Jangan Lupa VOTE dan Commentnya
⸜(。˃ ᵕ ˂ )⸝♡
Saat ini, Pria dingin dengan tatapan datar nan tajam itu menghabiskan malam dengan memandang paras Kana yang lelap. Cahaya matahari masuk di selah-selah tirai berbahan tile. Jam dinding besar di sudut kamar telah menunjukan pukul enam pagi, tapi tidak ada tanda-tanda mahkluk mungil itu akan bangun.Atalarik menyingkap surai madu Kana ke sela daun telinga. Setiap inci wajah Kana tidak lepas dari pandangan. Putra bungsunya punya bulu mata lentik yang cantik. Pipinya begitu bulat dengan merah alami, kulitnya halus dan lembut. Sangat menggemaskan, mirip seperti bayi beruang.
Jarinya setia mengusap pipi bulat Kana yang terlelap. Atalarik belum siap menemui putra bungsunya yang baru ia ketahui ini, hal itulah yang menjadi alasan pria itu selalu pulang larut malam dan menemui Kana secara diam-diam.
Jujur, hatinya masih janggal akan percakapan singkat tadi. Walaupun putra sulungnya bilang tidak perlu di pikirkan, tapi Atalarik seakan tertantang ingin mengungkap kebenaran nya.
"Awal mula semua ini karena kesalahan kamu Atalarik! Kamu yang salah, kenapa aku yang harus menanggung semuanya?!"
"Anak itu harus menderita!!".
Sebuah kalimat teka-teki yang tidak Atalarik mengerti. Atalarik sepenuhnya sadar, ia yang bersalah malam itu, tapi kenapa wanita itu seolah punya dendam yang sangat besar terhadapnya selain kejadian malam itu. Bukankah wanita itu sendiri yang memilih kabur, tanpa meminta pertanggung jawaban padanya. Atalarik sendiri sudah mencari kemana-mana wanita itu, tapi wanita itu sendiri yang memilih sembunyi.
Tawa hambar menguar, elusan pada dahi Kana berhenti. Tangan berurat itu mengepal kuat. Tawa tadi menghilang, menyisahkan raut datar.
Atalarik bangkit, ingin kembali kekamarnya untuk sedikit menyegarkan pikiran dengan mandi. Tangan nya memijit pelipis mata yang sedikit perih, akibat terjaga sepanjang malam.
"Om?.." Suara parau itu sukses memecah sadar Atalarik. Menoleh, mendapati Kana yang berusaha turun dari tempat tidur Gara yang tinggi. Badan mungilnya hampir terjatuh, jika saja Atalarik tidak segerah menangkap tubuh nya. Rahang Atalarik mengeras.
Setelah mendudukan Kana kembali ke atas sisi kasur, Atalarik berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Kana, yang menatapnya penasaran.
"Kamu...Om baik kemalen?"
Cukup lama Atalarik terdiam, lalu mengangguk. Pria dingin itu sibuk berpikir, bagaimana cara menyampaikan bahwa ia adalah ayahnya, Atalarik ingin di panggil 'Papa' oleh sosok mungil di hadapan nya ini.
"Aku Ayahmu," Terlalu spotan. Atalarik tidak pandai berbasa-basi.
Apa yang baru saja Atalarik ucapkan berhasil membuat Kana terkejut, netra keduanya terjalin.
"Panggil aku Papa mulai sekarang!"
Bukan tawaran, melainkan sebuah perintah tegas bagai titah. Tidak memikirkan akan kemungkinan besar dari sang lawan adalah penolakan. Tapi, sebagai Atalarik Syah Williams's yang tidak pernah ditolak, rasa percaya diri yang tinggi sudah mendarah daging pada dirinya. Namun, ia lupa lawan bicaranya sekarang adalah Kana---balita polos berumur 5 tahun. Beberapa bulan lagi.
Hal sederhana inilah impian Kana selama ini. Manik madunya berkaca-kaca, dengan cepat tangan mungilnya menutupi seluruh wajahnya walaupun hanya tertutup sebagian. Anak itu diam-diam menangis, begitu bahagia bertemu sang Ayah.
Sebelumnya, Kana sudah diberitahu bahwa pria yang mirip Abangnya Gara itu adalah ayahnya. Tapi karena pria itu tidak menemuinya selama tiga hari Kana tinggal di sini, anak itu perpikir bahwa Ayah juga membecinya seperti Ibu.
"Aku tidak memaksamu, panggil aku Papa jika kamu sudah siap," Pria itu salah paham.
Tubuh kecil Kana, Atalarik bawa dalam gendongan, meski masih kaku tapi dekapan nya tidak begitu erat. Aroma buah strawberry dari rambut si kecil langsung masuk indra perciuman, wangi yang akan menjadi obat penenang bagi pria dingin sepertinya.
Dengan begitu kehati-hatian Atalarik menimang Kana yang masih terisak menuju kamarnya yang berjarak beberapa langka dari kamar si sulung.
"Tidak apa-apa. Ternyata bayi beruangku ini cengeng ya,"
Perlahan, Kana berani menjatuhkan pipinya pada pundak Atalarik yang ternyata sangat nyaman. Kedua tangan nya melingkar, membuat Atalarik sersentak.
"Pa..pa," Suaranya terlalu pelan, seperti bisikan.
Atalarik sekejap menahan napas. Dengan perasaan bahagia yang membuncah, Atalarik mengecup surai madu Kana berkali-kali.
"Terima kasih,"
Rasa asing itu kembali.
Rasa senang yang meledak-ledak kembali membanjiri Atalarik. Balasan sederhana Kana berhasil mengisi kekosongan rongga di hatinya, mencairkan hatinya yang beku dan mengembalikan rasa yang selama ini hilang.****
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Williams's Life (ON GOING)
Short StoryTentang Arkana. Seorang balita berusia 5 tahun, menjalani kehidupan sulit sebagai penjual gorengan di lampu merah. Di usiahnya yang masih belia ia sudah merasakan keras nya hidup. Kana, anak yang tidak diinginkan, ia tumbuh dalam bayang-bayang keped...