4. Trap of Fate

24 14 0
                                    

Cahaya bulan purnama menerobos dedaunan Hutan Terlarang, menciptakan bayangan-bayangan aneh yang menari di tanah. Seraphine melangkah hati-hati, sayapnya bergetar lembut di punggungnya. Gaun putihnya tersangkut ranting beberapa kali, tapi ia tak peduli. Matanya yang ungu lavender menyapu sekeliling, mencari tanda-tanda portal misterius yang pernah ia dengar dalam dongeng kuno.

"Aku pasti sudah gila," gumamnya pada diri sendiri, menyibakkan rambut peraknya yang panjang. "Tak ada yang pernah membuktikan keberadaan portal itu."

Namun, hatinya berbisik lain. Sejak kecil, Seraphine selalu merasakan ada sesuatu yang lebih besar di luar sana, sesuatu yang memanggil namanya dari balik kabut misteri. Dan malam ini, panggilan itu terasa lebih kuat dari sebelumnya.

Seraphine berhenti di depan sebuah pohon raksasa. Batangnya begitu besar hingga butuh sepuluh peri untuk memeluknya. Kulitnya kasar dan berlumut, dengan ukiran-ukiran kuno yang nyaris tak terlihat.

Jemari lentik Seraphine menelusuri ukiran itu. "Aneh," bisiknya. "Aku seperti bisa membacanya, tapi..."

Tiba-tiba, tanah di bawah kakinya bergetar. Seraphine terhuyung ke belakang, matanya melebar kaget saat akar-akar pohon mulai bergerak, meliuk-liuk seperti ular raksasa.

"Apa yang-" kata-katanya terputus oleh suara gemuruh yang memekakkan telinga.

Tanah di depannya terbelah, membentuk celah yang semakin lebar. Cahaya keemasan memancar dari dalam celah itu, menyilaukan mata Seraphine.

Insting pertamanya adalah terbang menjauh, kembali ke keamanan Istana Kristal. Tapi rasa ingin tahunya jauh lebih kuat. Dengan jantung berdebar kencang, Seraphine melangkah maju, mengintip ke dalam celah bercahaya.

Yang dilihatnya membuatnya terpana. Di balik celah itu, terbentang pemandangan yang sama sekali asing. Bangunan-bangunan tinggi menjulang ke langit, berkilauan dalam cahaya yang bukan berasal dari bulan atau bintang. Benda-benda aneh bergerak cepat di jalan-jalan lebar, mengeluarkan suara menderu yang tak pernah ia dengar sebelumnya.

"Inikah ... dunia manusia?" bisik Seraphine, matanya melebar takjub.

Tanpa sadar, ia melangkah lebih dekat ke tepi celah. Kakinya menginjak bebatuan yang licin, membuatnya kehilangan keseimbangan.

"Oh tidak!" Seraphine berusaha mengepakkan sayapnya, tapi terlambat.

Ia terjatuh ke dalam celah bercahaya, tubuhnya tersedot oleh kekuatan yang tak terlihat. Seraphine berteriak, tapi suaranya hilang dalam pusaran energi yang mengelilinginya.

Dunia di sekitarnya berputar cepat, warna-warni berbaur menjadi satu. Seraphine merasakan tubuhnya seolah ditarik dan diregangkan, sensasi aneh yang membuatnya mual.

Lalu, secepat dimulainya, segalanya berhenti.

Seraphine terhempas ke tanah yang keras dan dingin. Nafasnya terengah-engah, kepalanya pusing. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha memfokuskan pandangannya yang kabur.

Perlahan, dunia di sekitarnya mulai jelas. Seraphine menemukan dirinya terbaring di sebuah gang sempit. Dinding-dinding tinggi mengelilinginya, dipenuhi coretan-coretan aneh yang tak ia pahami.

Bau yang asing menyerang hidungnya-campuran antara asap, makanan, dan sesuatu yang tak bisa ia identifikasi. Suara-suara asing memenuhi udara: deru mesin, teriakan orang-orang, dan bunyi-bunyi elektronik yang tak pernah ia dengar sebelumnya.

Dengan tangan gemetar, Seraphine berusaha bangkit. Namun, ada sesuatu yang aneh. Tubuhnya terasa... berbeda. Lebih berat, lebih padat.

Matanya melebar horor saat ia melihat tangannya sendiri. Jemarinya yang biasanya berkilau lembut kini tampak biasa saja. Dan yang lebih mengejutkan lagi...

"Sayapku!" Seraphine menjerit tertahan, tangannya meraba-raba punggungnya yang kini polos. "Ke mana sayapku?"

Panik mulai menguasainya. Seraphine berusaha memanggil sihirnya, mencoba mantra sederhana untuk menyalakan cahaya. Tapi tak ada yang terjadi. Sihirnya, kekuatan yang selama ini menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya, telah lenyap.

"Ini tidak mungkin," bisiknya, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Apa yang terjadi padaku?"

Suara langkah kaki yang mendekat membuatnya tersentak. Seraphine buru-buru bersembunyi di balik tumpukan kardus besar, tubuhnya gemetar ketakutan.

Dua sosok manusia-seorang pria dan wanita-berjalan melewati gang. Mereka terlibat percakapan serius, tak menyadari keberadaan Seraphine.

"Kau dengar berita terbaru?" si wanita berkata. "Katanya ada fenomena aneh di langit tadi malam. Seperti lubang hitam atau semacamnya."

Si pria mendengus. "Ah, paling cuma hoax. Jangan percaya semua yang kau baca di internet."

Mereka berlalu, meninggalkan Seraphine dalam kebingungan yang semakin dalam. Internet? Hoax? Kata-kata asing itu berputar dalam benaknya.

Seraphine memeluk lututnya erat-erat, air matanya kini mengalir bebas. Realitas situasinya mulai menghantam keras.

Ia terjebak di dunia manusia.
Tanpa sayap.
Tanpa sihir.
Tanpa cara untuk pulang.

"Apa yang harus kulakukan?" bisiknya pada dirinya sendiri, suaranya pecah oleh isakan tertahan.

Jauh di atas sana, bulan bersinar redup, tersembunyi di balik awan-awan gelap. Seolah langit pun ikut berduka atas nasib sang putri peri yang kini tersesat di dunia yang asing dan berbahaya.

Seraphine mengusap air matanya, berusaha menenangkan diri. Ia adalah putri Avalon, penerus tahta kerajaan peri. Ia tidak boleh menyerah begitu saja.

Dengan tekad baru yang tumbuh dalam hatinya, Seraphine bangkit berdiri. Kakinya masih goyah, tapi ia memaksakan diri untuk melangkah.

"Aku akan menemukan jalan pulang," janjinya pada dirinya sendiri. "Apapun yang terjadi, aku harus kembali ke Avalon."

Dengan langkah hati-hati, Seraphine keluar dari persembunyiannya. Matanya menyapu sekeliling, berusaha memahami dunia asing yang kini menjadi realitasnya.

Saat ia melangkah keluar dari gang, pemandangan kota manusia yang luas dan gemerlap menyambutnya. Gedung-gedung tinggi menjulang ke langit, lampu-lampu berwarna-warni menghiasi jalanan yang dipenuhi kendaraan aneh dan orang-orang yang bergegas.

Seraphine menarik napas dalam-dalam, menguatkan hatinya. Ini adalah awal dari petualangan terbesarnya. Petualangan yang akan mengubah hidupnya, dan mungkin, mengubah nasib dua dunia selamanya.

𝐒𝐞𝐫𝐚𝐩𝐡𝐢𝐧𝐞: 𝐓𝐚𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐓𝐰𝐨 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang