Hallo readers/siders
Happy Reading
Dedaunan pohon mulai bergoyang secara perlahan Ketika hembusan angin mulai menerpa batang pepohonan yang terhias rapi memberikan kesan nyaman pada musim semi di kota Mexico. Kota yang terkenal akan banyaknya peninggalan sejarah dan Gedung-gedung tua seakan membuat kesan kota antic semakin tertera dimata dunia.
Keindahan yang terlihat seakan selalu memanjakan mata tak berati segalanya juga indah, Keindahan yang tiada tara tetap membuat Mexico memiliki sisi kelamnya tersendiri. Masyarakat Mexico sudah mengenal istilah gangster ataupun mafia berbahaya yang tersebar diseluruh penjuru kota. Menyampingkan keindahan kota yang seakan menghilang dan tergantikan dengan suasana kelam ketika matahari menengelamkan diri untuk berganti dengan bulan, disaat itu suasana seakan memunculkan banyak presepsi ketakutan yang muncul dipermukaan antara masyarakat yang sudah beredar.
Para Wanita tak perduli tua ataupun muda sering kali menjadi sasaran kekesaran, entah secara fisik maupun sexual ataupun menjadi target perdagangan manusia. Menciptakan ketakutan semakin kuat, para orang tua dan ayah selalu melindungi istri ataupun anak Perempuan mereka untuk tidak keluar lebih malam dari jam yang sudah ditentukan.
Kota yang awalnya damai itu seakan menjadi neraka untuk para masyarakatnya, sejak dimulainya banyak orang yang menghilang dan kematian yang semakin marak terjadi karena perbuatan gangster membuat pemerintah kota Mexico menerapkan jam pasti untuk masyarakatnya melakukan kegiatan diluar rumah. Transportasi umum dan para toko akan ditutup dari jam semestinya kecuali untuk supermarket besar ataupun tempat perbelanjaan 24 jam yang diberikan keamanan bertingkat.
Dengan rumor yang membuat semua orang takut, namun, berbeda dengan seorang gadis yang tengah duduk dicafe pinggir jalan dengan laptop dihadapanya itu. Terlihat dari dentingan jam raksasa yang sudah menunjukan pukul 7 malam pertanda matahari yang sudah mulai tenggelam dan tergantikannya dengan bulan.
Manik lentik itu menatap kepantulan layar laptop yang menampilkan tugas yang diberikan oleh bosnya bersebelahan dengan tugas dari dosen yang masuk secara bersamaan. Diri menghela nafas berat melihat itu, menarik kacamata yang ia kenakan dan perlahan memijit batang hidung mancung itu dengan lembut untuk menghilangkan rasa pusing setelah seharian sibuk berhadapan langsung dengan layar laptop yang membuatnya pening.
Menghadapi pendidikan dan bekerja tidak selalu menguntungkan, contohnya saja [Name] yang posisinya hanya anak yatim piatu yang tinggal sendirian setelah neneknya meninggal dunia. Hidupnya seakan hampa dan hanya diisi dengan pekerjaan dan Pelajaran untuk mendapati masa depan yang lebih baik meskipun harus bekerja keras.
Manik indah itu menatap kesekitaraan dimana toko-toko sudah mulai berkemas sebelum bunyi lonceng kedua dimana hari akan benar-benar gelap dan berganti dengan malam. [Name] menghela nafas sejenak, Kembali mematikan laptop dan mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pergi.
Baru ingin mengangkat tasnya seseorang menepuk pundaknya pelan membuat gadis itu menoleh melihat seorang lelaki bertubuh gempal dengan tato yang menghiasi tangan kini tersenyum padanya.
"Nona.."
"Ya?"
"Mau saya antarkan, pulang?"
[Name] menatap lelaki dihadapannya, meskipun lelaki itu tampak tersenyum padanya tapi mereka baru saja bertemu dan tiba-tiba menawarkannya untuk pulang bukanlah hal yang baik untuk [Name] sendiri. Dilebih lagi lingkungan sekitarnya yang sudah mulai sepi dan kondisi matahari yang sudah tenggelam membuat suasana tampak tak mendukung karena takut akan sesuatu yang berbahaya terjadi.
"Ah terima kasih atas tawarannya tuan, tapi saya akan pulang naik taxi sehabis ini."
"Tap.."
"tenang saja tuan, saya sudah langganan dengan taxi ini."
"Nona... sebaiknya biarkan saya saja yang mengantar."
[Name] menggelengkan kepalanya untuk menolak tawaran sang pria dihadapannya dengan senyum tipis, jantungnya sudah berdetak lebih kencang dari sebelumnya karena perbuatan pria yang tiba-tiba saja menawarkan tumpangan padanya.
"Ah tidak perlu, selamat tinggal tuan."
[Name] mengangkat tasnya dan mulai berjalan meninggalkan lelaki itu tampa ingin berbicara lebih lanjut, tak ingin memperpanjang pertanyaan yang akan dilontarkan lebih banyak padanya. Memilih berjalan dengan tenang dan menghilang dari persimpangan.
Suasana jalanan yang tampak sudah sepi dengan penerangan lampu jalan yang tidak terlalu terang membuat [Name] berusaha untuk tidak berfikiran macam-macam ketika suara langkah kaki juga terdengar di belakangnya. Memilih untuk melirik dengan ujung mata dimana pria bertubuh gempal tadi kini mengikutinya dari belakang membuat detak jantungnya semakin berdetak kencang.
Langkah kaki yang tadinya berjalan dengan santai mulai berubah sedikit demi sedikit dengan menambah lebih banyak jarak untuk dilangkah. Waktu seakan semakin terasa lambat dengan jarak yang terasa semakin jauh dari jangkauannya.
[Name] tak bisa mengontrol dirinya dari ketakutan yang mulai menguasai tubuhnya, deru nafasnya semakin memberat dengan tangan tergepal berusaha berpegang pada tali tas seraya menguatkan diri sendiri. Setelah sampai di persimpangan sama sekali tidak ada mobil taxi yang terparkir seperti biasanya dipinggiran jalan membuat [Name] semakin dilanda ketakutan yang luar biasa.
"Astaga Tuhan.." lirihnya pelan.
[Name] tidak akan menghentikan langkah kakinya yang bisa saja membuatnya semakin dalam bahaya, bisa saja ketika kakinya berhenti melangkah dan membuat pria yang mengikutinya itu langsung menggorok lehernya. Kejadian-kejadian seperti itu sebisa mungkin ia hindari agar tidak menimbulkan hal-hal berbahaya untuk dirinya sendiri.
Maniknya menatap khawatir karena tidak adanya mobil taksi yang terparkir, namun pandangannya terhenti pada seorang lelaki yang baru saja turun dari motornya yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri. Manik [Name] kembali melirik ketika ia menghentikan langkah kakinya, mendapati lelaki tadi yang mengikutinya kini semakin mendekat kearahnya membuat ketakutan didalam dirinya semakin kuat.
Dengan cepat [Name] melangkah, tak perduli dengan siapa pria yang akan ia hadapi setidaknya untuk saat ini ia bisa terlepas dari sosok lelaki yang mengikutinya itu.
Tangan terbuka lebar memeluk erat sosok lelaki dengan jaket kulit berwarna hitam yang sedang membelakanginya. Melontarkan kata-kata manja seakan sedang berdrama dengan seorang pangeran yang sudah menunggunya sejak tadi.
"Sayang.. sudah menunggu lama?" Ujar [Name] dengan kaku karena malu akan apa yang ia lakukan pada seorang lelaki yang tidak dikenalnya.
Lelaki yang dipeluk [Name] juga terkejut karena pergerakan secara tiba-tiba, ingin menggerakan tubuhnya berbalik namun [Name] memeluknya sangat erat.
"Aku mohon tolong aku, aku sedang diikuti oleh seseorang.." Bisik [Name] pelan .
Pria yang dipeluk olehnya langsung mengerti, perlahan menangkap kedua tangan [Name] yang memeluknya untuk dilepaskan. [Name] yang merasakan pergerakan hanya menurut saja, menatap kearah lelaki yang berbalik menatapnya membuatnya bisa langsung bertatapan dengan manik sipit yang kini menatapnya dengan tenang.
"Aku mohon.." Lirih [Name] pelan.
Lama bertatapan [Name] bisa merasakan kedua tangan itu kini melingkar dipinggangnya, merasakan rasa hangat yang bersamaan ketika lelaki dihadapanya menyuarkan senyum tipis yang begitu tenang.
"Apa kau baik-baik saja, sayang?"
[Name] terpaku ketika mendengar ucapan dari sang pria yang begitu terasa berat, pria itu tersenyum padanya seakan menampilkan ekspresi lain dan bisa membuat tubuhnya merasa nyaman di detik itu juga.
Ingin bersandiwara namun [Name] malah terpaku akan prilaku dan suara dari sang lelaki asing yang bisa membuat separuh dirinya terasa mati rasa karena wajah menyeramkan yang ia lihat kini terasa melihat katampanaan yang begitu jarang dilihat oleh Indera pengelihatannya.
"..."
Hai jangan lupa vote untuk tinggalkan jejak yah..
Salam manis
TR
2 05 24
KAMU SEDANG MEMBACA
GANGSTER | Kim Gitae
FanficKim Gitae x Reader Lookism : Park Taejun Jatuh cinta pada ketua gangster?