"Cemburu itu naluriah. Semua orang pasti merasakannya. Tak melulu soal cinta. Bisa jadi karena memang waktunya."
****
"Artis baru belagu."
"Nalaca si pembawa sial."
"Gak pernah didik orang tuanya sih nih anak."
"Gue sumpahin karir lo hancur."
Seorang gadis yang terduduk di kasur rumah sakitnya itu hanya mampu menghela napas panjang kala membaca komentar orang-orang atas kejadian yang menimpanya. See? Semua orang hanya sibuk memaki dan menghakimi tanpa tahu apa yang terjadi.
Lagi, Aca menggulirkan ponselnya pada room chat grup yang berisi ia dan ketiga temannya. Tak satupun dari mereka yang menanyakan keadaannya. Mereka tak peduli.
Pendukung Sejati Nalaca
Axel, Dara, Ola, You
Nalaca :
Guys, gak ada yang jengukin gue apa ya?
Ola :
Gue sibuk, Ca.
Dara :
Gue ada acara.
Axel :
Masih hidup lo Ca?Aca hanya mendengus geli membaca balasan dari orang-orang yang dianggap sahabat olehnya. Memang benar, orang yang tulus akan tetap tinggal. Dan bukan mereka orangnya. Ia tak marah dan kecewa. Terlalu lelah untuk itu semua.
Emang orang-orang muka dua mereka. Huh! Gerutu Aca dalam hatinya.
Aca menyimpan kembali ponsel itu ke atas nakas yang ada di samping ranjangnya. Matanya kini beralih menatap sosok manusia yang benar tak ingkar janji padanya. Sang manager — Aksa, laki-laki sungguh-sungguh menemani Aca hingga matanya terbuka. Sudut bibir Aca tertarik ke atas saat tubuh itu menggeliat untuk mencari posisi nyamannya.
Krek ...
Suara pintu terbuka mengalihkan fokus Aca. Gadis dengan mulut berisik itu sedang tersenyum ke arahnya. Siapa lagi jika bukan Claynora Trivaska. Gadis itu benar datang untuk membawakan pakaian ganti untuk Aca di waktu yang masih terbilang pagi.
"Good mor—"
"Stt!" Aca mendelik dan mengkode Nora untuk tak berisik melalui gerakan telunjuk yang ia letakkan di atas bibirnya.Nora seketika mengatupkan bibirnya dan berjalan dengan hati-hati setelah melihat Aksa yang masih tenggelam dalam alam mimpinya.
"Gimana keadaan lo? Udah enakan?" tanya Nora seraya menarik kursi di samping ranjang Aca dan duduk disana.
Aca mengangguk. "Pusing dikit doang," jawab Aca. Nora mengangguk sebagai respon.
"Nor, gue bosen. Tolong bawa keluar dong!" pinta Aca tiba-tiba setelah beberapa jeda diantara mereka.
Nora melirik tajam. "Gak, nanti gue diomelin Dokter lo! Diomelin si onoh juga," balas Nora bersamaan ekor matanya yang melirik Aksa.
Aca menggoyangkan tangan Nora. "Ayolah, Nor, please .. konsekuensi ditanggung gue dah!"
"Gue bosen anjir napas pake udara di ruangan ini doang," sambung Aca masih berusaha.
Nora masih tak menjawab. Mereka hanya saling bertemu pandang. Aca dengan tatapan memohonnya dan Nora dengan pikiran yang sedang menimbang-nimbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
16 + 1
Teen FictionIni adalah sebuah kisah klasik antara dua insan manusia. Tentu ada cinta di dalamnya. Pertemuan tak sengaja namun penuh makna bagi salah satunya. Tak ada yang istimewah hanya saja dia sempurna untuknya. Perkenalkan dialah Adinda Nala Anastasya dan...