2

7 1 0
                                    

Aku menatap cakrawala indah, berjalan menyusuri jalan kenangan.

Bertahun-tahun yang lalu, rasanya sesak, hampa dan penuh kesendirian itu menyelimuti ku. Dingin.

Hari-hari melelahkan. Aku muak disini, aku ingin cepat pulang, ingin cepat menyelesaikan semua tugas dan kewajiban ini.

Rasanya, aku sedang terperangkap. Ada lingkaran yang menyelimuti seluruh tubuhku, dan tak ada yang mampu menembusnya.

Aku ingin keluar dari sini, aku ingin bebas, tertawa seperti sediakala. Aku ingin seperti dahulu..

Raga-raga lalu lalang, tanpa peduli ada yang sangat butuh pertolongan di sini.

Siapapun, tolong aku..

Lihat? Sampai saat ini tak ada yang mampu menembus lingkaran itu. Bahkan, seseorang yang aku anggap sebagai sahabat ku saja kian hilang. Meninggalkanku tanpa kabar apapun. Dia hirap tanpa rasa bersalah.

Mungkin ini adalah takdir Tuhan?

Tak ada yang mampu mengubah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Kita harus bisa menerimanya walaupun kenyataannya pahit.

Aku menatap ke sekeliling, kau tahu rasanya bagaimana?

Kalau aku bilang sangat sakit, apakah boleh?

Aku ingin pergi dari sini. Dari kursi yang ada di pojok ruangan kelas ini. Dari kelas dengan penuh dengan raga-raga yang tak peduli akan kehadiranku.

Aku memang bukan siapa-siapa. Aku tidak mengemis kepedulian mereka. Aku tidak mengemis kasih sayang dari siapapun. Tidak, aku tidak seperti itu.

Tapi, situasi ini jauh berbeda saat aku masuk ke kelas ini. Sangat jauh. Berubah menjadi suram, sangat suram. Tidak menyenangkan.

Aku tidak suka ini.

Baskara yang Tertutup RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang