39. Mengukur akumulasi gugus metil pada molekul DNA seseorang

115 14 4
                                    

Kenapa suara orang kecil tidak pernah di dengar?...kenapa mereka di bungkam dengan ancaman?
( Elkhand Khadafy_Universitas War Indonesia by yourant_lrss ).

__________________

Hari itu telah tiba, hari yang di tunggu-tunggu oleh 18 mahasiswa top di Indonesia.
18 mahasiswa itu berjalan memasuki gedung utama dengan jaz yang menunjukkan identitas dari kampus mereka.
Memasang wajah muram dengan tatapan intimidasi adalah ciri khas dari mahasiswa ambisius seperti mereka, melakukan dan menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawan atau musuh yang menghalangi mereka.

Pembicaraan tanpa fakta, namun terus di lindungi oleh negara hanya bisa di lakukan oleh mahasiswa dari golongan kelas atas ( kaum priyayi ). Demo tentang penurunan UKT, aturan aneh dari kampus, fasilitas yang tidak terpenuhi, tuntutan dari kampus sendiri hanya akan di dengar dari mahasiswa yang mempunyai orang tua dengan jabatan yang tinggi.

Lantas bagaimana dengan mahasiswa yang berjuang untuk mengangkat derajat keluarga nya?
Apakah suara nya terdengar?
Tentu tidak, mengapa itu tidak?
Di telinga sebagian para petinggi kampus, mereka terdengar seperti lalat yang berkerumunan dan bisa di hilangkan begitu saja.
Apakah mereka sehina itu?
Jawabannya bisa iya atau tidak, tapi jawaban iya adalah mayoritas.
Lalu bagaimana dengan anak dari kalangan kelas atas?
Elkhand menggambar mereka seperti layaknya anjing yang menjilat di sepatu tuannya, semakin patuh anjing itu maka tuannya akan memberikan segala nya untuk anjing itu, termasuk menyingkirkan anjing yang berada di bawahnya.

Elkhand seorang mahasiswa fakultas hukum yang merupakan utusan dari Artificial Intelligence University.
Pernah mengikuti pembicaraan bersama para mahkamah agung tentang peraturan kampus yang begitu gila dan banyak menyiksa mahasiswa secara perlahan-lahan, namun suara dari pihak minoritas tidak pernah terdengar di telinga para hakim itu.
Bukan, bukan mereka yang tidak mendengar kan, tapi ada seseorang dengan pangkat yang sangat tinggi di balik sistem Genius dan gila ini.
Siapa orang itu?
Elkhand ingin mengorek informasi yang lebih dalam tentang ini, mengikuti war tahun ini dia akan menemukan informasi itu dengan detail meskipun sedikit lambat, tapi ini adalah satu-satunya jalan untuk memusnahkan sistem gila dan barbar itu.

Ketukan sepatu hak rendah milik Antavena terdengar di ruangan itu, ketukan seperti musik sangat indah, namun yang mendekati nya akan menjadi mayat, tapi tidak dengan Mount sendiri.
Melihat sebuah ruangan khusus dengan lambang dan slogan dari NUSU, ia memasuki ruangan itu, melihat ke dalam lebih jelas lagi dan menemukan teknologi yang berbentuk seperti tablet, tapi itu bukan tablet melainkan fasilitas yang akan di penuhi oleh soal-soal edan nantinya.

Dua orang mahasiswa perempuan dengan rambut tergerai memasuki ruangan itu, sepatu pantofel memenuhi ruangan yang sederhana namun bernuansa mewah.
Antavena melihat wajah mereka dengan diam, dia memperhatikan nya dengan seksama, tidak ada kehangatan di salah satunya, ia memperhatikan gadis di samping nya, wajahnya tersenyum seolah menggambar kan bahwa ia tersenyum untuk hari ini.
Gadis yang ia pandang melirik ke arahnya, sembari mengukir senyuman di bibirnya.
"Halo aku Rosalin, nama kamu siapa kak?" Tanya nya dengan nada yang terdengar ramah.
"Antavena." Jawabnya dingin, Rosalin menelan salivanya, gadis yang ia ajak bicara kini berubah cepat seperti es di kutub.
"Sudah semester berapa kak?" Dia memandang Antavena kembali, Antavena memberikan kode dengan jari yang berjumlah empat, itu artinya ia kini berada di semester empat.
"Wahhh, bau-bau maba nya hampir hilang yah kak." Antavena hanya diam dengan datar mendengar kalimat itu, namun suatu moment kini tercetak tebal di pikiran nya seperti moment itu kembali mampir dalam acara resmi ini.

"Antavena, gunakan wajah mu untuk menjalin komunikasi dan hubungan dengan golongan priyayi atau ketika kau mencapai usia mu sebagai mahasiswa gunakan lidahmu untuk berbicara kepada mereka, dengan ini aku akan memberikan segalanya untuk mu, PAHAM ANTAVENA ANTONECE SCUUD!"

Universitas War Indonesia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang