Jepang, 29 April 2024
Tap tap tap!
Suara langkah kaki yang mengenakan heels itu terdengar saling bersahutan di atas lantai marmer putih bersih.
Tubuh tinggi dengan bentuk proporsi yang ideal, rambut hitam bergelombang yang tergerai indah, serta pakaian formal yang membalut indah di tubuh ramping wanita itu, mampu membuat semua mata bawahannya menatap takjub ke arahnya.
"Jihyo kau sudah siapkan semua keperluanku kan?" tanya nya pada sang sekretaris, setelah ia duduk di kursi kebesarannya.
Mata indahnya menatap tajam layar laptop yang ada di meja kerjanya.
"Semuanya sudah siap. Termasuk tiket pesawat dan apartemen sudah aku siapkan jadi, sore nanti kita sudah harus ke bandara." jawab Jihyo sambil mengutak-atik layar tabnya, memeriksa keseluruhan jadwal sang bos.
"Hm. Baguslah."
"Oh iya. Aku ada tugas penting untukmu Ji."
"Apa itu?" Jihyo mengerutkan keningnya ketika sang bos menunjukkan layar laptop ke arahnya.
Sedetik kemudian netranya menatap tajam setelah membaca pesan email milik atasan sekaligus sahabatnya itu.
"Sana, siapa orang bodoh itu yang berani sekali mengancam mu?!" Jihyo tampak geram, terlihat jelas aura tak bersahabat dari wajahnya.
Sementara Sana, wanita itu hanya menggedikkan bahunya.
"Aku tidak tau. Karena itulah, aku ingin kau cari siapa orang itu. Jika bisa kau tangkap sekalian, hidup ataupun mati? Itu terserah padamu." ujarnya memasang ekspresi tak peduli.
Jihyo mengangguk menerima perintah bosnya. Sampai ke ujung dunia pun, Jihyo akan pastikan orang bodoh itu tidak bisa lolos darinya. Jihyo pamit undur diri setelah sedikit membungkukkan badannya memberi hormat pada Sana.
"Hufftt! Ini menyebalkan!"
Sana menyandarkan punggungnya, lalu memijat keningnya yang rasanya berdenyut-denyut. Belakangan ini banyak sekali masalah yang datang silih berganti, padahal dirinya sedang sibuk dengan persiapan peresmian perusahaan baru miliknya yang ia dirikan di Korea Selatan.
"Haruskah aku menyewa mafia untuk mengawal ku? Haha...itu terdengar konyol!"
Ya, Sana tidak bisa menampik fakta bahwa dirinya memiliki banyak sekali musuh sejak ia terjun ke dunia bisnis. Mengikuti jejak sang Ayah yang juga memiliki banyak musuh.
Benar kata pepatah. Semakin kau terbang tinggi, semakin kencang pula angin yang menerjang mu.
Sejauh ini, Sana hanya tau beberapa musuh yang menyerangnya secara terang-terangan. Sisanya seperti pengecut yang tidak berani menampakkan batang hidungnya di hadapan seorang Minatozaki Sana.
Bisa dibilang, Sana dan keluarganya cukup berpengaruh di negeri sakura ini. Kakek Sana adalah mantan presiden, lalu Ayahnya memiliki banyak perusahaan di berbagai bidang.
Dan Sana adalah satu satunya ahli waris dari keluarganya. Kekayaannya tidak akan pernah habis meski sampai tujuh turunan sekalipun.
Namun, Sana itu pribadi yang sangat mandiri sejak kecil. Meskipun tau dirinya terlahir dengan sendok emas, itu tidak menjadikannya gadis manja yang hanya bisa menghamburkan uang pemberian orang tuanya.
Sebaliknya, Sana justru bertekad untuk membangun usahanya sendiri. Mencoba semuanya dari nol, tanpa bantuan dari keluarganya, terutama dari sang Ayah.
Sana menolak segala bentuk bantuan dana yang Ayahnya berikan dengan cuma-cuma.
Sana membuktikan segalanya sekarang.
"Haruskah aku menyesal setelah masuk ke dunia bisnis sialan ini?"
"Ck! Aku sudah banyak berkorban untuk sampai di titik ini."
"Sekarang tidak akan ada yang bisa menghentikan ku."
"Siapapun yang menghalangi jalanku, akan ku hancurkan!"
Sana mengepalkan kedua tangannya begitu erat sampai kuku-kuku di jari tangannya tampak memutih. Netra coklatnya menyorot tajam ke arah layar laptop yang menunjukkan beberapa pesan berupa ancaman untuk dirinya.
'semakin kau bersikeras, semakin dekat kau dengan jurang mautmu! Minatozaki Sana. Menyerahlah sebelum dirimu mati mengenaskan!'
Brakk!!
"Kurang ajar!" Sana beranjak dari duduknya setelah membanting laptop mahal yang baru dia beli beberapa hari lalu.
Ini bukan pertama kalinya, Sana sudah terlalu sering menghancurkan laptop ataupun ponselnya ketika emosi sudah berada di ubun-ubun.
Sana menatap hamparan kota luas dari jendela kaca ruangannya. Hanya butuh selangkah lagi, Sana bisa menguasai seluruh industri perusahaan di setiap negara.
Korea Selatan menjadi yang terakhir, sebagai penutup sekaligus pembuka pintu takhta nya.
"Akan ku dapatkan segalanya. Hingga tak ada satu orangpun yang mengangkat kepalanya melawanku! Tidak seorangpun!"
^^^
Seoul, Korea Selatan
Sana baru saja menginjakan kakinya di negeri ginseng ini setelah cukup lama dia pergi meninggalkan Korea 5 tahun lalu. Udaranya cukup dingin hingga membuatnya harus memakai pakaian tebal.
Namun itu sama sekali tidak mempengaruhi langkahnya untuk terus maju, melangkah dengan tegas penuh wibawa. Jihyo berjalan di sisi kanannya bersama para bodyguard yang ikut mengawal di belakang.
Brugh
"Akh!"
"Sana!"
Sial! Hampir saja Sana jatuh karena seseorang yang menubruknya, beruntung Jihyo sigap menangkapnya dan menahan tubuh Sana.
"Siapa kau?!!" suara keras Jihyo mengudara, para bodyguard pun sudah menahan orang itu.
"M-maaf nona. Saya tidak sengaja, saya sedang buru-buru karena mengejar penerbangan.. sekali lagi saya minta maaf.."
"Jangan coba berbohong! Katakan siapa yang-"
"Hentikan Ji." Sana memotong kalimat Jihyo sambil mengangkat tangannya tanda untuk diam, dan Jihyo hanya bisa diam mematuhi.
"Biarkan dia pergi."
Para bodyguard itu pun langsung melepaskan pria paruh baya yang sempat mereka tahan. Membiarkan orang itu pergi dengan tergopoh-gopoh.
Sana kembali melanjutkan langkahnya dengan tenang. Tanpa menyadari seseorang itu yang kembali berbalik menatap punggungnya.
"Wanita itu kembali, Tuan." ucapnya setelah menekan tombol earphone di telinganya.
∆∆∆
Ini baru awal. Mungkin alurnya akan dibuat sedikit lambat? Semoga kalian yang baca gak bosen✋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
The Partner || SaTzu
RomanceZhou Tzuyu, pria yang pernah singgah di hati Minatozaki Sana. Pria yang selalu membuat hari-hari Sana begitu ceria, namun harus berakhir dengan kehancuran dan kekecewaan yang pria itu berikan pada Sana. Membuat Sana sangat membenci mantan kekasihnya...