Udara dingin musim gugur menyambut Sakura yang baru saja keluar dari kafe. Jam menunjukkan pukul dua belas kurang lima menit. Kafe di tutup lebih awal lima menit karena pengunjung malam hari ini hanya dirinya dan si pria hitam, Uchiha Sasuke, yang memesan makanan untuk di takeaway di 30 menit akhir kafe akan tutup. Padahal kafe ini mengakhiri pesanan di jam 11. Malam ini berbeda dengan malam biasanya, dia membawa laptop mengerjakan sesuatu di kafe. Bisa bayangkan apa yang seorang artis lakukan membawa laptop ke kafe?
Rasa bahagianya menghilang begitu saja setelah beberapa kali melihat artis papan atas yang selalu mengunjungi Luana's Cafe di jam sepuluh malam atau lebih. Pakaiannya yang hitam, memakai topi, dan masker membuat Uchiha Sasuke tampak seperti orang pengangguran depresi karena selalu menunduk dan menunjukkan aura negatif tak ingin di dekati. Kecuali hari ini, pria itu selalu melakukan pesanan take away, tidak pernah makan di kafe, Sakura terkadang memandangi dalam bayangan saat Uchiha Sasuke sedang menunggu pesanannya. Mungkin lebih dari satu minggu yang lalu ㅡtidak sampai dua minggu, Sakura kembali mengunjungi kafe untuk belajar.
Datang kembali setelah menghemat biaya, sudut matanya yang terlatih mewaspadai sosok si pria hitam mengenali lelaki itu yang baru masuk kafe. Hanya dalam satu pandangan, Uchiha Sasuke juga menyadari keberadaannya di kafe.
Menguapnya rasa bahagianya diakibatkan karena tugasnya yang menumpuk, juga berbagai kegiatan lab yang melelahkan. Ia tidak memiliki sisa tenaga untuk semangat dengan keberadaan artis tampan idolanya, padahal katanya bertemu idola bisa menambah dopamin dan memicu semangat. Ini efek energi kehidupannnya diserap banyak oleh professor ular menyebalkan.
Suara pintu terbuka membuat Sakura menoleh. Gelap hitam iris Uchiha Sasuke bersanding dengannya. Sakura kembali menghadap depan dengan sedikit sipuan. Sengaja langkah kakinya pelan berniat menyetarakan alunan jalan dengan pria di belakangnya atau berharap Uchiha Sasuke akan melewatinya dan ia akan menyusul langkah pria itu.
Tuk.
Tuk.
Tuk.
Hanya ada suara langkah kaki mereka yang ringan, Sakura menunggu kemungkinan Uchiha Sasuke akan melewatinya dan terlalu lama menunggu mengakibatkan kalimat yang ada di otaknya hanya akan tersimpan di benak saja.
"Um..." Sakura berhenti. Menoleh ke belakang, berusaha melihat mata yang bersembunyi dalam bayangan topi. "Aku ingin meminta maaf." Sakura menunduk ber-ojigi. "Maaf atas perilaku ku yang tidak sopan beberapa waktu yang lalu."
"Tidak apa-apa." balas Sasuke. "Aku mengerti." Sasuke ikut menunduk ber-ojigi sopan. "Maaf juga jadi membuatmu ketakutan."
Sakura menggaruk rambutnya yang tak gatal, padahal itu salah pikiran buruknya.
"Terimakasih." Sakura kembali menunduk ber-ojigi. Sempat muncul keheningan beberapa detik, sadar tak akan ada pembicaraan lebih lanjut. Sakura melanjutkan langkah kakinya.
"Masih kuliah?"
Sakura berjengit, tangannya langsung berada di depan dada terkejut dengan kehadiran pria di sampingnya. "Ah, iya."
"Jurusan?" tanya Sasuke sedikit menoleh.
Jantung Sakura berdebar, suara rendah santai Uchiha Sasuke bertanya padanya seolah mereka sudah saling mengenal. "B-Tech."
Satu alis Sasuke naik. "Biomedikal?"
"Ya." Sakura mengangguk. "Apa kau pernah mendengarnya, SaㅡUchiha-san? Biasanya orang-orang tidak tahu jika aku menyebutkan jurusanku seperti itu."
"Ya."
Sakura menoleh. Sepertinya memang Uchiha Sasuke tidak banyak bicara di belakang kamera atau mungkin sedang tertekan karena masalahnya, sekitar empat bulan yang lalu Uchiha Sasukeㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasuke-Sakura One Shot
FanficTerkadang imajinasi dan ide muncul begitu tiba-tiba, ketika ditulis lalu dibaca kembali, beberapa ide bukan sesuatu yang dapat di tenun dalam berlapis-lapis chapter. Tapi tentu, itu hal yang disayangkan jika terbengkalai begitu saja maka dari itu in...