NAKARAJA - EMPAT

20 2 0
                                    

"Dunia begitu keras. Kuncinya
adalah tangguh dan tenang."

☘️

Naka menatap Pak Suyadi yang masih senantiasa memejamkan matanya, belum ada tanda-tanda untuk sadar. Ruangan Pak Suyadi adalah kelas dua, yang mana pasien BPJS tidak bisa memilih kelas dalam rumah sakit.

Tirai pemisah ditengah brankar, dibuka oleh pasien sebelahnya. Seorang ibu tersenyum ramah saat melihat Naka.

"Mas nya masih sekolah, ya?" tanya ibu tersebut.

Naka membalas pula dengan senyum ramah, kemudian mengangguk. "Iya, bu. Saya kelas sebelas."

"Kalo boleh tau, ini pamannya atau ayahnya?"

"Bapak saya, bu." Naka menjawab.

"Oh, ibunya kemana? Kok belum kesini?"

"Ibu saya udah nggak ada. Belum lama ini dia pergi," jawab Naka.

"Innalilahi, turut berduka cita. Maaf ya, Nak." Ibu itu merasa bersalah karena bertanya.

"Kalau boleh tau, Nak. Bapaknya kenapa?"

"Saya kurang tau insidennya bagaimana, Bu. Waktu saya pulang sekolah, tiba-tiba tetangga saya bilang kalo bapak di RS. Terus saya kesini." Naka menjeda sejenak kalimatnya. "Saya diceritain kalau Bapak tadi ditabrak truk, entah salah siapanya, saya juga kurang jelas dengernya."

Ibu itu mengangguk paham. "Kalo suami saya ini, kecelakaan pas kerja, Nak."

"Dia kerja bangunan, kakinya patah kena gerinda." Ibu itu tersenyum kelu mengingat insiden beberapa hari lalu. "Alhamdulillah masih bisa diselamatkan, Nak. Pelakunya juga sudah diamankan."

"Ada pelakunya, Bu? Saya kira kesalahan teknisi." Naka berujar.

"Iya, Nak. Gerinda-nya sudah disetting dan ada yang sengaja menjebak suami saya. Alasannya semacam iri gitu."

"Padahal kami juga hidup di keterbatasan, masih aja ada manusia yang iri," sambung Ibu tersebut.

"Anak saya juga sudah tidak peduli sama kami. Dua anak saya, adik kakak jarak satu tahun sudah kuliah. Tetapi mereka memutus kontak dan nggak pernah kabari kami." Ibu itu menunduk, menghalau air matanya keluar.

"Mereka benci kami karena kami miskin. Jadi mereka merantau sekaligus kuliah. Nggak tau dimana."

"Dunia memang kejam ya, Bu." Naka tersenyum tipis, turut pula merasakan kesedihan ibu tersebut. "Tapi ibu hebat, masih bisa bertahan di kondisi ini."

Awalnya Naka merasa dirinya sudah sangat lelah, sangat amat lelah. Namun ini yang dibutuhkan seseorang yang tengah dalam fase menurun. Mereka butuh cerita dan motivasi orang lain untuk kembali naik ke fase atas.

Tok tok tok!

"Assalamu'alaikum."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAKARAJA : Tangis dan Bahagia SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang