10

82 10 1
                                    

Kegiatan futsal di lapangan sore itu sebentar lagi selesai. Para anggota pun mulai berhenti bermain, berbaris selama beberapa menit dan berkemas setelah kegiatan hari itu ditutup. Roman mengobrol sebentar dengan Egi, dan beberapa rekannya, lalu ia bergegas mengambil barang-barangnya sambil menyampirkan jaket kuning miliki Juli di pundaknya. Pada pertengahan kegiatan bermain bola, Roman sempat melihat Romi keluar sendirian dari ruang UKS di lantai dua, tergesa-gesa pergi seperti ada urusan mendadak. Juli pun ditinggal sendiri di ruangan itu.

Roman menaiki tangga, hendak menjenguk Juli di ruang UKS. Ia ingin tahu bagaimana kondisi perempuan itu sekaligus mengembalikan jaketnya. Ketika masuk, rupanya di dalam ruangan terdapat Maura, sang ibu perawat UKS, bersama dengan seorang wanita asing. Entah sejak kapan wanita asing itu datang ke ruangan itu, sepertinya luput dari perhatian Roman. Setelah diperhatikan sejenak, sepertinya, wanita itu adalah orang tua kandung Juli. Maura sedang menjelaskan sesuatu kepada wanita itu sewaktu Roman datang. Maura pun menyadari kehadiran Roman.

"Ada yang bisa dibantu, dek?"

"Permisi, bu," Roman menjawab sopan, "Saya mau mengembalikan jaket punya Juliet yang ketinggalan."

"Oh iya," jawabnya, agak bingung. "Boleh.... kamu taruh di atas meja saja ya."

Roman mengangguk, menaruh jaket sembari melirik Juli yang terbaring di atas kasur dengan wajah pucat. Roman terdiam beberapa saat memandangi perempuan itu. Ada sedikit memar samar di sekitar keningnya. Poni yang menutupi keningnya tampak kusut karena keringat, dan wajah perempuan itu pucat. Tetapi meski tampak pucat dan sedih, kedua mata perempuan itu tertutup tenang. Seakan-akan, itulah yang sangat dibutuhkannya-istirahat-dan membuat Juli damai. Lantas, ia mendengar dengan jelas percakapan wanita itu dan Maura.

"Memang dia itu bandel sekarang. Sekarang sudah mulai jarang pulang tepat waktu ke rumah, nggak tahu berkeliaran kemana. Anak ini memang bebal," katanya. "Mungkin bandel berkeliaran sama anak-anak yang bandel juga."

Maura tersenyum canggung dan tetap bersikap ramah. "Kedepannya, saya juga akan coba kasih dia perhatian dan nasihat."

Setelah itu, kedua wanita itu bergeming. Roman menggunakan kesempatan itu untuk berpamitan, dan ia pun keluar ruangan. Di koridor, Roman menyusuri jalan seraya mengingat tatapan dingin dari wanita itu sebelum Roman pergi keluar. Tatapan itu membuatnya sedikit tegang. Pikiran Roman pun tertuju pada Juli. Dari perkataan wanita itu, Ibunya, mengatakan kalau Juli adalah perempuan bebal yang senang berkeliaran, dan sering pulang terlambat.

Rupanya, Juli adalah tipe anak yang gegabah dan tidak patuh pada orang tua. Pasti kondisi keluarga di rumahnya sedang bermasalah. Kalau begitu, apa yang sudah disaksikan lelaki itu, tentang luka sayatan di lengan Juli dan noda darah di tempat pensilnya, tentu karena ia sendirilah yang melakukannya. Siapapun tahu kalau melukai diri mereka sendiri dengan cara itu akan sangat menyakitkan. Tetapi, buat apa dia melakukan itu, kalau bukan sengaja mencari perhatian? Roman berusaha berhenti memikirkan perempuan rentan yang mengkhawatirkan itu.

Esoknya, Roman melihat Juli masuk sekolah seperti biasa. Perempuan itu tidak memakai jaket kuningnya lagi, tapi pakai almamater sekolah. Untungnya, kondisi luka di kepala perempuan itu kelihatannya baik-baik saja-sangat beruntung karena memang yang dilihatnya kemarin tidak parah sampai berdarah. Tidak ada yang aneh. Juli awalnya hanya diam merenung saja, sampai jam pelajaran kedua masuk, namun guru yang mengajar mata pelajaran selanjutnya belum juga datang.

Di bangku, Roman sedang menyelesaikan dua nomor soal PR Fisika yang belum selesai ia kerjakan. Di belakangnya, Lele juga belum selesai dengan PRnya dan kesulitan menyelesaikan lima soal lain karena Lele hanya mampu mengerjakan dua soal saja. Egi seperti biasa, mencoba percaya diri dengan hasil kerjaannya, sementara Lele segera menyontek pekerjaan Romi yang sudah selesai. Egi berbalik untuk mengobrol bersama Romi-dan Lele sesekali menyahut.

On rainy days, be my epiphany || taennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang