02 : Perkenalan

605 66 10
                                    

"Kukenalkan kau pada rumahku, karena sama halnya dengan dia kau pun telah menjadi tempat ternyamanku sejak saat itu."

****

Drrtt..drrrtt..drrtt..

Ponsel Aca terus bergetar, menandakan adanya sebuah panggilan masuk.

"AAARRHH.. PLEASE GUE MASIH NGANTUK" Aca meracau sendiri dan semakin membungkus tubuhnya dengan selimut.

Namun seakan seorang yang menelpon itu tak mengabulkan permintaannya. Ponselnya terus bergetar tanpa henti.

"Ah, sial!" Aca meraba ponselnya yang berada di atas nakas samping ranjang tidurnya dengan posisi tengkurap.

"Nggh.. haloo," sapa Aca dengan suara khas bangun tidurnya.

"Saya sudah di depan. Bukakan atau saya buka sendiri pintunya," ucap seseorang di seberang sana, yang sudah dapat Aca pastikan adalah manager barunya, Aksa.

Ya, pagi ini Aksa memulai tugasnya sebagai manager baru untuk Aca. Hal yang pertama ia lakukan adalah mendatangi apartemen Aca. Ia harus memastikan artisnya itu untuk bangun dan bersiap memulai pekerjaannya di hari yang cerah ini.

"Ah! Ganggu aja sih mas, masih pagi juga," omel Aca tak menjawab pertanyaan Aksa.

"Oke, saya buka sendiri," ucap Aksa lalu memutus panggilan itu secara sepihak. Aksa sebenarnya telah mengetahui password apartemen Aca namun ia memilih untuk menelpon gadis itu untuk membukakannya. Agar lebih sopan, pikirnya. Namun apa boleh buat memang Aksa sendiri yang harus membuka pintu ini.

"Bodo amat gue mau tidur," ucap Aca setelah Aksa memutuskan panggilan tersebut.

****

Tok..tok..tok..

Lagi dan lagi tidur Aca harus terganggu oleh ketukan yang sudah dapat Aca pastikan dari siapa. Aca kembali tak menggubrisnya, memilih kembali memeluk boneka panda besar kesayangannya.

Tok..tok..tok..

Tak menyerah, pintu itu terus diketuk oleh Aksa.

Tok..tok..tok..

Aca sudah tak tahan. Akhirnya dengan langkah gontainya ia membuka pintu kamarnya dengan mata yang masih setengah terbuka.

"Shit!" umpat Aksa seraya membalikkan badannya membelakangi Aca. "Pake dulu hijabnya," ucap Aksa dingin.

Aca yang masih setengah sadar dengan mata setengah terbuka itu pun lantas memegang kepalanya, "Ah, iya iya, gak pake hijab ternyata gue," sahutnya seraya manggut-manggut dan berjalan menuju nakas, untuk mengambil dan memakai hijab instannya itu.

"Udah. Kek liat hantu aja dah," cibir Aca seraya kembali merebahkan tubuhnya ke kasur dengan posisi tengkurap.

Aksa berbalik dan masuk ke dalam kamar Aca. Mata Aksa menelisik setiap bagian dalam kamar Aca. Kamar yang tak terlalu besar namun sangat nyaman. Kamar bernuansa yang putih, hitam dan abu-abu sangat pas menggambarkan sosok Aca yang tak terlalu feminim juga tak terlalu tomboy. Aksa juga dapat melihat beberapa gitar berjejer di tempat yang khusus Aca buat untuk koleksi gitarnya itu.

"Saya sudah siapkan sarapan, ayo makan," ujar Aksa.

"Hmmm.. gue gak biasa sarapan pagi. Please kasih waktu setengah jam lagi ya, gue mau tidur," pinta Aca dengan suara yang tak begitu jelas.

"Gak. Cepat basuh muka kamu dan sarapan. Saya tunggu di meja makan," titah Aksa.

Aca membalikkan tubuhnya, menoleh ke samping ke arah Aksa. "Heh mas! Lo bisa gak sih gausa kebanyakan ngatur gitu. Masih hari pertama kerja udah ngeselin aja," omel Aca tak terima dengan perintah-perintah Aksa.

16 + 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang