03 : Kemarahan

621 66 13
                                    

"Luka itu masih tersimpan rapi disana. Dia obati itu dalam diamnya. Dan sialnya, aku menjadi salah satu penorehnya."

****

Pagi ini seorang Nalaca sudah siap dan cantik dengan outfit mambanya. Sebuah keajaiban dunia Aca sudah nampak rapi dan bersiap menunggu Aksa- managernya untuk menjemputnya. Eits tapi ada yang lebih mengejutkan, saat ini Aca sedang mencoba membuat roti panggang ala Perancis yang disebut dengan "French toast" untuk menu sarapan.

Aca yang hanya menyentuh dapurnya hanya untuk membuat mie instan itu kini dengan sadarnya memanggang roti yang sudah dilumuri oleh campuran susu, telur dan bahan lainnya ke atas teflon anti lengketnya.

"Wahai cinta, beri pertanda dengar kupu-kupu yang bicara..."

"Bisingkan dada, melantunkan nada asmara...."

Sembari memotong potongan strawberry dan blueberry Aca asyik bersenandung ria.

"Anjay.. chef Aca nih bosttt," ucap Aca dengan bangganya ketika melihat roti yang sudah matang dengan sempurna.

"Awsh, anjrit panas cok!"

Dengan gegabahnya Aca memegang roti yang baru saja matang itu untuk dipindahkannya ke dalam kotak bekal yang sudah disiapkan.

"Perfect ini mah. Golden.. crispy.. and delicious.." ucap Aca lagi dengan sombong ketika selesai menghias roti panggang tersebut dengan potongan buah.

"Ini mah yakin si Aksa bakalan minta tambah."

Yaps, benar kalian tak salah membaca. Aca membuat ini semua untuk sang managernya yang menurutnya sangat dingin dan menyebalkan itu. Ia ingin membalas kebaikan Aksa semalam, itu alasannya menurut Aca. Memang diluar nalar, bahkan semut yang sedang mengerubungi sisa adonan di piring itu pun mungkin tak akan percaya dengan apa yang sedang Aca lakukan sekarang.

Ceklek. Suara pintu terbuka, menampakkan sosok Aksa yang sama tampannya dengan outfit senada dengan Aca.

"Hello.. Aca disini!" seru Aca ketika Aksa sama sekali tak menengok ke arah dapur.

Aksa yang melihat pemandangan aneh itu lantas mendekat dengan kening yang berkerut sangat dalam.

"Ngapain?"

"Lagi berenang nih, mau ikutan gak?" tanya Aca dengan senyum konyolnya. "Lagi masak lah anjir. Gak liat mata lo?!" sungut Aca dengan ketus.

"Ya saya tau."

Aca lantas menatap Aksa dengan kesal, "Ya terus kenapa nanya?"

Aksa menghela nafasnya, "Ya maksud saya ngapain kamu masak? Bukannya semalem dikasih rawon sama mama saya ya?"

"Udah kok, rawonnya udah habis gue makan," Aca menjeda sembari melirik bekas tempat makan yang mama Aksa berikan di sebuah wastafel. "Tuh, liat udah bersih tak tersisa."

"Terus? Kamu masak buat apa?" Aksa masih tak menemukan jawaban atas pertanyaannya.

Aca menutup kotak bekalnya dan memasukkannya pada tas bekal milik mama Aksa. "Nih buat lo."

Aksa tentu tak langsung menerimanya, kedua alisnya nampak terangkat. Menatap bergantian pada wajah Aca dan tas bekal yang disodorkannya.

"Ish.." Aca menarik paksa tangan Aksa untuk segera mengambil tas makan itu. "Ambil kek. Ini gue susah-susah tau buatnya," gerutu Aca seraya berjalan ke arah kamarnya.

Aksa yang masih bingung itu terdiam dengan tas makan yang sudah digenggamnya.

"Saya gak minta dibuatkan."

16 + 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang