Chapter 7 ( Heat Pertama Adek)

1K 75 17
                                    

Sesuai dengan perintah Apo, Ping dan Nani mendapatkan tugas untuk mengawal Fourth ke sekolah. Pagi-pagi sekali mereka berdua sudah bangun dan menyiapkan mobil untuk Fourth berangkat sekolah.

Fourth yang penuh semangat menyapa kedua asisten baru nya.

"Hai Kak Nana, Kak Ping! Hari ini Fourth semangat buat ke sekolah. Ayo kita berangkat skrng!"

" Baik Tuan Fourth." Jawab Nani dan Ping

Fourth berdecak kesal karna jawaban mereka.

"Kak, stop panggil Fourth pake tuan-tuan gitu. Panggil adek aja, sama kayak Papo, Daddy juga Abang. Fourth masih muda juga ya."

"Tapi Tuan Fourth kita.."

"Shhhttt gak ada pake tuan-tuan. Adek atau Fourth juga udh cukup. Kalo ngeyel Adek aduin sama Papo nanti."

"Baik tuan eh Adek" sambung Nani

Mereka bertiga pun mulai memasuki mobil dan pergi berangkat ke sekolah Fourth. Selama di dalam mobil tidak ada percakapan. Entah karna apa, Nani yang fokus menyetir sedangkan Ping yang melihat jadwal kegiatan Fourth di iPad yang di berikan oleh Arm padanya.

Tak suka dengan keheningan, Fourth memulai perbincangan.

"Hemm Kak Ping, ngomong-ngomong kakak udh lama temenan sama Kak Bank?"

Ping yang ditanya pun melirik ke arah Fourth dan tersenyum.

"Lumayan lama, kebetulan kita satu sekolah dan rumah kita juga bersebelahan. Pernah kita pisah karna Kak Bank pindah rumah. Tapi takdir kyknya beneran buat kita jadi temen. Pas orang tua kakak meninggal karna kecelakaan dan kakak gak punya siapa-siapa lagi. Kakak gak sengaja ketemu Kak Bank di sebuah gang kecil."

Ping menarik nafas melanjutkan ceritanya.

"Keadaan Kak Bank waktu itu kacau bgt, dia cuma pake atasan kemeja putih tanpa bawahan sama sekali. Muka dia penuh memar dan pergelangan tangannya luka kyk habis diiket kenceng. Ternyata Kak Bank kabur dari tempat perdagangan manusia. Dia hampir dijual ke orang-orang berduit untuk dijadiin budak. Sejak saat itu kita bertekad untuk hidup sama-sama."

Fourth menggelengkan kepala tak percaya akan cerita hidup Bank yang cukup tragis.

"Kasian banget kak Bank, untuk waktu itu ketemu sama Kak Ping. Kalo enggak, Fourth gak bisa bayangin kejadian terburuknya gimana."

"Kakak juga gak bisa bayangin kalo sampe hal itu kejadian sama Bank. Dia udh cukup menderita selama ini." Ujar Ping

Fourth beralih ke Nani.

"Kalo Kak Nana gimana? Ketemu Kak Peat dimana?"

Nani yang masih fokus menyetir melirik ke arah kaca dan mulai menjawab.

"Kalo gue sama Peat kebetulan kita satu tempat tinggal. Kita satu panti asuhan, dari kecil kita juga udh sama-sama. Sampe kita dulu buat perjanjian. Kalau salah satu di antara kita mau di adopsi berarti harus juga satu nya. Sampai kita udh remaja. Gak ada yang mau adopsi jadi kita putusin buat keluar dari panti. Dan kerja di luar kota. Selama ini kita saling bantu satu sama lain."

"Wow, keren banget ya. Pertemanan Kak Ping sama Kak Bank, Kak Nani sama Kak Peat. Adek juga pengen deh punya temen deket." Ucap Fourth

"Loh emangnya Adek gak punya temen di sekolah?" Tanya Nani

Fourth cemberut dan menundukkan kepala. Nani tampak bingung dengan perubahan sikap Fourth.

"Sebenarnya adek mau punya temen deket tapi Abang sama Kakak selalu gak bolehin. Abang sama Kakak terlalu overprotektif. Ini gak boleh itu gak boleh. Kalo ada temen adek yang mau deket atau mau ajak main selalu dapat tatapan sinis bahkan gak jarang yang sampai kena amukan Abang sama Kakak karna temen adek gak sengaja ngebut adek jatuh atau buat adek luka. Padahal itu kan gak sengaja namanya juga lagi main wajar kan kalo kita luka dikit. Tapi pas Adek butuh temen di rumah, Kakak sama Abang malah sibuk sama urusannya masing-masing."

Destiny (Romsaithong Family)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang