Sembagi Arutala
Seseorang yang memiliki cita-cita nan mulia, layaknya rembulan"Apasih kamu, jujur aja kali. Eh iya, bunda aku masak bolu! Dia minta kalian buat icipin, mau ga?" Ucap Aruna. Senyum teman-temannya tak bisa di tahan, tentu saja mereka mau. Namun, wajah Gibran terlihat lesu.
"Aku gabisa ikut, maaf ya. Kalian aja berempat" ucap Gibran, seraya menendang batu yang ada di lapangan. Wajah teman-temannnya langsung murung
"Yahh, kok gitu Gib? Bolu buatan bunda aku enak kok" ucap Aruna sembari tersenyum manis. Gibran menggelengkan kepalanya,
"Ga gitu, aku harus kerja hari ini. Kalau ga, aku gabisa lunasin hutang papa" ucap Gibran dengan senyum yang terlihat kecut. Teman-temannya terdiam.
Tepat ketika memasuki kelas, bel masuk sekolah berbunyi. Seluruh murid langsung duduk di tempat masing masing.Time skip.
Jam pelajaran ke-tiga sudah berakhir, sekarang waktunya istirahat.
"Ayo makan bareng!" Ajak Aruna dengan senyum yang tak pernah lepas. Ia membuka kotak bekalnya, terisi sangat banyak lauk dan nasi.
"Wah! Aruna, kamu mau mukbang ya?" Canda Alenna yang terkejut melihat bekal Aruna sangat banyak. Aruna tertawa mendengar candaan Alenna.
"Engga, kata bunda aku harus bagi bagi sama kalian. Nih makan" ucap Aruna.
Ibu Aruna sangat baik, tak heran melihat sikap Aruna yang selalu ceria di banding 4 temannya.
Mendengar ucapan Aruna, Arianna langsung melahap nasi goreng buatan ibu Aruna
"Wah! Aruna ini enak banget" ucap Arianna. Teman-temannya hanya bisa menggeleng kepala melihat kelakuan Arianna.
"Oh iya, Gibran. Kamu kerja dimana" Tanya Raka. Gibran menoleh,
"Di cafe samping minimarket gang rumah Aruna" jawab Gibran, teman-temannya mengangguk paham.Sepulang sekolah, mereka langsung ke rumah Aruna, kecuali Gibran tentunya.
"Eh, udah pada pulang. Ayo ayo masuk, bunda udah siapin bolu nya kalian cobain ya" ucap ibu Aruna
"Tante minta saya abisin juga mau saya hohoho" Canda Arianna dengan wajah menjengkelkan. Tangan Raka rasanya gatal ingin memukul wajah Arianna
"Udah tante, besok besok Arianna gausah di ajak" ucap Alenna. Ibu Aruna terkekeh
"Ada-ada aja kalian ini, panggil bunda aja jangan tante. Oh iya, si ganteng satunya mana Nak?" Tanya ibu Aruna
"Kerja bunda di cafe deket minimarket depan gang" jawab Aruna.
"Kasihan ya, padahal masih sekolah waktunya untuk menikmati waktu tapi malah harus kerja" ucap ibu Aruna yang di angguki oleh teman-teman Aruna.Mereka menghabiskan waktu bersama untuk bermain bersama, entah bermain game atau menonton series kartun televisi.
"Ketawanya kedengaran sampe dapur, nonton apa ini" Tanya ibu Aruna.
"Hehe, maaf bunda. Ini nonton papa Zola" jawab Aruna.
"Ada-ada aja kalian ini. Oh iya, ini bolu yang bunda sisihkan buat Gibran. Kasih ke Gibran ya kalau lewat di cafenya" suruh ibu Aruna.
"Anter sekarang yuk? Samperin ke tempat kerjanya" Ajak Raka.
"Emang ga ganggu?" Tanya Alenna
"Aku sering samperin Gibran ke tempat kerjanya, ayuk" ucap Arianna sembari beranjak.
"Yasudah, hati hati. Salam buat Gibran kasi aja bolunya jangan di ganggu kalo dia kerja" ucap ibu Aruna
"Siap bunda!" Ucap mereka bersamaan.Mereka pun bergegas pergi untuk mengantar bolu buatan ibu Aruna
"Gibran kenapa kerja? Emang orang tuanya ga ada ya?" Tanya Raka.
"Ayah ibu Gibran kabur karna terlilit hutang, jadi yang di hantui penagih utang ya Gibran. Ga jarang mereka mukul Gibran" jelas Arianna, teman-temannya mengangguk.
"Kasihan banget Gibran" ucap AlennaSesampainya di tempat kerja Gibran, mereka pun masuk dan langsung menemui Gibran yang sedang membersihkan meja.
"Halo halo" ucap teman-teman Gibran serentak
"Loh kalian kok kesini? Duduk duduk, mau pesan apa" tanya Gibran. Aruna memberi kotak berisikan bolu pada Gibran
"Woah, kalian repot-repot. Aku jadi gaenak, makasih ya. Sebagai ganti nya kalian boleh pesen, aku bayarin!" Ucap Gibran dengan senyum lebar.
"Apasih, kamu kan kerja. Gausah, aku aja yang bayarin. Simpan aja uangmu buat di tabung Gib" ucap Arianna. Gibran dan teman lainnya tersenyum riang.
"Asik, di traktir lagi" ucap Raka.
Mereka bercanda tawa di dalam cafe tersebut, bincangan hangat dengan senyum dan perasaan senang yang tidak bisa lepas dari diri mereka.
Sang pemilik cafe juga memberi mereka es krim secara gratis.
Tiba-tiba, hujan deras turun membasahi bumi.
Ponsel Aruna berdering, ia mendapat telpon dari sang ibu."Halo ibu, Aruna masih di tempat kerja Gibran kok. Ga kemana mana"
"..."
"Okedeh, ini aku shareloc ya bunda. Makasi"
Setelah percakapan pendek itu, Aruna menutup telpon dari sang ibu.
"Bunda mau jemput, nanti kalian di anter ke rumah kalian kok" ucap Aruna
"Makasih ya Aruna, keluarga kamu baik banget sama kita. Kitanya malah ngerepotin terus"
Ucap Alenna
"Ga ngerepotin kok! Aku justru seneng. Karena akhirnya aku punya teman" ucap Aruna, mereka semua tersenyum manis mendengar ucapan Aruna.
Sembari menunggu ibu Aruna, mereka terus berbincang-bincang.BRAK
"MANA GIBRAN"
Tiba-tiba, orang tak di kenal menendang pintu cafe tersebut sampai rusak. Mereka semua terkejut melihat kehadiran orang tersebut, terumata Gibran. Orang-orang tersebut adalah debt collector ayah Gibran.
Salah satu orang, yang mungkin adalah bos menarik Gibran dengan kasar.
"Mana uangnya, ini udah satu bulan brengsek! Mati kamu di tangan saya!" Ucap orang itu sembari terus memukul Gibran tanpa henti.
Teman-teman Gibran tertegun, lalu tersadar dan langsung mencoba untuk menahan orang tersebut.
"Anak anak bedebah! Kalian sama aja kayak orang ini. Jangan tahan saya! Cepat tarik mereka, kenapa kalian diam aja?!" Teriak orang tersebut, orang orang lainnya pun langsung menarik mereka menjauh dari Gibran.
"Tolongh kasih saya ..waktu lagi pak" lirih Gibran.
"Omong kosong!" Lagi-lagi orang itu berteriak."JANGAN SAKITIN GIBRAN, DIA GA SALAH" teriak Arun dengan air mata yang tak berhenti menetes di pipinya. Arianna, Alenna dan Raka hanya bisa menangis. Tubuh mereka melemas, cengkraman orang orang itu terlalu kuat.
Gibran lebih parah dari mereka, wajahnya penuh darah. Badan mulai mebiru, Gibran mulai kehilangan kesadarannya.
"GIBRAN ..JANGAN SAKITI GIBRAN PAK" teriak Alenna sebelum ia kehilangan kesadaran.Suara sirine mobil polisi dan ambulans terdengar semakin dekat. Polisi mulai memasuki cafe tersebut, petugas medis bergegas mengamankan 5 anak itu. Raka yang setengah sadar melihat kondisi Gibran yang sudah tak karuan, darah erus mengalir di sekujur tubuh Gibran. Setelah itu, Raka kehilangan kesadarannya.
Hujan masih terus turun membasahi bumi. 5 anak malang, harus mengalami situasi seperti ini. Ruang operasi Gibran terasa tegang, sementara 4 lainnya masih belum sadarkan diri.
Para orang tua merasakan sakit hati yang mendalam setelah mendengar kabar ini. Orang tua Gibran tidak bisa di hubungi, mereka benar benar hilang dan membiarkan Gibran berjuang sendirian melawan semesta yang jahat.•
•
•To Be Continue
Jangan lupa voment!💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Arutala || Cast By 2521
Fiksi RemajaArutala, mengartikan cita cita tinggi nan mulia. Sama halnya dengan cita-cita kelima sahabat ini, yaitu tetap bertahan apapun cobaannya Arianna, Alenna, Aruna, Gibran dan Raka. Main cast visual from 2521 © Written by : Ellora