Mother's Way

289 32 12
                                    

Aku selalu menyukai international exposure. Mengetahui budaya, bahasa, dan kebiasaan baru. Hidup dalam lingkungan dengan musim yang berbeda juga merupakan hal yang menarik untukku rasakan secara langsung.

Makanya enam tahun yang lalu, aku memilih Hubungan Internasional sebagai jurusan pilihanku, memang tidak harus Hubungan Internasional untuk meraih itu semua tapi pikiran naifku HI adalah jurusan yang menyenangkan. My life my own choice. Ini prinsip yang ku pegang teguh semenjak SMP meskipun mungkin orang lainㅡterutama orang tuaku, menganggapku keras kepala.

Untungnya aku memiliki orang tua yang suportif sehingga perbedaan pendapat jarang terjadi di antara kami. Kecuali saat masa kelas 3-ku yang sangat membuatku stress baik di rumah maupun di sekolah.

Ternyata seperti kebanyakan orang tua asia, orang tuaku berharap aku menjadi seorang dokterㅡtidak bermaksud besar kepala, apalagi pendukung orangtuaku mendorongku menjadi dokter adalah karena nilaiku bagus dan aku berprestasi di bidang Biologi. Omong-omong aku serius orang tuaku adalah orangtua yang suportif meski mereka memiliki harapan tersendiri padaku.

Aku sudah tertarik pelajaran IPA sejak SD dan semakin menyukainya saat SMP ketika ada praktik di lab. Seorang guru menawariku untuk bergabung dalam klub biologi saat kelas 1 dan aku menyutujuinya. Semenjak itu, seperti yang kalian tebak, aku langganan mengikuti lomba olimpiade biologi sampai di akhir masa SMA-ku.

Ada saat-saat dimana belajar itu membosankan dan membuat kepalaku penat. Menonton film membuka jalanku terhadap keingintahuanku kepada negara-negara lain. Apalagi dokumenter mengenai suatu daerah dengan sejarah-sejarahnya yang mengulik kebiasaan dan budaya penduduk terdahulu.

Mungkin guru dan orang tuaku menganggap memilih Hubungan Internasional menyia-nyiakan segala prestasi dan jerih payah yang telah ku lakukan selama 6 tahun di sekolah. Tapi aku merasa begitu yakin dan benar meskipun argumen orang tuaku kala itu memang benar...

"Hubungan internasional bukan sekedar kau di tempatkan di luar negeri Sayang..." ucap ibuku sambil memijit pangkal hidung. "Kau tidak menyukai politik."

Benar, itulah alasan kenapa aku memilih ilmu alam dibandingkan dengan ilmu sosial.

Aku menjawab dalam hati tak ingin goyah dengan segala serangan ucapan ibu, ayah, maupun guruku.

Aku sedang di sidang di ruang kesiswaan seolah aku melakukan kenakalan.

"Hubungan Internasional tidak lepas dari politik karena kau akan menjadi seorang duta. Menjaga dan bernegosiasi politik antar negara dan belum tentu kau ditempatkan di luar negeri." jelas guruku secara lengkap untuk membuatku mengerti.

Aku tidak bodoh.

Aku sudah melakukan pencarian terkait jurusan ini.

Kali ini ayahku yang menimpali. "Dan kau tidak menyukai musim panas. Bagaimana jika kau ditempatkan di Timur Tengah, Asia Tenggara, atau Benua Afrika? Apa kau yakin akan betah tinggal lama disana?"

Tidak. Jawabku dalam hati lagi, saraf somatikku secara spontan membuatku menggeleng kepala.

"Kami bukannya ingin memaksamu untuk memilih kedokteran." Ibuku membuka mulutnya lagi setelah menghela napas. "Kau menyukai mempelajari biologi. Ibu memang ingin kau masuk ke kedokteran, tapi jika kau memilih apapun jurusan di bidang biologi tetap akan ibu dukung. Kau memilih sesuatu hal yang baru Sakura. Ibu ingin kau berpikir panjang."

"Kami takut mempelajari hal-hal internasional seperti ini hanya kesenangan sesaatmu saja, Sayang. Jika kau sudah masuk ke dalamnya, kau harus menyelaminya." Ayah memberikan tatapan khawatir pada sepasang mata yang biasa menatapku jenaka. "Tidak ada putar balik untuk menyesali lagi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sasuke-Sakura One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang