02. Calling You, Aru

26 7 3
                                    

Ambil posisi nyaman saat mulai membaca karangan.

Mereka berdua melepas tautan tangan, lalu kembali ke posisi semula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berdua melepas tautan tangan, lalu kembali ke posisi semula.

“Kau belum tahu-menahu tentang dunia ini, 'kan?” Tanya Arumi tiba-tiba. Pria yang biasa dipanggil Ali itu menoleh, lalu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

“Aku akan menjelaskannya sambil berjalan, ikuti aku.”

Tangan Ali kembali digandeng lalu ditarik pergi dari tempat yang sunyi tersebut. Berjalan menuju pusat kota dengan banyak kerumunan manusia, sedang sibuk dengan urusannya masing-masing.

“Kita akan kemana?” Tanya Ali menatap wajah Arumi dari samping.

“Kita akan berkeliling kota, lalu mencari makanan yang sekiranya enak.” Ungkapnya sambil melihat-lihat toko dengan pernak-pernik berbagai warna, tampak menarik perhatiannya.

“...iya...” Ali mengikuti jalan Arumi yang sangat cepat.

***

Hampir dua puluh menit mereka mengelilingi kota, sampai akhirnya Arumi menemukan sebuah kedai kecil bernuansa kuno, menyediakan berbagai makanan dan minuman.

“Oh, itu!” Arumi menunjuk kedainya lalu mengajak Ali untuk masuk.

Pintu dibuka perlahan, sebuah alunan lagu langsung menyambut gendang telinga Ali saat memasuki ruangan tadi, sebuah piringan hitam berada di pojok meja kasir tampak antik, bau makanan manis menyeruak masuk kedalam rongga hidung Ali hingga perutnya berbunyi.

Didalam ruangan yang tak terlalu besar itu, pencahayaan hanya diisi dengan semburat cahaya matahari melalui jendela, juga sebuah lilin-lilin kecil di beberapa tempat. Juga para pelanggan dengan baju tradisional, tengah menikmati pesanan yang dipesan.

“Duduk disini saja. Tunggu sebentar, aku akan memesankan makanan untukmu. Jangan kemana-mana.” Perintah Arumi setelah memilih sebuah meja kayu dengan dua tempat duduk.

Ali hanya mengangguk, sambil menatap punggung Arumi yang semakin menjauh mendekati kasir. Rambutnya sangat panjang, dan halus.

Disana, sang gadis tampak sedang berbincang-bincang dengan seorang bartender perempuan dengan wajah penuh senyuman. Tertawa ria tanpa adanya rasa sungkan. Tak sadar, Ali ikut tersenyum kecil seakan ikut merasakan apa yang Arumi rasakan.

Ia ajaib, dirinya mempunyai aura positif yang bisa membuat orang disekitarnya ikut bahagia.

Saat Ali melihat senyumannya, semua Indra yang dimilikinya seakan lumpuh. Jatuh dalam kharisma sang gadis, membuat jantung Ali seakan berdesir.

Spirit Rail Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang