"Kebetulan, atau kesalahan?"
☘️
"Naka, minta tolong, ya. Tugas gue MTK sama IPA belum dikerjain." Seorang siswa memberikan dua buku tulisnya kepada Naka. "Soal anggaran, aman."
Naka mengangguk. "Besok gue bawa."
Siswa itu mengacungkan jempolnya, lalu kembali ke tempat duduknya. Bel istirahat baru saja berbunyi. Hari ini, Naka sudah mendapat enam tugas joki yang harus dia selesaikan besok. Memang mapel kali ini lebih menyusahkan dari biasanya.
Dia hendak membawa buku-buku itu ke perpustakaan. Setelah siap, Naka berdiri dan berniat melangkahkan kakinya.
Tetapi, teringat akan sesuatu, Naka mengambil pena pink dengan note book yang dia dapatkan tadi, lalu dirinya letakkan di dalam buku. Barangkali Naka akan bertemu si pemilik pena.
Memilih ke perpustakaan setiap hari, sudah menjadi kebiasaan Naka. Menghindari pola hidup berlebihan hingga sudah menjadi kebiasaan. Naka lebih memilih menabung uangnya, karena Naka tau, mencari uang tidak semudah itu.
Kursi paling ujung, tempat dirinya biasa duduk. Tepat didekat jendela, Naka menaruh buku-bukunya dan hendak mengambil beberapa buku paket di rak besar perpustakaan itu.
Dua buku tebal dibawanya, Naka tidak terlalu jauh dengan kursinya. Sebab itu Naka memilih tempat ini, karena jaraknya dekat dengan tempat buku sekolah berada.
"Permisi, boleh numpang duduk?"
"Boleh, duduk aja." Naka menjawab pertanyaan siswi yang menutupi wajahnya dengan buku itu. Sehingga Naka tidak bisa melihat wajahnya, toh juga tidak penting.
"Maksudnya, duduk di tempat lo," ujarnya, memperjelas.
"Tempat gue? Kenapa gak disitu aja?" tanya Naka heran.
Gadis itu membuka buku yang menutupi wajahnya. Menatap kearah Naka sambil memperhatikan sekitar. "Lo kenal gue, kan? Gue dikejar Shaga."
Naka mengingat-ingat. Kemudian mengiyakan saja karena mendengar si bengis Shaga, menyukai salah satu siswi sampai over. Tidak tahu kepastiannya, tetapi sebelum Naka berdiri, gadis itu terlebih dahulu menarik tangannya karena teman-teman Shaga sudah masuk.
"Buruan, lama banget sih, lo!" Mau tidak mau, Naka bangun dan berpindah di kursi yang lain. Masih dalam meja yang sama karena meja itu luas.
Naka mengendikkan bahu, bodo amat dengan kondisi dan dirinya lanjut mencari jawaban dari joki soal Matematika dan Biologi.
Pada soal terakhir, Naka berpikir, menimang-nimang jawaban yang dia pilih sudah meyakinkan atau belum. Matanya tanpa sengaja mengarah ke gadis didepannya yang masih saja menutupi wajah dengan buku.
"Buku gue gak mau dibalikin, tuh?" tanya Naka. Itu adalah salah satu buku dari empat buku pelanggan joki-nya. Dan sedari tadi, siswi itu masih saja menutupi wajahnya dengan buku.
"Gue mau ngoreksi, ini jawabannya bukan segini. Lo joki masa jawabannya salah, sih. Harusnya dua puluh lima, bukan lima belas." Kalura ngerocos sendiri.
"Mana, sih. Gue liat sini." Gadis itu memberikan buku tersebut pada Naka. Laki-laki bertubuh jangkung itu tertawa kecil, lalu membuka lembaran selanjutnya.
"Jawaban tadi, itu jawaban si empunya buku. Ini baru jawaban gue." Naka mempersilahkan Kalura melihat jawaban yang dirinya kerjakan. "Jawabannya bener apa bener?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NAKARAJA : Tangis dan Bahagia Semesta
FanfictionTiada hal yang sempurna di dunia ini. Bahkan orang-orang dengan kasta tertinggi pun, tidak mungkin bisa memiliki segalanya dengan sempurna, tanpa cacat sekalipun. Ini tentang rotasi kehidupan seorang Baskara Naka Diraja, laki-laki dengan sejuta lara...