IMMUNITY part 2

165 16 4
                                    












Melewati jalan utama pasti akan beresiko, bukan hanya takut bertemu mayat hidup saja tapi para tentara patroli yang bisa kapan saja menembak mereka, apa lagi jika mereka tau dunk dan archen baru saja lolos dari dari pangkalan yang sudah di penuhi mayat hidup.

Jadi archen mengambil jalan memasuki hutan setidak nya ia masih tau arah kemana ia akan pergi
"Joong? "

Panggilan kecil itu menghentikan langkah archen hingga membuat pemuda itu berbalik ke belakang, menarik lengan dunk mendekat lalu menyeka poni basah nya hingga mata cantik itu bisa ia lihat

"Lelah? " Archen bertanys dan dengan cepat di angguki oleh dunk, bibir anak itu sudah pucat pasi tentu akan begitu karna sejak ia bangun tadi dunk belum memasukan apapun ke dalam mulut nya.

"Ak.. Aku lapar" Gumam dunk amat pelan namun berhasil membuat archen tersenyum tipis, tatapan hangat nya turun lalu menelisik area sekitarnya untuk memastikan lingkungan mereka aman.

"Duduk lah! " Archen menuntun dunk untuk duduk tepat di bawah pohon besar yang rindang, sebisa mungkin ia membuat gerakan tanpa suara yang bisa menarik perhatian entah itu dari mayat-mayat hidup atau pun binatang buas.

Pemuda yang sedikit lebih muda itu membuka tas yang ia bawa, mengeluarkan dua bungkus sandwich dan satu botol air minum dan
Sial sekali
Archen tidak banyak membawa persediaan air karna terlalu berat.

"Makan dengan tenang, kita aman di sini" Ucapnya sambil membagi makanan itu pada dunk, dan terlihat wajah anak itu masih selalu siaga.

"Kau juga harus makan joong"

Archen mengangguk, mereka makan cukup tenang, hingga tak lama terdengar suara sirine dari mobil patroli, terdengar cukup banyak karna posisi mereka yang belum jauh dari pangkalan.

"Joong apa kita tidak bisa meminta bantuan pada mereka" Mereka yang dunk maksud adalah para petugas yang di utus dari pusat.

"Itu sulit , mereka tidak akan mempercayai kita dengan mudah, selain menembak kita saat bertemu karna yang lolos dari daerah terpapar belum tentu lolos dari virus nya. Tapi jika kita ke dermaga di sana ada dokter mereka akan memberi kita tes lebih dulu dari pada langsung menghakimi" Usai archen menjelaskan suara ledakan juga tembakan bergema hingga membuat dunk terjingkat gemetar.

"Joong! "

"Shh... Tidak apa-apa kemari! " Archen meraih kepala dunk untuk mendekap erat tubuh yang lebih mungil lalu menutup kedua telinga si manis itu erat erat.
Tempat mereka sebelum nya tinggal akan di hancurkan beserta semua orang yang sudah terpapar virus di dalam nya.










_












"Sudah sangat lama"

Archen yang berjalan di depan melirik sedikit pada dunk yang mengikuti langkah nya dari belakang, jalanan di hutan sulit di tempuh membuat perjalanan mereka sedikit terhambat, situasi lingkungan yang lembab dan basah juga rimbun
Benar-benar hal yang baru untuk mereka berdua setelah bertahun-tahun hanya hidup dalam isolasi.

"Sudah sangat lama aku tidak menghirup udara se segar ini" Lanjut dunk lagi

"Kamu benar" Archen menyetujui ucapan yang lebih tua, bahkan suara aliran sungai terdengar dari tempat mereka berjalan sekarang, setenang ini tidak seperti yang dunk bayangkan jika sedikit saja melangkah di luar tempat isolasi ia akan di terkam para mayat hidup
Namun buktinya sampai sekarang mereka belum bertemu satu pun mayat hidup.

"Tunggu.."

"Hmm.. "

"Ya Tuhan ini!! " Dunk memekik mendekati archen ketika lengan pemuda itu ternyata terdapat darah yang mengalir hingga di gengggaman mereka.
Darah itu sangat banyak sepertinya archen terluka cukup dalam tapi kenapa pemuda itu tidak merasakan apa apa.

Archen sigap membawa archen untuk duduk lalu menarik lengan atas pemuda itu perlahan menarik sedikit lengan baju lusuh nya keatas, namun dikit sulit karna luka nya berada di area yang lebih tinggi.
"Aku sobek tidak apa-apa yah? " Dunk meminta izin dan archen hanya mengangguk sejujurnya luka ini tidak mengganggu jika bukan karna darah nya terus mengalir ia bahkan tidak sadar memiliki luka menganga sebesar itu.

Satu tarikan lengan baju nya sobek menunjukan luka koyak yang cukup besar
"Bagaimana kau  bisa tidak merasakan apapun meski memiliki luka sebesar ini, astaga ini pasti sakit" Mata dunk berkaca sedikit mengomel dengan wajah cemas dan ekpresi itu justru membuat archen terkekeh dan tanpa sadar menyeka halus pipi berisi yang lebih tua dengan ibu jari nya

"Kau lucu saat khawatir"

"Omong kosong, dari mana kau dapat luka sebesar ini? " Omel dunk sambil membersihkan luka itu dengan sisa air minum lalu membalut nya dengan kain dari baju nya sendiri untuk menghentikan pendarahan.

"Aku tidak tau, mungkin saat kita berlari" Archen sungguh tidak ingat dari mana ia mendapat luka itu jika dunk tidak sadar ia mungkin akan kehilangan banyak darah untuk beberapa jam kedepan.

"Apa kita akan melewati sungai? " Tanya dunk masih sambil menyimpulkan ikat luka di lengan yang lebih muda.

"Iya sepertinya begitu"

"Hah.. Syukurlah, aku bisa membersihkan luka mu lagi. Kita juga kehabisan air"

Archen hanya mengangguk menatap hangat wajah manis itu yang begitu serius mengurus luka nya, seketika wajah pemuda itu merona sampai telinga saat dunk mengecup luka nya sambil mengatakan selesai, dunk itu tidak lemah meski ia sulit bertarung tapi anak ini punya keahlian mengobati bahkan meski tidak bersekolah di ilmu keperawatan sama sekali.

"Apa aku bisa mendapatkan nya juga? "

Dunk mengerutkan dahinya bingung
"Apa? "

"Kecupan mu untuk di sini! " Archen menunjuk bibir nya dengan senyuman jail yang menyebalkan pemuda yang lebih muda sudah siap jika area tubuh nya akan dapat pukulan tapi ternyata tidak..

Dunk menarik kerah baju nya hingga archen menunduk menatap wajah manis dunk semakin dekat lalu..

"Chup... "

Satu kecupan sampai di bibir tipis milik archen hingga membuat mata pemuda itu melebar penuh binar, lain hal dengan si manis yang menutup mata rubah nya erat.
"Karna kau terluka aku akan menuruti semua yang kau minta" Ucap dunk usai melepas kecupan.

"Wow... Aku menyukai nya"
Archen bergumam masih mencoba membawa kembali akal sehat nya setelah kecupan manis itu hampir merenggut kewarasan.

"Hh.. Jangan menatap ku begitu" Dunk membuang muka, ia malu jika archen menatap nya dengan tatapan penuh puja seperti ini.

"Kau tau dunk, diri mu itu begitu indah, dan terimakasih untuk perawatan nya. Aku harus membayar mu lain kali" Bisik archen pelan bibir tipis nya terangkat menciptakan senyuman lebar di antara kedua nya

Dan dunk hanya mengangguk menepuk nepuk lembut pipi tirus dingin milik si yang lebih muda
"Bayaran nya tetap bersama ku selamanya"

Archen terkekeh lalu menatap jauh entah kemana begitu juga dengan dunk yang memeluk lengan archen begitu erat di samping nya.
"Ayo selamat dari sini, lalu hidup bersama, aku akan melamar mu, kita akan menikah lalu punya dua anak yang lucu dan mati bersama di hari tua"

Dunk tertawa mendengar celotehan archen lalu memukul dada pemuda itu pelan.
"Mana bisa hhh... " Dunk menimpali sembari tergelak.






__



To be continued...

IMMUNITY(joongdunk) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang