Prolog #1

1.1K 122 13
                                    

Los Angeles, US.





"TIDAK MUNGKIN! AYAH BELUM MENINGGAL...!!"

Jennifer berteriak sekencang mungkin di lobi rumah sakit.

"Tolong tenanglah." Bujuk seorang wanita berkulit putih.

"Ayah belum meninggal! Ayah sudah berjanji akan menemaniku dan melihatku wisuda nanti. Ayah baik-baik saja, Mrs.Natt!"

Setelah membentak tetangganya yang rela menemaninya selama di rumah sakit itu, Jennifer kembali menatap seorang Dokter dengan begitu tajam.

"Kau pasti berbohong kan? Ayahku baik-baik saja!"

"Mohon maaf, Nona. Tapi Ayah Anda—"

"AYAH HANYA DEMAM DAN AKU MEMBAWANYA KEMARI. Kalian lah yang telah membunuh Ayahku!"

Dokter itu gelagapan mendengar bentakan Jennifer.

Gadis itu sudah menjadi pusat perhatian di rumah sakit sekarang.

Beruntunglah, seorang Dokter keluar dari ruang rawat ayahnya.

"Nona Jennifer, tolong tenanglah. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, dan Ayahmu memang punya riwayat penyakit jantung kronis yang membuatnya tidak bisa bertahan lama."

Jennifer menggeleng keras.

Pipinya basah oleh air mata.

"Tidak mungkin. Ayahku baik-baik saja, dan pola hidupnya pun sehat. Ayahku tidak punya riwayat penyakit jantung! KALIAN BERBOHONG! KALIAN SUDAH MEMBUNUH AYAHKU!"

"Jennifer, astaga..."

Mrs.Natt menghela nafas, mengusap pundak gadis itu untuk menenangkan.

"Aku butuh catatan kesehatan Ayahku sekarang juga, atau aku akan menuntut rumah sakit ini!" Bentak Jennifer.

"Natt, tolong kau bawa dulu dia. Biar aku urus segala administrasi rumah sakit." Ucap Ethan yang merupakan suaminya.

Mrs.Natt mengangguk dan dengan tega menyeret Jennifer untuk menjauh dari sana.

"TIDAK! Ayahku baik-baik saja, Mr.Ethan! KAU TIDAK BOLEH PERCAYA BEGITU SAJA DENGAN MEREKA...!!"

"Jennifer, sudah. Kau hanya perlu waktu untuk menerima ini semua." Bisik Mrs.Natt, membawa gadis itu ke dalam mobil keluarganya.

Tidak ada yang bisa dilakukan gadis berumur 14 tahun itu selain menangis.

"Ayah sudah berjanji akan menemaniku hingga aku kuliah dan wisuda nanti."

Mrs.Natt juga ikut menangis mendengar ucapan gadis itu.

Ia menarik tubuh Jennifer ke dalam pelukannya.

Gadis belia itu belum mengerti apapun tentang penyakit yang diderita kedua orang tuanya.

Dan mereka juga merahasiakan hal itu dari Jennifer.

"Ibu pergi ketika aku masih kecil, Mrs.Natt.... Dan sekarang Ayah yang meninggalkanku. Lalu aku punya siapa? Aku hanya anak tunggal yang tidak tahu apa-apa... Aku sudah tidak punya siapa-siapa, Mrs.Natt..."

"Kau gadis baik yang pemberani, Jennifer. Dunia lah yang jahat padamu."

Mrs.Natt menangkup pipi gadis itu dan menatapnya lekat.

"Dengarkan aku. Kau akan punya banyak teman. Kau akan mengalahkan dunia yang kejam ini. Kau gadis yang kuat, bahkan lebih kuat dariku."

Tangisan Jennifer semakin menjadi.

Ia telah kehilangan kedua orang tuanya di usia yang masih belia.

Mrs.Natt tersenyum tulus, mengusap pipi gadis itu.

"Kau lapar?"

Jennifer terdiam sejenak, kemudian mengangguk pelan.

"Aku akan membawakanmu makanan dalam 10 menit. Tidak akan lama, janji. Kau diam sebentar di sini oke? Hujan di luar semakin deras."

Jennifer tersenyum tipis, mengangguk.

Sebagai balasannya, Mrs.Natt tersenyum semakin lebar.

Ia lega melihat Jennifer kembali tenang begini.

Begitu wanita itu melangkah keluar dari mobil, senyum Jennifer langsung memudar.

Tanpa Mrs.Natt sadari, gadis berusia 14 tahun itu memang kuat dan pemberani.

Patah hatinya sepanjang hidup telah membawanya ke fantasi liar untuk pergi meninggalkan Los Angeles yang begitu menyakitkan.

Dan sekarang adalah waktunya.

Setelah memastikan Mrs.Natt telah cukup jauh dari mobil keluarganya, Jennifer buru-buru keluar dan berlari sejauh mungkin.

Tanpa ragu ia menerjang badai hujan di malam hari ini.

Nafasnya terengah-engah, sempat menabrak beberapa pengguna jalan dan diiringi teriakan protes dari orang sekitar.

Siapa pula gadis pelajar yang masih berkeliaran di tengah badai hujan begini ?

Harusnya mereka belajar dengan tenang di dalam rumahnya masing-masing, kan ?

Tapi semangat hidup Jennifer telah redup begitu kehilangan sosok sang Ayah malam ini.

Ia kehilangan arah.

10 menit saat Mrs.Natt kembali ke dalam mobil, ia terkejut setengah mati begitu mendapati Jennifer tidak ada di sana.

"Jennifer?"

Wanita itu berteriak, pandangannya berputar mencari sosok gadis belia yang ditemaninya sejak pagi tadi.

Panik.

Ia berlarian sambil menggenggam erat payung di tangannya, mencari-cari keberadaan gadis itu hingga menuju jalan tikus di sekitar rumah sakit.

"JENNIFER?!"

Mrs.Natt kembali berteriak, jantungnya berdebar berharap segera bertemu dengan anak semata wayang dari orang yang sering menolongnya selama ini.

Mendadak langkahnya berhenti.

Ia berada di tepi jalan raya, cukup jauh dari rumah sakit.

Di sana terlihat sosok perempuan remaja yang sudah basah kuyup di tengah hujan deras.

Mrs.Natt harus melebarkan mata untuk bisa melihat lebih jelas sosok yang juga tengah menatapnya itu.

"Jennifer?"

"Terimakasih atas kebaikanmu selama ini. Tolong jangan cari keberadaanku lagi, Mrs.Natt. Aku pergi."

Wanita itu menelan ludah, menarik nafas panjang sembari menatap wajah Jennifer untuk yang terakhir kalinya.

Wanita itu menelan ludah, menarik nafas panjang sembari menatap wajah Jennifer untuk yang terakhir kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LOVE LETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang