04. Keagungan yang digadang-gadang.

537 103 19
                                    


"Yuhuu! Siapa kangen gua sama Sou? Papii, where are you?!" teriakkan tak bermoral menggelegar diseluruh penjuru ruangan.

"Jakii!" Garin menyahut dan berlari menuju pria berambut pink, Jaki Arcandia.

Jaki tersenyum, berlari juga kearah Garin. "Ayiinn..."

Adegan yang terasa dramatis pada awalnya tiba-tiba berubah ketika Garin berhenti dan menggeser tubuhnya ke samping, menyebabkan Jaki sendiri memeluk angin.

Sontak para anggota tertawa, sedang Jaki tersenyum pahit.

"Papi kemana?" Pemuda berambut biru langit yang sedari tadi diam dibelakang Jaki bertanya, Souta Ganagar Yev.

"Ke Porta," balas Gin.

Souta hanya mengangguk-angguk, "Papi ke Porta mau mancing ikan lagi?"

"Hahaha! Babi, masih inget aja Sou!" Echi tertawa terbahak-bahak ketika mendengar celetukan Souta.

Jadi begini. Ketika itu ada sebuah Porta level A yang mereka masuki, kebetulan sekali monster yang dilawan adalah monster air. Boss nya adalah seekor Gurita raksasa yang menggelikan. Rion membawa sekitar empat orang saat itu; Echi, Souta, Jaki, dan Krow. Ketika anggota lain sedang bertarung melawan bos, lain halnya dengan Rion yang memancing dengan pancingan raksasa yang entah dari mana ia dapatkan.

"Masih lah, dendam banget aku sama papi. Pancingan segede ilahi nya nepak badanku," Souta mendengus. Sakit njir, sampe kelempar ke tengah laut.

"Sakit nggak, Sou?" Krow bertanya di tengah-tengah acara tertawanya bersama yang lain.

"Mau nyoba? Sini aku tepak pake pancingan papi sampe ke tengah laut." balas Souta.

"Ogah, dilempar si tua aja sakit, apalagi pake pancingan segede gajah ditumpuk tiga." Krow mendengus, kemudian tertawa kecil. Langsung mati kali, anjir.

"Hahaha."

Echi melirik, "Gin."

Gin menatap Echi bingung, "Hah?"

"Kenapa dinamain game?" Echi bertanya sembari tersenyum kecil.

"Ya karena bahasa lain dari permainan?" Gin menjawab.

"Salah," balas Echi.

"Gua jamin jawabannya,"

"Karena Dina bosan, mangkanya main game." sela Echi, penuh rasa kemenangan.

"Tuhkan, bangsat!" Krow berdecih.

"Woe, santai bro, Keep Calm hehe?" Echi nyengir.

***

Sisi lain di dalam Porta. Gunung dan hutan ditutupi salju dingin, sungai dan danau membeku. Darah dari boss yang dibunuh berceceran dimana-mana.

"Ini lebih cepet dari yang gua bayangkan," Rion pada akhirnya membuka suara setelah keheningan yang lama.

"Yoi, nggak nyangka secepet ini." Riji menjawab.

Riji mencongkel kristal pada dahi sang Boss dengan belati spiritual nya. Boss kali ini berwujud sebagai macan dengan tiga kepala dari tiga hewan yang berbeda, cukup sulit awalnya karena kecepatan macam ini sangat cepat, namun hal tersebut berhasil dilumpuhkan oleh kerjasama Caine dan Rion.

Saat ini, Riji tengah mengambil segala elixir dan martial yang dihasilkan dari monster. Rion tengah mengelap pedang hitam yang dibalut dengan aura hitam yang menakutkan. Mia serta Makoto yang tengah saling membantu membalut luka masing-masing, Key yang masih sibuk mengistirahatkan energinya. Istmo yang tengah tidur dengan menyandarkan tubuhnya di batang pohon besar, dan Sui yang tengah membantu menyembuhkan luka yang ada di punggung Caine dengan sihirnya.

PAYTONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang