30. Bila |r|>1S=a0/(1−q)

127 21 4
                                    

"Apsa." Antavena bergumam mengerutkan dahinya.
"Antavena, gue gak nyangka nona muda daftar di NUSU." Apsa membenarkan jaznya.
"Apsa, kenapa kemari?.." tanya Bianca, sejujurnya dia tidak setuju Apsa datang kemari, karena pasti dia akan merusak suasana, bahkan obrolan pertama dengan wanita pemilik mata gray.
"Terserah dong, gue hanya ingin menyapa gadis tercantik di kerajaan." Matanya mengarah tepat pada Antavena, yang jadi sasaran hanya diam menatap apsa begitu dingin.
Apsa membungkuk kan sedikit badannya agar jarak mereka sejajar.
Antavena dengan sikap duduknya dia langsung berdiri, seolah menolak apa yang Apsa lakukan kepadanya.

"Kenapa? Mau kemana?" Tanya Apsa di menarik lengan Antavena dengan kasar.
"Pria jalang, jangan berani mendekat." Antavena membenarkan kacamatanya, Bianca membuka mulutnya, tidak percaya kalimat apa yang baru saja di lontarkan oleh Antavena.
Pria jalang?

"Gue hanya ingin bicara, ayolah jangan bersikap dingin dan memakai tata Krama kerajaan." Keluh Apsa sembari mengambil batang rokok di sakunya.

"Anda pikir saya jauh dari mereka, bisa bersikap seenaknya, pemikiran yang bodoh, dimanapun saya berada tubuh saya milik kerajaan." Antavena menatap pria itu dengan tajam. Bianca kembali bergetar, yang di katakan Antavena baru saja membuat dia terkejut.
Apakah karena hal itu Antavena terlihat sombong?
"Loo jangan merasa sombong yah, loo baru saja jadi Maba di NUSU, jangan buat gue sampai goresin muka cantik loo pakai ujung rokok ini." Dengan marah Apsa menghembuskan asap rokoknya di depan wajah cantik milik Antavena, Antavena memandangnya dengan tatapan tajam.

"Gue senior di sini jangan macam-macam loo sama gue, jangan mentang-mentang diri Loo adalah seorang lady, lalu mengeluarkan kalimat dengan asal, benar-benar wanita jalang, gue tahu Tuan Mardha menjual loo ke Keluarga Mashgrow, jika mahasiswa mengetahui hal itu harga dirimu akan hina di mata mereka, ternyata mahakarya nya di jual yah." Apsa melirik nya dengan licik menatap bola gray itu. Tangan Antavena sesaat menggenggam dengan kuat, meninggalkan bekas-bekas kuku di telapak tangannya.

"Saya ingin tahu apa yang di lakukan oleh Mashgrow terhadap dirimu, apakah mereka akan menjadi kan mu wanita pemuas nafsu Arbeck." Nada formal dari Apsa kini menyelimuti mereka, mata Antavena bergetar, begitupun dengan bibir tipisnya.

"Apsa." Antavena menamparnya dengan kuat, hingga ia tertoleh ke samping, bibir Antavena bergetar hebat, Antavena menggigit bibir bawahnya, hingga mengeluarkan setetes darah segar di sana dia menatap Apsa seperti predator. Sebagian Maba melihat mereka dengan mata keterkejutan di sana.
Mereka juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun apakah mereka juga mendengar kan fakta dari Apsa.

"Antavena." Bianca berusaha untuk mengusap bibirnya dengan lembut menggunakan tisu yang dia bawa, namun Antavena menolaknya, dia menghindari Bianca dan Apsa secepat mungkin, dan kembali menuju mansion yang telah di siapkan oleh Lhantip untuk dirinya sejak awal.

Walaupun acara itu belum selesai, namun Antavena telah meninggal kan nya lebih dulu, dia berlari ke arah mansion nya dengan hati yang kacau, air mata ikut terbawa angin ketika dia berusaha berlari dengan kencang.

"Aku berencana melanjutkan pendidikan di NUSU agar tidak melihat Mashgrow." Pikirannya melayang tak karuan.

(****)

"Lord, saya dengar kepala keluarga Scuud membatalkan beberapa bitcoin, ini terkait dengan lady Antavena sendiri." Seorang manager menaruh beberapa dokumen ke arahnya.
"Tunjukkan pembatalan itu." Pria bermata Violet itu memutar gelasnya dengan pisau di samping nya dia menggoreskan beberapa garis di mejanya. Ketika dokumen itu di perlihatkan kepada dirinya terdapat tanda tangan Tuan Scuud dengan stempel Kerajaan milik Scuud.
Dia mengira Mardha memberi tahu Lhantip tentang hal ini, tapi menurutnya tidak mengapa, bukankah lady adalah putrinya ini adalah hal yang wajar.

Pria itu tersenyum layaknya penjahat kejam.
"Seperti nya pisau ini akan sangat harum jika bersimbah berwarna merah, sudah lama tidak saya gunakan." Pria bermata Violet terang itu mengambil rokok dari sakunya, dia menghidupkan rokok itu lalu menghisapnya dengan perlahan setiap gerakannya terasa anggun.

Manager itu menelan salivanya, tubuhnya bergetar ketakutan.
"Maaf Lord saya membuat kesalahan, saya akan meminta paksa agar tidak ada pembatalan." Ucap manager itu dengan kedua tangan mengatup.

"Tidak, bukan itu yang saya maksud, biarkan Lady Vena bebas sementara sasaran kita adalah Perusahaan nya, buatlah perusahaan terbesarnya bangkrutnya, agar saya ingin melihat anjing menjilat di sepatu saya." Tangannya mengambil sesuatu di sana, dia menunjukkan satu foto di sana, foto dengan pengambilan gambar yang keabu-abuan dan bercak darah yang sudah kering, seperti nya foto ini sudah di simpan sangat lama, memperlihatkan seorang pria dengan Almamater berlambang Harvard university, setelah melihat foto itu dengan teliti dan jeli manager itu menekuk alis tebalnya.

"Lord." Seorang Mahasiswa kedokteran tiba-tiba membuka pintu dengan kasar membanting nya, dia terlihat buru-buru.

"Ada berita baru?". Tanya manager itu yang kini berada di samping salah satu keluarga Mashgrow.

"Lady Antavena sedang menempuh pendidikan kedokteran nya di NUSU."
Pria Mashgrow itu menarik salah satu sudut bibirnya.
"Ini kesempatan yang bagus Lord, bagaimana jika kita mengadakan war dengan menarik beberapa universitas terbaik di Indonesia." Ucap manager itu, pria Mashgrow itu hanya diam sembari memegang dagunya, dia tampak berpikir keras.

"Itu akan memerlukan waktu setahun untuk persiapan." Mahasiswa kedokteran itu mengeluarkan argumen penentang bukannya sangat berat untuk ini.
"Saya akan mengurus hal ini dengan beberapa mahasiswa luar negeri." Mata violetnya tampak bersinar tajam.

_______________________________________

Aduh war, war ini warrrr.
Rwarrr.
Halo Readersna gak sabar banget sih Authornya nungguin ratusan soal dari mereka.

Universitas War Indonesia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang