54. HALUSINASI

7.7K 178 3
                                    

Hai, jumpa lagi dengan aku. Maaf karena lama updatenya. Sebagai ucapan maaf, aku update dua chap sekaligus!

Aku nggak nyangka vote semalam bisa tembus 60😭 terimakasih untuk tetap nge vote ya!

Bab kali ini, Ramekan dengan komentar kalian! MENYALA PARA READERS!🔥🔥

*
*
*

6 hari kemudian.

Prang!

Suara barang pecah yang dibanting oleh seorang wanita membuat gaduh. Ia mengamuk tatkala seseorang memberi tahukan sesuatu yang tak bisa ia terima.

"MAMA APA-APAAN SIH! ANAK AKU MASIH ADA! AKU NGGAK KEGUGURAN!"

Teriakkan Keisya menggema dikamar. Remaja itu menolak ucapan mamanya yang berulang kali menegaskan jika janin itu sudah tiada.

"Keisya sadar! Tolong jangan begini, Kei! Kamu bikin mama sedih!"

Sejak keguguran, sifat Keisya berubah drastis. Ia yang biasanya bisa mengontrol diri, kini cenderung memiliki tingkat emosi yang tinggi. Perpaduan emosi, mulai dari sedih, cemas, takut, kecewa, hingga rasa bersalah. Semua itu Keisya rasakan sekarang.

Bagaimana Ayunda tidak sedih melihat anaknya memeluk bantal guling kecil, mengira bahwa itu adalah seorang bayi. Sesak rasanya, pedih, Ayunda tak menyangka rasa kehilangan itu membuat Keisya berdelusi jika anaknya masih ada dan sekarang berada digendongannya.

"Janin aku sehat, dan sekarang dia udah lahir menjadi anak yang lucu. Dia nggak ninggalin ibunya, dia disini bersama aku." Keisya tersenyum getir, ia menganggap guling itu adalah bayinya yang sudah lahir.

"Bayi aku laki-laki, bayi aku akan tumbuh menjadi remaja tampan nanti kayak ayahnya," Keisya tertawa hambar. "Iya, dia mirip sama Damian." Suara Keisya memelan.

Keisya terkekeh kala bayi itu tersenyum. Ia tak menyadari jika yang ia dekap bukanlah manusia, melainkan benda mati.

Ayunda tak kuasa membendung air matanya. Hatinya terasa pilu melihat kondisi mental putrinya yang tak baik-baik saja. Ayunda keluar dari kamar, menutup wajahnya dan menangis tersedu-sedu. Daniel yang melihat itu langsung merangkul. Ia juga menyaksikan perubahan putri sambungnya dua hari ini.

"Mas, Keisya kenapa? Dia, dia bilang itu bayinya padahal itu cuma bantal." Ujar Ayunda dengan suara bergetar.

"Keisya pasti sangat terpukul menerima fakta dia keguguran." Balas Daniel.

"Iya, tapi kenapa sampai segitunya?!"

"Sabar Ayunda, perlahan Keisya pasti bisa terima kok. Dia cuma syok."

"Tapi aku takut Keisya kenapa-kenapa."

"Besok, kita bawa dia ke psikiater, gimana?"

Ayunda berpikir. Daripada kondisi Keisya semakin memburuk, lebih baik segera membawa wanita itu ke ahli jiwa supaya tahu apa yang terjadi padanya.

"Damian?" Berbicara tentang psikiater, Ayunda teringat dengan Damian. Mungkinkah lebih baik lelaki itu juga dibawa ke psikiater untuk menangani mentalnya lebih lanjut?

"Hari ini aku akan bawa dia konsultasi."

*
*
*

Setelah sekian minggu Damian mengalami episode mania dan depresi secara bergantian dalam kurun waktu singkat. Kini, tepat setelah kebenaran telah terkuak. Penyesalan yang amat mendalam itu membawanya ke episode depresi.

DAMIAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang