4. Sekolah

7 2 0
                                    

Kemarin adalah tepat satu minggu setelah Naizar dan Natasha berada di Bandung, kini mereka berdua sudah kembali berada di Jakarta karena keperluan pekerjaan.

Shanay merasa bersedih karena kedua orang tuanya itu sudah kembali ke Jakarta. Saat makan pun ia hanya mengaduk-aduk makanannya seolah tak berselera makan. Renata pun menegurnya dengan lembut, ia tau pasti Shanay sedih karena ditinggal orang tuanya. Namun apa boleh buat, memang ini tujuan mereka. Memperbaiki hubungan sahabat masa kecil Varren dan Shanay.

Vagan juga ikut menenangkan gadis itu, ia akan membuat Shanay merasa seolah dirinya adalah ayahnya sendiri untuk di Bandung ini. Varren sendiri hanya diam sembari memperhatikan sang ibu yang menegur sekaligus menenangkan Shanay.

Acara makan malam pun usai, Varren berjalan menuju kamar Shanay. Ia berdiri di depan pintu, sejenak Varren seperti mendengar isak tangis seseorang.

Tok tok tok

"Nay?"

"Iya, sebentar!"

Terbuka. Dengan mata sembabnya, Shanay mencoba mengalihkan pandangan agar tidak di tatap Varren. Ia malu jika Varren mengetahui nya sedang menangis, pasti lelaki itu akan mengejeknya karena menangis.

"Lo.. Lo nangis?" tanya nya

"Hah? Enggak! Siapa yang nangis, sih." elak Shanay.

"Bohong. Gue denger isakan lo tadi. Cengeng." ucap Varren

Benar kan. Terbukti lah apa yang ia katakan, sekarang Varren sedang mengejeknya cengeng.

"Lo kesini mau ngapain? Kalo nggak penting pergi aja, gue lagi nggak bisa di ganggu." ucapnya sembari memegang knop pintu dan ingin menutup nya.

Varren sontak menahan pintu itu, "Jangan nangis. Nanti Danai dan Momsha malah sedih kalo tau lo disini malah nangis, padahal Danai dan Momsha mau lo buat seneng-seneng di Bandung, bukan malah nangis-nangis kayak gini." ucapnya dengan lembut.

"Belum satu hari aja gue udah kangen sama mereka, Ren. Hari-hari gue kedepannya bakal gimana kalo nggak ada Danai dan Momsha?" ucap Shanay

"Alay. Hari-hari lo bakal bahagia. Percaya sama gue. Disini juga ada Gue, Mama, Papa, Bi Ita, Pak Ilham, emang kurang dengan adanya mereka disini sama lo, hm?" nada lembut terdengar di setiap kata yang Varren ucapkan.

"Hm, iya. Cukup kok, bahkan sangat cukup. Gue juga seneng berada di Bandung, kota nya indah, Aa dan teteh disini juga mempesona banget terus ramah lagi. Makasi ya, kemarin lo udah bawa gue keliling kota Bandung, jajan jajanan kota Bandung, jalan-jalan di sekitaran alun-alun kota Bandung. Gue seneng. Sekali lagi makasi." ucap Shanay dari dalam hati nya seraya tersenyum tulus.

Sejenak, Varren terhipnotis dengan senyum tulus dari Shanay. 'Cantik.' batin nya.

"Hm. Ya, sama-sama. Sekarang lo tidur, udah malam. Jangan lupa, besok hari pertama lo sekolah di sekolahan yang sama dengan gue. Usahakan jangan sampai telat di hari pertama lo, tapi terserah juga kalo hari-hari selanjutnya lo mau telat." ucapnya dengan datar, ia kembali ke setelan pabriknya yang dingin dan cuek.

"Iya iya, gue bakal bangun pagi besok."

"Hm. Good night." ucapnya sembari mengelus singkat surai Shanay. Varren pun berbalik badan dan memasuki kamarnya meninggalkan Shanay yang terdiam membatu.

'ANJIR?! DIA TADI ELUS RAMBUT GUE?! DEMI APA?! Lama-lama bisa gila gue kalo deket sama dia terus.' batin Shanay heboh.

~ ꏝꋫ꒓ꌚꑛꋫꏸꂑꆂ ~

Pagi tiba, Shanay menepati janjinya dengan bangun sepagi mungkin. Saat ini pukul 6.35, dan 25 menit lagi gerbang akan ditutup. Shanay kini sudah siap dengan setelan seragam baru nya, ia mengoleskan beberapa riasan tipis lalu tersenyum simpul. Perfect.

VARSHACIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang