Donatur

758 102 18
                                    

Moskow, Rusia.

10 tahun berlalu sejak Jennifer kehilangan Ayahnya........












"Lima tahun belakangan kinerjamu menurun, Dr.Vladimir. Sejak kau kembali dari Los Angeles.... Tepatnya sejak Ruby tiada. Kehilangan sang istri bukan berarti kau juga harus kehilangan semangat dalam bekerja."

Andrea-Direktur EMC menghela nafas panjang.

"Aku paham bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kita cintai. Aku pun pernah kehilangan anakku, kau tau itu kan?"

Vladimir yang sejak tadi tertunduk akhirnya memberi respon dengan menggeleng pelan.

Ia memenuhi panggilan sang Direktur pagi ini untuk menegur kinerjanya 5 tahun belakangan yang terus menurun akibat kematian Ruby.

Sudah banyak kali Andrea menegurnya, dan Vladimir tetap tidak memberikan respon positif terhadap teguran itu.

Ia tetap dingin, kaku, dan sering menolak pasien.

Wajahnya semakin sendu.

Vladimir kehilangan semangat hidupnya lima tahun ini.

Andrea diam sejenak memperhatikan wajah pria di hadapannya.

Ia akhirnya menghela nafas panjang, menyerah dalam menegur Vladimir.

"Aku harap kau bisa kembali menemukan jati dirimu, hingga menghidupkan kembali semangatmu dalam bekerja. Kematian Ruby bukan akhir dari segalanya, Dr.Vladimir. Kau masih punya empat permata berharga lainnya. Kau dikelilingi oleh banyak orang yang peduli dan sayang padamu."

Vladimir kembali menggeleng pelan sembari menatap lantai pualam dengan sorot mata kosong.

Empat permata yang disebut Andrea tentu berbeda dengan permata merahnya.

Seluruh orang di sekelilingnya tentu berbeda dengan Ruby.

Wanita itu amat berharga di hidupnya.

Andrea menghela nafas, lelah berbicara sendiri sementara Vladimir hanya bisa menggeleng pelan.

"Kau boleh keluar dari ruanganku sekarang. Dan istirahatlah saja di rumah hari ini. Kau terlihat tidak begitu sehat- well sebenarnya kau memang terlihat tidak sehat sejak kematian Ruby lima tahun yang lalu."

Kali ini Vladimir mengangkat pandangannya, membalas tatapan Andrea.

Tapi itu hanya sesaat.

Ia mengangguk pelan sebelum melangkah keluar dari ruang Direktur.

Andrea menghela nafas, menyeringai sebal.

Ia seorang wanita yang juga berperasaan.

Tentunya ia memahami rasa kehilangan itu.

Tapi kasus yang satu ini sungguh di luar dugaan semua orang.

"Dia dulunya dokter jantung terkemuka di negara ini, bahkan di dunia. Tapi sejak kematian Ruby.... Astaga, dia juga kehilangan hidupnya. Aku sungguh tidak menyangka ternyata sedalam itu cinta mereka."

Vladimir menuruti perintah Andrea untuk istirahat di rumah.

Namun begitu melangkah keluar dari European Medical Center (EMC), seorang pria langsung berlari menemuinya.

"Hei bro!"

Vladimir spontan menghentikan langkahnya, menoleh ke asal suara.

Senyumnya mengembang cukup lebar begitu melihat Eric, sahabatnya sejak kecil.

Senyumnya mengembang cukup lebar begitu melihat Eric, sahabatnya sejak kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LOVE LETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang