Kamar 707

468 49 44
                                    

"Ternyata Ayah tidak bisa pulang hari ini, Sean. Maafkan Ayah."

Terdengar helaan nafas dari seberang, membuat Vladimir menelan ludah merasa tak enak hati terhadap anak-anaknya di Moskow yang sedari kemarin menunggu kepulangannya.

"Ayah punya pacar ya? Dan kencan di Saint Petersburg?"

Mendengar pertanyaan Sean, Vladimir spontan mengerutkan keningnya.

"Pacar? Kau mau Ayahmu ini dihajar habis-habisan oleh Bundamu di surga nanti?"

Vladimir tertawa ganjil, membuat Sean menghela nafas panjang lagi di seberang sana.

"Apa aktivitasmu di weekend ini?" Tanya Vladimir, mengalihkan pembicaraan.

"Tidak ada, hanya bermain di rumah bersama adik-adik. Noah yang pergi bermain futsal, sudah izin padaku tadi."

Vladimir mengangguk.

Sean memang si sulung yang bisa diandalkan.

"Nanti akan Ayah hubungi lagi, Sean."

"Ayah baik-baik di sana."

"Pasti."

Telepon terputus.

Jalanan tidak begitu macet di hari libur bekerja ini.

Para karyawan hingga pegawai pemerintahan lebih memilih beristirahat di rumah daripada melancong keluar.

Vladimir tidak terjebak macet lagi pagi ini.

Ia menambah kecepatan agar segera sampai di panti asuhan Alekseevsky.

Hanya ada beberapa anak yang bermain di halaman depan bersama seorang Suster.

Vladimir tersenyum ramah, keluar dari mobil dan segera menghampiri mereka.

Hari ini ia tidak lagi mengajak anak-anak bermain di halaman depan.

"Aku ingin membawa mereka ke mall, berbelanja, makan di restoran, lalu bermain di taman kota. Bolehkah?"

Suster Shopia termenung sejenak.

"Uhmm begini, Tuan Vladimir. Sebelumnya kami tidak pernah membawa mereka ke tempat umum, terutama taman kota."

"Kenapa? Apa mereka harus terisolasi di sini?"

"Bukan begitu. Kami meminimalisir perasaan buruk yang mungkin akan muncul. Ada begitu banyak keluarga di sana, anak-anak bersama orang tuanya.... Dan kami tentu tidak ingin anak-anak panti melihat pemandangan itu."

Vladimir terdiam.

Ia memahami situasi tersebut.

Tapi tentu saja ia tidak akan menyerah.

"Aku sendiri yang akan memastikan mereka baik-baik saja, Suster Shopia. Malah mereka akan bergembira bisa bermain di luar, belanja sepuasnya, makan enak di restoran, dan kembali pulang ke sini dalam perasaan yang gembira. Kau bisa mempercayaiku perihal itu."

Suster Shopia tersenyum tipis, berpikir sejenak.

Anak-anak panti sudah saling berbisik dengan raut wajah gembira penuh harapan akan sungguhan dibawa jalan-jalan ke pusat perbelanjaan dan bermain taman kota.

Demi melihat wajah penuh harap itu, Suster Shopia akhirnya mengangguk.

"Baiklah. Tapi mereka akan sarapan terlebih dahulu."

"Ya, silahkan."

Vladimir mengangguk, sempat menatap Jennifer sekilas lalu segera melangkah keluar sembari meraih ponselnya di dalam saku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE LETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang