03. TIGA

41 9 2
                                    

SELAMAT DATANG DI GERBANG

SMA INTERNASIONAL SASKARAWIJAYA

TEKAN TOMBOL VOTE DENGAN SEMANGAT DAN ISI RUANG KOSONG DI KOLOM KOMENTAR

•~{ლωლლωლ}~•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•~{ლωლლωლ}~•

ANGIN yang bertiup semilir mengarah pada kemana arah mata angin menuju, mengalir bak deru ombak pada sebuah bangunan sederhana yang terasa begitu hangat. Bangunan dengan nuansa Belanda itu terlihat masih kokoh berdiri.

Anak-anak kecil yang berlarian dengan riang gembira begitu merdu terdengar tawanya. Taman-taman dengan tumbuhan hijau, atau bahkan kupu-kupu yang hilir mudik lewat menghiasi tempat bernama Rumah Hebat tersebut.

Tempat itu adalah sebuah bangunan cukup tua dengan banyak kamar, fasilitas, dan memang merupakan sebuah panti asuhan. Diisi oleh kurang lebih tujuh puluh anak yatim piatu, ia telah dibangun dua puluh lima tahun yang lalu.

Panti Asuhan itu memang sedikit menjorok ke dalam desa. Berada di kaki gunung membuat lingkungannya tampak masih sangat asri. Terletak di desa tepatnya berada di antara daerah pegunungan, tidak menutup kemungkinan adanya hambatan dalam mengejar pendidikan.

Seperti perempuan berprestasi dengan hoodie dan celana hitam yang tengah duduk di kursi taman ini. Menatap arus lari kanan kiri anak-anak kecil, membiarkan rambut hitam sebahu nya dihempaskan angin hingga menciptakan guncangan lembut menerpa.

Ivy Mahira, itu namanya. Sudah hampir tiga belas tahun ia berada di rumah hangat ini. Ditinggal oleh sang ibu sedari kecil bersama adiknya, Ivy pada akhirnya di rawat dengan sepenuh hati oleh para pengasuh panti.

Netra cokelatnya kini tertuju pada dua anak perempuan yang tengah asyik bermain kejar-kejaran. Mencipta di alam kenangan dengan liar mengudara. Ivy teringat pada masa kecil dulu, kala ia masih bebas bisa bermain dengan adik semata wayangnya. Adiknya, Livia Mahira.

Sekarang banyak hal sudah berubah. Selain kegiatan Ivy yang kini dipadati oleh berbagai macam kontes debat berpikir kritis dan juga latihan bela diri serta pelatihan anggar, Ivy sudah tidak lagi tinggal bersama adiknya.

Bagaimana tidak? Di usia adiknya kala delapan tahun dan ia berada di usia sembilan, sepasang suami istri datang ke panti lalu memutuskan untuk mengadopsi Livia. Membawa anak itu pergi dan tak lagi kembali. Namun untung bagi Ivy, karenanya ia masih bisa berkomunikasi dengan sang adik lewat pesan dan panggilan telepon.

VERTIKAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang