21. a = 4, b = -2, c = 7. x = -b/2a

158 27 0
                                    

"Saya datang kemari hanya memberikan undangan lewat lisan." Ucap Theresia tersenyum, Antavena hanya diam dengan datar dia tidak membalas senyuman neneknya.

"Ahhh, saya rasa kamu butuh hiburan, jadi datanglah ke pesta minum teh besok." Theresia memegang rambut Antavena dengan halus.

"Apa menariknya?..." tanya Antavena, yang benar saja dia tidak menyukai hiburan yang hanya membuang waktu baginya.
Dia hanya datang apa menurutnya paling menarik.

"Akan ada perbincangan tentang bisnis kerajaan dan problematika." Jawab Theresia, mata Antavena melebar, ini sangat menarik pikirnya, dia sangat menginginkan pembicaraan seperti ini.

"Baiklah." Antavena menatap nya dengan tersenyum tipis.

"Undangan sudah tersampaikan, saya kembali." Theresia meninggal kan Antavena di sana.

Antavena menutup pintu kamarnya, dirinya menuju kasur luas dan mewah itu, dia berbaring di sana merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit di kamarnya.

"Kira-kira perbincangan besok tentang apa yah?...berapa minggu lagi aku akan meninggalkan mansion ini." Gumamnya pada diri sendiri, pikiran nya sangat lelah, dia menatap sekeliling di kamarnya hingga bola matanya Berhenti pada sebuah kotak pink yang berada di atas lemarinya.

"Kotak itu, siapa yang menaruhnya di sana?..." Antavena bertanya pada dirinya sendiri, kebetulan dirinya agak tinggi, dia hanya memerlukan kursi kecil untuk mencapai tinggi lemari itu.

Dia mendapatkan kotak pink itu, membawa nya ke sofanya, dan menaruh kotak pink itu di kedua pahanya.
Dia membuka tali pengait yang mengikat kotak itu, ketika dia membuka tutup kotak itu, matanya membelalak raut wajah keterkejutan hadir di wajah cantik nya.
Tangannya gemetar seolah-olah dia berada di kejadian itu, sepatu ballet berwarna pink dengan bercak darah,
Moment itu kembali lagi.

Seorang gadis yatim piatu mengenakan seragam ballet berwarna pink sama seperti dirinya, gadis itu meneriaki namanya.
Darahnya merembes kasar keluar dari seragam nya.

Antavena berdesis pelan, dia membuang mukanya dari hadapan kotak itu.

"Seharusnya aku tak membuka nya" Dia menutup kotak itu kembali dan membuat nya ke bentuk semula seperti tadi, menaruhnya di bawah kasurnya.
Dia merebahkan tubuhnya dengan kasar, hingga rambut hitamnya terlihat berantakan di sana, matanya terlelap, seperti nya malam ini akan ada mimpi buruk baginya.

(***)

Dirinya berjalan menuju gerbang mansion, mobil hitam mewah menunggu dirinya, dia  memakai gaun berwarna biru elegan dengan panjang sebetis serta lengan yang  hanya sampai menutupi sikutnya, tidak lupa juga corak kerajaan memenuhi gaun itu dan sarung tangan putih yang hanya sampai pergelangan tangan, rambut hitam nya di sanggul dengan sedikit Pernak-pernik yang tidak mencolok, tidak lupa sepatu hak tinggi merupakan ciri khasnya kali ini dia mengenakan sepatu berwarna cream, dan tas kecil berwarna hitam yang menemani nya di tangannya.

"Lady Vena." Sapa Zoe managernya, Zoe tersenyum kearahnya, Antavena membalas senyuman itu dengan tipis, Zoe membuka kan pintu mobil untuk nya.
Mobil itu melaju ke tempat yang di tentukan Theresia.

"Lady Vena, selamat anda di terima di Nusantara University, aku sangat senang mendengar nya." Perbincangan di mulai dari Zoe di sepanjang perjalanan itu.

"Iya, terima kasih." Antavena membalas ucapannya.

"Lady, pernahkah anda mendengar University War?..." tanya Zoe matanya di penuhi rasa penasaran.

"Seperti nya tidak." Jawab Antavena.

"Baiklah, mungkin anda akan mengetahui nya ketika menjadi mahasiswa, aku tidak sabar melihat Lady Scuud memakai Almamater dengan lambang NUSU." Dia tersenyum matanya melengkung.

"Baiklah kita sudah sampai."

Apa sudah sampai?
Bukankah ini baru beberapa menit?
Seperti nya Theresia mengambil tempat yang dekat jarak nya tidak terlalu jauh dengan mansion Scuud.

Zoe membuka kan pintu untuk nya, Antavena terlihat cantik ketika cahaya matahari mengenai dirinya, anak rambut hitam miliknya berkibar sedikit terkena angin di sana serta selayer biru di salah satu bahunya juga ikut terkena angin, membuat dia tampak mempesona.

Benar kata mereka ini adalah Mahakarya Scuud.

Antavena berjalan mengikuti Zoe untuk sampai ke tujuan tempat yang di beri tahu oleh Wima melalui sebuah pesan.
Ketika dirinya sampai di sana, yang bener saja mereka sudah berkumpul lebih awal.
Tapi raut wajahnya kaget, tidak bisa berbohong di sana terdapat Tuan Mardha sang kakek.

"Kakek."

"Oh Lady Scuud" Mardha mengambil sapu tangan dari balik Jaz yang ia simpan di sana.

_______________________________________

Sabar yah University war bentar lagi dekat.

Jangan lupa Votenya :) dan komen kalian, itu adalah suatu kehormatan bagiku. Eakk

Universitas War Indonesia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang