampai empat kali.
"I'm tired.. and sleepy."
Jeno tertawa, "That's okay sweetie, kamu tidur aja, I'll clean you up." Ia memberikan kecupan di kening Renjun dan malaikat cantiknya terlelap dalam hitungan detik. "I love you.."
Dengan sisa tenaga yang ia punya, Jeno membersihkan diri sekadarnya di kamar mandi, kemudian mengambil handuk yang ia basahi dengan air hangat. Perlahan ia membersihkan sisa keringat dan cairan lain yang menempel di tubuh Renjun. Dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Jeno lalu mengambilkan pakaian paling lembut yang ia tahu, dan memasangkannya pada tubuh Renjun. Sprei akan diganti esok hari, untuk malam ini Jeno sudah terlalu lelah.
"Good night angel, I love you."
Esok paginya Renjun terbangun dengan sekujur tubuh yang terasa linu. Ia bahkan tidak bisa berjalan untuk sekadar pergi ke kamar mandi. Jeno hanya tertawa bersalah dan mendengarkan omelan Renjun. PS: Jeno menggendong Renjun seharian.
༘˚⋆𐙚。⋆𖦹.✧˚
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangerine Love
FanficTidak pernah terbayangkan dalam hidup Renjun yang glamor, penuh dengan uang tak terbatas, dan pesta setiap malam. Bahwa hanya dalam hitungan jam semua yang ia miliki hilang begitu saja.