Prolog

82 8 1
                                    


"Kalau semesta mengizinkan, Naka akan buat semua orang disekeliling Naka ikut bahagia."

Katanya, bumi berotasi setiap saat.

Katanya juga, kehidupan manusia tidak selalu dibawah.

Tapi, jika memang takdir untuk Naka belum bisa bahagia. Tolong, harapan Naka itu, buat semua orang disekitar Naka bisa bahagia.

Ini aku, seorang yang selalu memendam semua lara sendirian, mengatasi labirin berliku sendirian, dan selalu sendirian.

Ini tentang sesuatu yang datang, menetap, lalu pergi.

☘️

Pukul dua belas malam, waktu Indonesia bagian barat. Didalam sebuah rumah sederhana, jendela kamar depan terbuka lebar, membuat terpaan angin malam yang dingin masuk ke ruangan itu.

"Harus banget kebangun jam segini." Seorang laki-laki memposisikan duduk di kursi belajarnya, yang menghadap langsung ke jendela yang tadinya dirinya buka. Tangannya tergerak membuka laci, mengambil sebuah buku tebal diantara banyaknya sobekan kertas yang tersimpan disana.

Naka sejenak mengusap buku tersebut, kemudian tersenyum menatap cover bukunya yang bergambar tiga orang yang saling menggandeng tangan. Digambar olehnya saat kelas enam Sekolah Dasar, Naka masih betul-betul ingat.

Tangan laki-laki yang memegang sebuah pena itu, menari diatas kertas, menghabiskan setengah lembar untuk tulisan tangannya. Dirasa cukup, dia menutup kembali buku diari miliknya tersebut. Menaruh kembali kedalam laci, sebagaimana dirinya mengambilnya tadi.

Kini kertas lain yang Naka ambil, dari dalam laci. Kertas kecil hasil diagnosa penyakitnya yang dirinya cek beberapa hari lalu.

"Tuhan ... Apa hidup Naka tinggal sebentar lagi?"

☘️

next part dua yaa, masih lanjutan sama bab inii🌷

terima kasih sudah meluangkan waktu untuk baca, semoga betah🍜

NAKARAJA : Tangis dan Bahagia SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang