it's 4

2 0 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Sudah berhari-hari Amorist dengan sikap barunya. Sikap yang semakin lama semakin tidak peduli dengan orang lain. Seakan-akan hanya ada dia di dunia ini. Di sekolah pun ia juga sedikit menjauhi Ace, tapi tanpa henti Ace tetap mendekati Amorist.

" Jangan dekati saya lagi! " Tanpa menghiraukan perkataan Amorist, Ace tetap mengikuti Amorist kemana pun ia pergi.

" Aku akan ada di dekatmu, gak peduli kamu itu Amorist atau bukan. " Ternyata Ace juga merasakan perbedaan yang terjadi pada Amorist.

Amorist yang mendengarkan itu sedikit tersipu malu, karena baru pertama kali ia mendengar perkataan itu.

" Oh ya Amorist 2 hari yang lalu kata Bu Alice kamu gak masuk. Kamu ke mana? " Ace bertanya begitu karena pada hari yang sama ia juga tidak masuk karena sakit.

" Saya sakit. " Ucapnya singkat.
Itu adalah kebohongan pertama yang ia katakan pada Gurunya dan Ace. Padahal kenyataan yang terjadi tidaklah begitu. Ace hanya mengangguk paham.

Setelah itu hari-hari selanjutnya Amorist menghabiskan waktu bahagianya bersama Ace. Sampai dihari kelulusan pun ia tetap bersama Ace.

Hari Kelulusan

Usia Amorist sudah genap 7 tahun. Di hari kelulusan ini banyak sekali orang tua teman-temannya yang hadir. Terutama kedua orang tua Ace. Namun ia sama sekali belum melihat ayah dan ibunya datang.

Semua anak diperbolehkan maju satu persatu untuk mengucapkan sepatah dua kata untuk perpisahan. Giliran Amorist untuk maju ke depan, saat hendak berbicara Amorist sedikit terkejut karena melihat kedua orang tuanya hadir. Apalagi sang ibu yang hadir sedang menggendong adiknya.

" Baiklah perkenalkan nama saya Amorist dari kelas binatang. Berdirinya saya di sini mau mengucapkan terima kasih pada guru saya yang bernama Bu Alice dan teman saya Ace. Saya sangat berterima kasih kepada mereka karena sudah membuat saya bahagia di sekolah. "

Dengan tiba-tiba saja Amorist berhenti bicara dan beranjak turun dari panggung.

" Bagaimana dengan orang tuamu Amorist? " Tanya kepala sekolah secara tiba-tiba.

Amorist yang mendengar itu segera naik ke panggung lagi. Seketika tatapan Amorist menjadi dingin saat hendak membicarakan orang tuanya.

" Siapa mereka saya saja tidak tahu. Saya juga tidak tahu apakah saya dianggap sebagai anak oleh mereka. Sejauh yang saya tahu, saya tidak memiliki orang tua seperti mereka. Terima kasih. " Segera Amorist turun dari panggung. Tentu saja semua orang terkejut dengan perkataan Amorist barusan.

Dengan santainya ia berjalan melewati para penonton dan menuju pintu keluar. Amorist berjalan hanya berjalan menatap ke depan dengan tatapan kosong, seakan-akan dirinya sudah lenyap dari dunia ini.

Orang tua Amorist yang mengetahui Amorist sudah keluar, segera mereka langsung mengejar Amorist. Dengan tatapan terkejut kedua orang tuanya mengajar Amorist yang sedang jalan di pinggir jalan.

" Amorist tunggu! " Panggil sang ayah dari kejahuan
" Amorist tunggu sebentar! " Amorist menghiraukan panggilan itu, ia tetap berjalan tanpa menoleh ke belakang.

" Sial! " Ayang yang geram berbalik arah menuju TK dan mengambil sepeda motornya yang masih terparkir di sana.
" Ibu tunggu di sini, ayah mau ambil motor dulu! " Ayah segera berlari menuju TK, dan Amorist tetap berjalan.

Semakin lama semakin jauh Amorist berjalan. Ibu yang khawatir mulai gelisah karena ayah tak kunjung datang. Ibu mulai jalan perlahan-lahan karena tetap menunggu sang ayah.


TINNNNN!

Ibu yang mendengar itu langsung menoleh, dan benar itu ayah. Sesegera mungkin ibu naik ke motor dan ayah mulai tancap gas untuk mengejar Amorist. Ternyata Amorist tidak tersusul oleh mereka walaupun mereka naik sepeda motor. Karena sudah tak tahu harus mencari kemana lagi, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah ternyata pintu depan tidak terkunci, yang menandakan bahwa Amorist sudah pulang.

" Amorist! Amorist! " Segera ayah menuju kamar Amorist dan menggedor-gedor pintu kamarnya yang terkunci

BRAK! BRAK! BRAK!!!

" Sudahlah ayah jangan gedor-gedor pintu kamar Amorist lagi. Mungkin dia lagi pengen sendiri. " Ayah yang mendengar kata ibu, segera menenangkan diri. Mungkin anaknya butuh waktu sendiri.

Sedangkan Amorist yang di dalam kamar, ia sedang meringkuk di dalan selimut, dan berbicara sendiri. Seakan-akan ada 2 orang di dalam selimut itu.

" Kenapa mereka harus datang. Katanya tidak bisa datang, dasar pembohong! " Cibir Amorist

" Tidak usah dihiraukan, biarkan saja mereka. " Ucap Amorist dengan nada bicara dan tatapan yang dingin. Seakan-akan ini bukanlah Amorist. Namun itu benar, ia bukanlah Amorist Ace Esmeray.

" Baiklah aku akan menghiraukan mereka, terima kasih karena selalu ada di dekatku. " Mereka berpelukan bersama, tapi jika di lihat secara jelas Amorist hanya memeluk dirinya sendiri.

" Kamu adalah aku. Aku adalah kamu. Dan aku adalah kita. "

ProblematicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang