it's 3

4 1 0
                                    

Kenaikan kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenaikan kelas

Rapot sudah dibagikan dan sekarang waktunya kenaikan kelas. Sekarang Amorist berusia 6 tahun, tanpa disangka-sangka semester ini juga Amorist akan sekelas lagi dengan Ace.

" Hai Amorist kita sekelas lagi nih " Sapa Ace, Amorist hanya membalasnya dengan senyuman. Tanpa disuruh pun Ace langsung duduk di dekat Amorist.

Ternyata di kelas ini juga Amorist bertemu dengan Bu Alice lagi. Siapa sangka ia akan di kelas yang sama dengan Amorist. Pertemuan hari ini dimulai dengan perkenalan lagi.

" Membosankan! " Cibir Amorist pelan, Ace yang tak sengaja mendengar iru berusaha menghibur Amorist yang bosan dengan celotehannya. Amorist yang mendengar celotehan Ace hanya tertawa kecil. Bagi Amorist Ace itu sangat lucu saat berbicara. Ia senang karena bisa melihat banyak ekspresi yang dikeluarkan Ace saat berbicara dengan siapapun itu.

1 minggu masuk sekolah.

Kelihatannya orang tua Amorist kembali normal. Sang ayah mengantar Amorist sekolah setiap hari, dan sang ibu membuatkan sarapan setiap pagi. Tapi itu hanya berjalan 1 minggu saja. Mungkin hari ini Amorist tidak mendapatkan keberuntungan lagi. Hanya dengan masalah sepele, anak sekecil itu harus dihukum dengan cara yang tak wajar. Semua itu berawal dari meminta uang saku.

" Ibu, apakah hari ini Amorist dapat uang saku? " Sedikit takut, ia memberanikan diri untuk bertanya pada sang ibu.
" Dapat Amorist, kamu minta ke ayah gih. Ibu sedang masak. " Dengan ekspresi bahagia ia berlari kecil menuju kamar sang ayah.

Pintu tak ditutup, Amorist berjalan pelan memasuki kamar dan dengan pelan membangunkannya sang ayah yang sedang tidur.

" Ayah.... " Hening menerpa. Belum ada balasan apapun dari sang ayah.
" Ayah... Amorist mau meminta uang saku. " Pintanya sambil sedikit menggoyangkan tangan ayahnya.

" Ughhh, SIAL APA KAU TIDAK TAU KALAU AKU SEDANG TIDUR HUH!!!! " Tanpa disangka-sangka ayah akan berteriak secara tiba-tiba.

Air mata mulai membasahi pipi Amorist. Amorist sangat tidak suka dibentak, ia sangat membenci itu.

" Apa kau tidak bisa melihat huh? " Amorist hanya bia menunduk dan menangis.

" Kalau ditanya tuh jawab BUKANNYA NANGIS. PUNYA MULUT KAN?!! JAWAB!!! " Ayah mencengkram kedua pipi Amorist dengan sangat kuat.

" Ahhhha Huaaa.... "

Tangis Amorist menjadi kencang karena merasakan sakit dikedua pipinya. Ibu yang mendengar itu langsung berlari menuju kamar tidur. Tapi ia tidak bisa berbuat apapun, ia hanya bisa melihat anaknya dari luar kamar.

Sedangkan ayah yang sedang naik pitam langsung mengambil 2 ikat pinggang. Amorist dipukul dengan ikat pinggang tersebut. Tak puas jika hanya memukulnya sampai lebam, ayah mulai mengikat tangan dan kaki Amorist dengan ikat pinggang tersebut. Tanpa ada aba-aba Amorist langsung ditarik oleh sang ayah menuju gudang belakang dan menguncinya di sana seharian.

" Haaa ayah sakit, huaaaa Amorist minta maaf ayah haaaaa....... "

Seakan tidak mendengarkan ucapan Amorist, ayah langsung melempar Amorist ke dalam gudang dan menguncinya di sana sendirian.

" Ayah buka pintunya. Amorist takut ayah haaaa...... " Ayah menulikan pendengarannya.

Mungkin jika tidak dikunci di dalam gudang Amorist tidak akan mengetahui rahaia antara ayah dan ibunya. Bahwa sang ibu sedang mengandung anaknya.

" Ayah apa itu tudaj keterlaluan? "
" Tidak, sudah jangan khawatir kan dia. Khawatir kan saja kandunganmu, kamu sedang mengandung..... -" Suara mereka lama kelamaan menghilang. Hening dan hampa lah yang dirasakan Amorist sekarang.

"Hahahaha sekarang aku mengerti mengapa aku diperlakukan dengan baik akhir-akhir ini hahaha. Ternyata otu semua hanya sebuah kebohongan. " Dengan susah payah ia melepaskan ikat pinggang dari tangan dan kakinya.

" Kali ini aku tidak akan pernah menganggap mereka keluarga. Aku hanya menumpang di sini, aku bukan siapa-siapa bagi mereka hahahaha..... " Sang ibu yang mendengar itu hanya bisa terdiam, karena iya juga tidak bisa melakukan apapun.

4.30 P.M

Pintu gudang akhirnya terbuka, ayah sudah berdiri diambang pintu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Amorist yang melihat itu langsung keluar dengan santai. Saat ayah hendak memegang putrinya, ia terkejut dengan tatapan putrinya yang sangat berebeda dari sebelumnya.

" Jangan pernah sentuh dia! " Ucapnya dengan tatapan yang dingin tanpa ekspresi itu.

Ayah yang mendengar itu sedikit kebingungan dengan kata DIA yang Amorist ucapkan.

" Siapa DIA yang di maksud? " Gumam ayah.

Saat melihat ibu pun Amorist juga mengucapkan kata yang aneh padanya.

" Sungguh tidak berguna. " Kata itu mungkin sedikit menyinggung sang ibu, tapi Amorist tidak memperdulikan itu.

Ada apa dengan anak itu pikir ayah dan ibu. Amorist menghiraukan tatapan penuh tanya dari kedua orang tuanya. Ia tetap berjalan lurus menuju kamarnya dan mandi.

5.00 P.M

" Amorist ayo turun makan! " Panggil ibu dari arah ruang makan, tapi Amorist tak kunjung turun. Karena takut makanan akan dingin, ibu menghampiri Amorist ke kamarnya.

" Amorist ayo makan. Makannya akan dingin, ayo segera turun dan makan. " Saat hendak menyentuh kepala Amorist, tangan ibu langsung ditepis olehnya. Seolah-olah mengatakan jangan sentuh aku.

" Siapa yang anda panggil Amorist? " Amorist segera beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju ruang makan.Sedangkan ibu hanya mengikutinya dari belakang dan berusaha mencerna pertanyaan Amorist barusan.

Saat di ruang makan pun Amorist hanya mengambil nampan makannya dan segera beranjak pergi.

" Amorist ayo makan di sini bersama-sama. " Tanpa menghiraukan perkataan sang ayah, Amorist tetap berjalan.

" Amorist! " Panggil ayah dengan nada sedikit tinggi dan seakan-akan membentak.

Amorist yang terkejut segera berhenti dan menoleh ke arah belakang dengan tatapan dingin tanpa ekspresi itu.

" Siapa yang anda panggil Amorist? " Pertanyaan itu keluar dari mulut Amorist lagi. Ayah sedikit tercengang dengan pertanyaan itu, selebihnya bingung. Mereka berdua bingung dengan apa yang dimaksud dengan pertanyaan itu.

ProblematicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang