06 : Hanya Aku

376 47 7
                                    

"Kesendirian itu nyata. Semua orang hanya datang untuk singgah. Lalu mereka pergi meninggalkan luka. Dan, tinggal aku sendiri. Berteman dengan segala duka."

****

"Shit! Gue nabrak orang."

Emil menoleh ke samping, melihat kondisi Aca. Gadis itu masih terpejam merasakan benturan yang begitu dahsyat pada keningnya akibat ia tak memakai seatbelt. Darah pun sudah mengucur dari pelipis Aca. Melihat itu membuat Emil semakin panik.

"Enghh.. Emil.. kepala gue ..." Aca berusaha membuka matanya yang berat dan memburam itu. Kepalanya berdenyut hebat.

Emil masih dalam kondisi sadar. Hal itu karena ia memakai seatbelt-nya sehingga kepalanya hanya terbentur sedikit. Ia panik setengah mati. Ia menelisik keadaan sekitar yang masih sepi. "Gue gak mau ditahan gara-gara ini. Ini salah lo!"

Selepas mengatakan itu ia keluar dari mobilnya dan berputar menuju sisi penumpang. Ia membuka pintu mobilnya. Emil mengulurkan tangannya untuk membopong Aca. "E-emil.. kita ..." Aca sudah setengah sadar. Ia tak mampu melihat dan berbicara dengan jelas.

"Diem lo anjing!"

Emil berhasil mengangkat tubuh Aca, ia memindahkan tubuh gadis itu di jok kemudinya. "Lo yang harus tanggung jawab," Emil menepuk pelan kepala Aca yang diletakkan pada stir kemudinya. Setelah semuanya sesuai rencananya, ia mengambil beberapa barangnya dan berlari dari sana sebelum ada orang yang melihatnya.

****

"Aksa sialan lo dimana sih!" Ando tengah menempelkan ponselnya di telinganya. Ia terus meracau dan memaki sedari tadi.

"Gak diangkat juga?" Nora bertanya memastikan yang dijawab dengan gelengan lemah Ando.

"Coba terus, Ndo," titah Mbak Nana.

Saat ini mereka sedang berada di depan IGD sebuah rumah sakit. Ah tidak, bukan hanya mereka yang ada disana tapi beberapa pihak kepolisian yang ikut menunggu seseorang yang sedang ditangani di dalam.

Nora yang tak mengetahui keberadaan Aca setelah ia kembali ke ruang tunggu tentu panik dan berusaha menghubungi temannya itu. Namun bukan kelegaan yang ia dapat, melainkan keterkejutan dan rasa khawatir setelah seseorang yang mengangkat telpon Aca adalah pihak kepolisian yang mengabarkan bahwa Aca telah menabrak seorang pria paruh baya.

"Gila ya si Aksa bisa-bisanya ninggalin Aca kayak gini!" Nora terus mengomel dan menyalahkan Aca.

"Udahlah Nor, kita fokus ke Aca dulu. Doain dia gak kenapa-napa," ucap Mbak Nana.

"Bener, Nor," timpal Ando.

Mereka saling menunggu dalam diam dan cemas. Berharap keadaan Aca baik-baik saja dan Aksa segera muncul.

Hingga tak lama seorang dokter keluar dari IGD. Ketiga orang itu mendekat.

"Gimana dok keadaan temen saya?" tanya Nora mewakili pertanyaan semua orang.

"Dari hasil pemeriksaan CT Scan, semuanya tampak normal. Benturan itu syukurnya tak sampai menyebabkan gegar otak. Hanya luka luar yang membutuhkan beberapa jahitan," terang sang Dokter.

"Tapi kita tetap perlu pantau setidaknya sampai beberapa hari ke depan," sambung Dokter.

"Syukurlah.." Kelegaan begitu terpancar dari ketiganya.

Dokter itu menatap satu persatu dari mereka. "Oh ya, pasien sudah siuman dan dia menanyakan seseorang yang bernama Aksa. Apakah ada?"

Semua orang saling berpandangan. Dan lagi-lagi merasa kesal karena disaat Aca membutuhkan sosok Aksa, pria itu menghilang tanpa jejak.

16 + 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang